Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Wujudkan Ide Anak, Petani dari Lamongan Jadi Pengusaha Helm Retro, Buat Helm Anak Tayo Hingga Shiva

Wujudkan Ide Anak, Petani dari Lamongan Jadi Pengusaha Helm Retro, Buat Helm Anak Tayo Hingga Shiva.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Sudarma Adi
SURYA/HANIF MANSHURI
Sejumlah helm retro produksi Samsul yang tembus pasar Jakarta. 

TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Berawal dari ide anaknya, Samsul Hadi Susanto (55) petani Desa Keben, Kecamatan Turi Lamongan sukses mengembangkan usaha industri rumahan, berupa helm retro atau klasik.

Tekad Samsul juga didorong keinginannya membantu pemuda di desanya yang banyak mengganggur.

"Alhamdulillah, setahun berjalan omzetnya mencapai ratusan juta per bulan," kata Samsul Hadi Susanto, Sabtu (23/02/2019).

Ratusan Tenaga Honorer di Lamongan Adu Nasib Ikuti Seleksi P3K Tahap I

Hidupkan Remaja Gemar Baca, Pemuda Sekaran Lamongan ini Sulap Rombong Bakso Jadi Gerobak Ilmu

Usaha rumahan Samsul bahkan mampu melibatkan 75 pemuda desa untuk turut sebagai pekerja di tempat Samsul.

Ide anaknya itu yang diwujudkan Samsul, sekaligus didorong dari keprihatinan terhadap nasib para pemuda di desanya.

"Bagaimana para pemuda di desa kami ini diberdayakan agar bisa bekerja dan tidak menganggur," kata Samsul.

Samsul mengaku, ia memulai bisnis pembuatan helm ini dari nol dan dirintis sejak setahun yang lalu.

Kasus Sapi Mati Mendadak di Lamongan, Disnakeswan Sebut Karena Pakan Rumput Mengandung Pestisida

Angka Perceraian di Kabupaten Lamongan Memprihatinkan, Selama 2018 Jumlahnya Mencapai 2.476 Kasus

Dari nol pengalaman dan modal awal Rp 200 juta yang ia keluarkan dari kantong pribadinya, sebagian besar ia gunakan untuk menggelar pelatihan kepada para pemuda desa.

Pelatihan itu, mulai dari pelatihan menyablon, mendesain dan menjahit.

"Modal awal Rp 200 juta dan lebih dari Rp 100 juta habis untuk melatih para pemuda desa," ungkapnya.

Modal besar yang dialokasikan untuk melatih tenaga kerja adalah pada bidang sablon.

Karena terus terang, tidak ada yang punya kemampuan dalam seluk beluk sablon. "Apalagi sampai profesional," katanya.

Awalnya, dalam sehari baru bisa memproduksi 1 Helm. Kemudian berkembang mencapai puluhan produksi helm.

Prospek penjualan helm retro produksi tangan - tangan terampil pemuda Keben dari hari ke hari menunjukkan geliat perkembangannya.

Sekalian menceburkan diri dunia usaha yang dipasarkan secara online, akhirnya Samsul memilih industri rumahan helm karena meneruskan ide sang anak.

Samsul melihat peluang membuat Helm-helm berdesain retro atau klasik ber-SNI masih terbuka lebar. Pertama hanya habis bahan kulit sintetis 2 meter.

"Alhamdulillah sekarang bisa menghabiskan 20 rol kulit sintetis (1 rol panjang 40 meter, red), " kata Samsul.

Pemahaman Samsul mendapatkan ilmu membuat helm, ternyata didapatkan secara otodidak, yaitu dengan belajar bongkar pasang Helm yang sudah ada.

Kini, dengan melibatkan setidaknya 75 pemuda desa, Samsul bisa membuat Helm Retro sebanyak 600 helm dengan berbagai ukuran mulai untuk anak hingga orang dewasa.

Kulit sintetis yang menjadi andalan helm produksi untuk berkarya memenuhi selera para pemesan dari luar kota.

Ada 12 varian produk helm retro yang berhasil diproduksi Samsul, dan varian itu akan terus berkembang tergantung selera pasar.

Yang paling laku, helm anak-anak yaitu helm Tayo, Shiva, Hello Kitty, Spiderman, anak muslim, dan Upin-Ipin.

Semua helm produk Samsul dikirimkan ke Jakarta dan dipasarkan secara online.

Sementara harga helm retro kreasinya beragam mulai Rp. 30 ribu (helm anak-anak, red) hingga Rp. 125 ribu untuk ukuran orang dewasa.

Keuletan Samsul menjalankan usaha ini, kini berbuah manis, keuntungan cukup besar dengan omset sekitar Rp 500 juta per bulan.

Samsul akan terus berkreasi untuk mengembangkan produknya ini.

"Obsesi saya, bagaimana helm produksi Lamongan ini bisa menembus pasar ekspor," katanya.

Sementara, Kepala Disperindag Lamongan, Muhammad Zamroni mengatakan, helm retro dari Desa Keben ini merupakan produk IKM yang potensinya luar biasa.

Zamroni bangga, karena ternyata Lamongan mampu membuat produk yang bisa diterima oleh pasar, tidak hanya lokal tapi justru laku keras di luar provinsi.

"Kita akan intens berkomunikasi untuk mendiskusikan apa yang perlu dilakukan oleh Pemkab Lamongan untuk membackup produk ini," katanya.

Apalagi industri rumahan ini telah mampu membuka lapangan kerja baru bagi para pemuda desa.

"Ada juga 15 penjahit yang dikerjakan di rumah masing-masing, mereka menjahit kulit helm. Ditambah 75 pemuda yang bekerja di tempat ini," kata Zamroni.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved