Pameran Fotografi 2 Fotografer Prancis di House of Sampoerna, Angkat Tema Cipta Karya Muda
Pameran Fotografi 2 Fotografer Prancis di House of Sampoerna, Angkat Tema Cipta Karya Muda.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya bekerjasama dengan House of Sampoerna (HoS) menggelar pameran fotografi.
Pameran yang berlangsung mulai 12 hingga 27 April 2019 mendatang ini merupakan karya dua fotografer asal Prancis, Erell Hemmer dan Remi Decoster.
Pada kali ini, tema yang diusung adalah 'Jeune Creation' (dibaca jzhen kreasiong) yang memiliki arti cipta karya muda.
• Komunitas Folk Mojokerto Wadah Bagi Millennial Untuk Belajar Fotografi dan Bereksplorasi
• Anak Muda Pecinta Fotografi di Kota Kediri Gelar Pameran
• Fotografer Prancis Buat Pameran Foto Pada Peti Kemas di House of Sampoerna, Angkat Tema Lautan
• Tuntas Laksanakan Pameran di 10 Kota, Timur Liar Exhibition Lakukan Gelaran Puncak di Kota Surabaya
"IFI ingin membuka kesempatan dan mendukung seniman-seniman muda untuk berkarya. Kali ini dua seniman Prancis berkesempatan berkarya pada residensi seni di IFI tahun 2018 dengan mengangkat tema besar Surabaya sebagai kota pelabuhan, maritim, dan pesisir," tutur Pramenda Krishna A, penanggung jawab budaya dan komunikasi IFI Surabaya.
Pada pameran fotografi 'Jeune Creation' ini, Remi menghadirkan setidaknya 43 karya foto dengan proses kurang lebih dua bulan lamanya.
Remi memilih membidikkan kameranya terhadap kehidupan masyarakat di Bangkalan, Madura.
"Bagi saya, Madura memiliki keunikan dan bahasanya sendiri. Hal ini membuat saya tertarik untuk mengeksplornya. Tempat yang saya pilih adalah Bangkalan," tutur fotografer sekaligus sutradara film dokumenter ini.
Subjek yang tampak dominan dalam karyanya adalah penata rias pengantin Madura dengan berbagai aktivitas dan kesehariannya.
Uniknya, semua foto yang ia hadirkan memiliki cerita karangan yang dapat 'dibaca' menjadi satu kesatuan cerita.
"Saya menampilkan karya seri foto yang 'bertutur' layaknya dongeng. Dapat dibaca dari foto pertama hingga foto terakhir. Ceritanya saya karang sendiri dengan terinspirasi dari karakter raksasa Indonesia, Gergasi," tuturnya.
Secara garis besar, menceritakan tentang penata rias di Bangkalan yang mendapat pekerjaan untuk merias pengantin. Setelah berbagai persiapan dan sang calon pengantin telah tampak cantik, tiba-tiba sang calon pengantin dirasuki oleh Gergasi.
Singkat cerita, Gergasi tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh sang wanita.
Bila Remi hadir dengan keunikannya dalam memberikan nyawa baru dalam melihat karya fotografi, maka berbeda dengan Erell yang menawarkan nilai personal dalam karyanya.
Pada kali ini, Erell mengangkat judul 'Pourquoi suis-je incapable d'aller sur la tombe de mon pere' yang artinya 'Mengapa ku tak sanggup pergi ke makam ayah'.
Lautan dan pesisir menjadi inspirasi utama Erell dalam pameran fotografi kali ini.
"Ayah, yang telah meninggal, merupakan seorang pelaut. Sejak kecil, saya akrab dengan semua hal yang berkaitan dengan laut. Oleh karena itu lautan, pelabuhan, dan kehidupan pesisir laut menjadi inspirasi saya," tutur lulusan ISAA) Institut Superieur des Arts Appliques) ini.
Karya-karya Erell yang dibidik menggunakan kamera analog ini diambil di sejumlah negara, termasuk Indonesia tepatnya pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Selain itu, ia juga menampilkan beberapa tulisan, arsip, dan ilustrasi yang dapat dimaknai sebagai fase demi fase perjalanan hidup selepas kepergian ayahnya.
Berbeda dengan karya-karya Erell Hemmer yang berlokasi di Galeri Paviliun House of Sampoerna, Erell memajang karya-karya miliknya pada sebuah peti kemas yang biasanya digunakan sebagai alat transportasi dan penyimpanan barang antar lautan yang ditempatkan di halaman depan House of Sampoerna.
"Bagi saya peti kemas adalah sebuah simbol. Ia adalah kendaraan yang digunakan untuk menyimpan menyebarkan berbagai hal di berbagai daerah," tuturnya.
Rani Anggraini, manager HoS menuturkan bahwa gelaran ini menunjukkan perbedaan cara pandang terhadap kebiasaan yang terjadi di sekitar.
"Hal-hal yang dianggap sederhana dapat menjadi sesuatu yang menarik bagi orang lain. Dengan diselenggarakannya pameran ini, diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk semakin peka terhadap adat dan budaya sebagai inspirasi dalam berkarya," pungkasnya.