Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berkonsep Tempo Dulu, Pasar Papringan Desa Wisata Jambu Kediri Ramai Didatangi Pengunjung

Meski berlokasi di bawah papringan atau di bawah rumpun bambu, Pasar Papringan Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kediri, ramai didatangi pengunjung.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Dwi Prastika
SURYA/DIDIK MASHUDI
Pasar Papringan Desa Wisata Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri ramai didatangi pengunjung, Minggu (27/1/2019). 

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Meski berlokasi di bawah papringan atau di bawah rumpun bambu, Pasar Papringan Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, ramai didatangi pengunjung.

Suasana pasar tradisional yang buka setiap hari Sabtu dan Minggu ini mengingatkan pengunjung pada kondisi pasar tempo dulu.

Para penjual dagangan di Pasar Papringan Desa Jambu mengingatkan pada paruh waktu tahun 1960an.

Ada Stan Nasi Bungkus Gratis di Kediri, Warga Dhuafa dan Tukang Becak Bebas Ambil Nasi Bungkus

Perempuan yang menjual dagangan di pasar semuanya mengenakan busana zaman dahulu, pakaian bawah kain kemben jarit dipadu dengan baju lorek lengan panjang, yang biasa dipakai perempuan Jawa zaman dahulu.

Termasuk lapak atau tempat berjualan memakai lincak bambu sederhana.

Pasar Papringan Desa Wisata Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri ramai didatangi pengunjung, Minggu (27/1/2019).
Pasar Papringan Desa Wisata Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri ramai didatangi pengunjung, Minggu (27/1/2019). (SURYA/DIDIK MASHUDI)

Wadah-wadah untuk berjualan juga banyak mengadopsi peralatan gerabah tanah liat serta anyaman bambu seperti besek, wakul dan keranjang.

Sedangkan menu yang dijual merupakan makanan tempo dulu, seperti jajanan pasar.

Inilah Perolehan Gelar Juara Indonesia pada BWF World Tour 2019 Sepanjang Bulan Januari

Ada nasi ampok jagung, nasi tiwul, cenil, rujak uleg, jenang grendul dan dawet ayu.

Meski begitu, ada juga menu masa kini seperti susu kambing etawa, aneka es jus, aneka jenis jenang, krupuk dan srabi.

Para penjualnya merupakan perwakilan warga dari masing-masing RT yang ada di Desa Jambu.

Karena berlokasi di bawah papringan, suasana mengenang masa lalu sangat kental.

Di pintu masuk ada sepeda kayuh butut yang biasa dipakai penjual sayuran keliling dengan capil anyaman bambu.

Berantas Jentik Nyamuk DBD, Pemerintah Desa Sumberejo Kediri Bagikan 1.000 Ekor Ikan Cupang

Melody Khawatirkan Kondisi Changsub BTOB usai Suara Ilhoon Bocor di Postingan Sungjae

Pengunjung juga dapat menikmati romansa Pasar Papringan di saung bambu yang berada sekitarnya.

Ada juga lokasi lain lesehan dengan alas dari tikar pandan.

Meski suasana panas, karena berada di bawah pohon bambu, tetap terasa sejuk.

Pengunjung juga dihibur pemusik desa yang menyajikan lagu keroncong dan campur sari.

Espanyol Vs Real Madrid, Kartu Merah dan Drama 6 Gol Mewarnai Kemenangan Real Madrid atas Espanyol

Truk Tabrak Pohon hingga Tumbang, Kabel Telepon dan Pagar Rumah Warga di Kediri Rusak

Untuk masuk Pasar Papringan, pengunjung harus menukar uang dengan koin senilai Rp 5.000 per orang.

Rinciannya, Rp 2.000 untuk masuk dan Rp 3.000 dapat ditukarkan dengan menu yang dijual.

Namun jika nilainya lebih, pengunjung membayar tunai sesuai dengan harganya.

Harga-harga yang ada di Pasar Papringan sangat terjangkau kantong, karena setiap menu harganya rata-rata di bawah Rp 10.000.

Aksinya Curi Dompet Terekam Kamera CCTV, Ibu Muda di Blitar Ditangkap Polisi

Ilhoon BTOB Dapat Pesan Manis dari Eunkwang di Episode ke-100 Menjadi DJ di MBC Idol Radio

Salah satu pengunjung, Andayani mengaku mengetahui keberadaan Pasar Papringan dari media sosial.

"Saya penasaran, makanya saya membuktikan pasarnya ternyata ramai. Konsepnya sederhana mengenang tempo dulu," ujarnya.

Sulastri, salah satu penjual mengaku omzetnya setiap berjualan di Pasar Papringan lumayan.

Berjualan pagi sampai siang bisa meraup lebih dari Rp 500.000.

Kasat Binmas Kediri Ubah Kardus Bekas Jadi Wayang Untuk Mendongeng

Insiden Mikrofon saat Pidato di Seoul Music Awards ke-28 Viral, Eunha GFRIEND Ungkap Perasaannya

"Kalau hari Minggu biasanya sangat ramai, dagangan laku semua," ungkapnya.

Perekonomian warga sendiri sangat terbantu dengan keberadaan Pasar Papringan.

Karena dari puluhan pedagang setiap buka, omzetnya bisa mencapai belasan juta.

Pengunjung juga dapat mencoba permainan egrang yang disiapkan.

Ada juga spot foto dengan biri-biri yang bulunya dibiarkan tumbuh lebat.

Hasil Akhir Girona Vs Barcelona, Blaugrana Bungkam Girona 2-0

Sebelum Pensiun, Liliyana Natsir Beri Pesan untuk Rekan Mainnya Tontowi Ahmad

Lokasi Pasar Papringan ini bersebelahan dengan kebun bibit buah-buahan yang sebelumnya telah dikenal sebagai destinasi wisata dan tempat berswafoto.

Menurut Yanti, pemandu wisata Pasar Papringan, pasar buka mulai jam 08.00-14.00 WIB.

"Pasar papringan dibuka berawal dari kegiatan festival desa wisata Jambu. Karena masyarakat sangat antusias sehingga setiap Sabtu dan Minggu pasarnya dibuka untuk pengunjung," jelasnya.

Antusiasme pengunjung terlihat dari nilai transaksi penghasilan pedagang sampai belasan juta.

"Jualan gethuk saja laku lebih dari Rp 500.000. Namun semua penjualan dikelola oleh RT. Tidak ada yang dikelola pribadi," ungkapnya. (Surya/Didik Mashudi)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved