Enggan Lapor ke Petugas Medis, Banyak Pasien HIV/AIDS di Tulungagung Ditemukan Dalam Kondisi Parah
Enggan Lapor ke Petugas Medis, Banyak Pasien HIV/AIDS di Tulungagung Ditemukan Dalam Kondisi Parah.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Banyak penderita HIV/AIDS yang enggan melapor ke petugas kesehatan.
Akibatnya banyak di antara mereka ditemukan dalam keadaan sudah sakit parah.
Saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di Tulungagung sebanyak 2.372 orang.
• Pencuri Aki dari Tulungagung Kepergok Sedang Merangkak di Bawah Truk, Alasannya Perbaiki Motor Rusak
• Cabuli Kekasihnya Hingga 5 Kali, Pelajar Asal Kediri Ini Dilaporkan ke Polres Tulungagung
• Unit Tipikor Polres Tulungagung Selidiki Dugaan Korupsi Bansos Pemprov Jatim 2017 di Tulungagung
Menurut Kasi P2M Dinas Kesehatan Tulungagung Didik Eka, 70 persen pasien HIV/AIDS ditemukan dirawat di rumah sakit, karena penyakit infeksi.
“Yang 30 persen dalam kondisi sehat, karena mereka selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan,” ujar Didik, Selasa (7/5/2019).
Pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung masuk dalam kategori terkonsentrasi.
Angkanya pun perkiraannya pun cukup mengejutkan, 5 hingga 10 orang per 100 penduduk.
Jika saat ini jumlah penduduk Tulungagung sebanyak 1.000.000 orang, maka jumlah pengidap HIV/AIDS sebanyak 50.000 hingga 100.000 orang.
“Saat ini yang terdeteksi hanya 2.372 orang. Masih banyak yang harus ditemukan,” terang Didik.
Untuk menemukan para pengidap HIV/AIDS, Dinas Kesehatan menggandeng semua fasilitas kesehatan swasta dan LSM.
Termasuk klinik-klinik pratama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Sebelumnya 32 Puskesmas dan rumah sakit pemerintah menjadi ujung tombak untuk menemukan pengidap HIV/AIDS di Tulungagung.
“Jika Faskes menerima pasien dengan infeksi oportunistik, bisa ditentukan pasien itu HIV atau bukan,” sambung Didik.
Untuk mengungkap para pengidap yang tersembunyi, Dinkes menggunakan metode notifikasi.
Jika ada satu pasien ditemukan, maka akan ditelusuri riwayat penularannya.
Karena penularan terbesar lewat hubungan seks, dia akan ditawany dengan siapa saja sudah berhubungan badan.
“Terutama satu bulan terakhir, dia sudah melakukan aktivitas seks dengan siapa saja, harus diketahui,” tutur Didik.
Pasien itu diharapkan bersikap jujur, untuk mengungkap dengan siapa saja dia sudah berhubungan badan.
Selain itu juga dilakukan konseling pasangan. Dia harus jujur dengan pasangannya, jika sudah terinfeksi HIV/AIDS.
Pasangannya juga akan dilakukan tes, untuk memastikan sudah tertular atau tidak.
Karena masa inbukasinya hingga 10 tahun, jika punya anak juga harus dites.
Untuk menekan jumlah Human Immunodeficiency Virus (HIV), pasien harus minum anti retroviral virus (ARV).
ARV diberikan gratis, dan harus diminum setiap hari seumur hidup.