Kembangkan Potensi Lain di Mojokerto, Uul Ciptakan Batik Khas Trowulan, Ada Motif Sambal Wader
Berangkat dari keinginan mengangkat potensi lain di tempat tinggalnya, Uul Fatkhurromah membuat batik khas Trowulan.
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Berangkat dari keinginan mengangkat potensi lain di tempat tinggalnya, Uul Fatkhurromah (41) membuat batik khas Trowulan.
Dia memulai membuat batik khas Trowulan sejak dua tahun yang lalu.
"Umumnya Trowulan terkenal dengan potensi wisata budaya peninggalan Kerajaan Majapahit. Saya ingin mengangkat potensi lain dengan membuat kerajinan, yakni batik," katanya, Sabtu (23/2/2019).
Saat ditemui di rumahnya, Jalan Jambu Mente, Dusun Tlogo Gede, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Uul tengah sibuk menggoreskan ujung kuas yang berlumuran tinta di atas kain berwarna putih.
• Warga Mojokerto ini Bersedia Makam Ibunya Dipindahkan, Syaratnya ada Perjanjian Hitam di atas Putih
Tinta dari kuas itu mengisi ruang dari pola-pola garis (sketsa) berbentuk dedaunan dan lambang Kerajaan Majapahit yang sebelumnya dibuat Uul dengan pensil.
Saat menggoreskan kuas, mata Uul tak berkedip.
Dia mengatakan, motif batik Trowulan memiliki ciri khas tersendiri.
Selain motif dedaunan dan lambang Kerajaan Majapahit, motif lainnya yakni batik mojo (tanaman mojo) dan batik sulur Majapahit.
• Prabowo Subianto Awali Kunjungan di Jawa Timur dengan Temui Habaib dan Ribuan Santri di Mojokerto
"Yang terbaru batik keris Nogososro. Saya tak membuat motif yang identik dengan Kerajaan Majapahit saja. Ada motif kuliner Trowulan, yaitu sambal wader. Di dalam motif sambal wader terdapat cobek, ulekan, cabai, dan tentunya ikan wader. Saya yang menciptakan motif-motif itu semua," ucapnya.
Dia menambahkan, ciri khas batik Trowulan terdapat pada warnanya.
Warna batik Trowulan didominasi warna hijau dan warna merah batu bata.
• Suka Santap Belalang, Ibu Muda dari Mojokerto Tekuni Usaha Belalang Goreng, Produk Tembus Luar Jawa
• Hasil Liga Inggris, Crystal Palace Menang Skor Telak, Bournemouth Raih Hasil Imbang
"Ada dua varian warna, yakni warna sintetis dan warna alam," sebut ibu dua orang anak ini.
Uul memanfaatkan media sosial untuk pemasaran batik Trowulan buatannya.
Kini, pelanggan batik Trowulan buatannya sudah tersebar di luar wilayah Jawa Timur.
"Pelanggan saya yang paling jauh dari Jakarta dan Bali," ungkapnya.
Uul membanderol batik Trowulan dengan harga Rp 300.000 sampai Rp 3 juta.
• 826 Orang Ikuti Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja di Banyuwangi, Paling Banyak Guru
Harga batik Trowulan tergantung dengan pewarna yang digunakan.
"Batik tulis dengan warna sintetis harganya mulai Rp 300.000 sampai Rp 700.000. Kalau batik tulis dengan pewarna alam mulai Rp 500.000 hingga Rp 3 juta. Untuk omzetnya kurang lebih Rp 2-3 juta" sebutnya.
Ilmu membuat batik dia pelajari sendiri.
Dia hanya berbekal kepiawaiannya dalam menggambar.
"Saya dasarnya suka menggambar, jadi tak terlalu susah membatik. Saya juga sering membagi ilmu dengan tetangga cara membuat batik Trowulan," paparnya.
• Dibalik Kemenangan 7-0 Persebaya atas Persidago, Djanur Uji Coba Skema Baru di Babak Kedua
Uul saat ini fokus untuk mengembangkan motif batiknya.
Dia akan menambahkan cerita Kerajaan Majapahit pada motif batik.
"Selain itu saya juga mengembangkan batik sibori (sistem lipat) dan jumput (diikat). Saya juga akan mematenkan batik Trowulan agar tidak diambil daerah lain," tandasnya. (Surya/Danendra Kusuma)
Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com: