Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Info sehat terbaru

INFO SEHAT TERBARU - Resiko Tuli Kongenital Dapat Terjadi pada 5.000 Bayi di Indonesia, Yuk Deteksi!

Tahukah kita, 466 juta orang di dunia hidup dengan gangguan pendengaran? 34 juta gangguan pendengaran diantaranya adalah anak-anak.

Editor: Candra Setiawan
Owlet Blog
Ilustrasi 

Sementara dari sisi psikologi anak merasa malu, depresi, menjauh dari teman-temannya, jelas dr. Hably.

Kenapa anak bisa mengalami tuli kongenital?

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, menurut Joint Committee on Infant Hearing tahun 1990, adalah riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran bawaan, riwayat infeksi prenatal (torchs, rubella, sitomegalovirus).

"Contohnya, yang lagi ngehits sekarang rubella. Jadi rubella itu kaya campak. Jadi waktu ibu hamil terutama trisemester pertama itu terserang virusnya jadi badannya demam, terus bintik-bintik merah, virusnya berjalan masuk ke janinnya sehingga perkembangan telinga yang dibentuk usia trisemester awal terganggu," jelas dr. Hably.

Dr. Hably menambahkan, penggunaan obat-obat toksis pada ibu hamil, biasa dipakai oleh pasien TBC dan malaria, serta penyakit lainnya.

"Jadi TBC itu ada obat yang disuntik, obat malaria juga ada yang disuntik sehingga saraf pendengarannya menurun," kata dr. Hably.

Selanjutnya riwayat kelahiran seperti prematur, berat badan lahir rendah, terdapat kuning pada kadar 25 lebih dari 25, dan pada waktu kelahiran mengalami sesak napas atau tidak menangis.

"Ketika lahir anaknya diam, tidak langsung nangis, itu terjadi kadar oksigennya berkurang di tubuh dia,"

INFO SEHAT HARI INI - 5 Penyebab Produksi ASI Menurun, Posisi Bayi hingga Waktu Menyusui

Faktor lainnya adalah kelainan anatomi telinga dapat disertai kelainan kraniofasial, hiperbilirubinemia, meningitis bakteria, apgar score, bayi di NICU, dan sindrom yang berhubungan dengan tuli sensorineural atau konduktif.

Terdapat cara sederhana deteksi kemungkinan tuli kongenital pada bayi usia 0 sampai 1 bulan yaitu refleks moro, mengejapkan mata, mengerutkan wajah, berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat, dan ritme jantung bertambah cepat.

"Jadi saat mendengar suara kencang, pintu tertutup, atau tepuk tangan dari belakang Si Kecil harusnya ada refleks kagetnya," kata dr. Hably.

Kapan kita perlu curiga Si Kecil mengalami tuli kongenital?

- Usia 12 bulan, bayi belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi

- Usia 18 bulan, tidak dapat menyebut satu kata yang mempunyai arti

- Usia 24 bulan perbendaharaan kata kurang dari 10 kata

Sumber: Nakita
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved