Pilpres 2019
FAKTA TERBARU Hairul Anas Suaidi Pencipta Robot Pemantau Sistem KPU, Ternyata Caleg Gagal dari PBB
Tak cuma keponakan Mahfud MD, Hairul Anas Suaidi pencipta robot pemantau sisten KPU ternyata juga merupakan caleg gagal dari PBB
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Keberanian Hairul Anas Suaidi yang membeberkan ke publik terkait dugaan kecurangan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU RI pada Pemilu 2019, dengan menggunakan Robot Pemantau Sistem IT KPU yang dia ciptakan, membuat publik dunia maya heboh.
Seperti diketahui, Hairul Anas Suaidi merupakan pencipta robot pemantau Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU RI.
Kerja robot tersebut dipaparkan Anas, Selasa, (14/5/2019) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, ketika Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menggelar Pemaparan Kecurangan Pemilu 2019.
• Inilah Sosok Jenderal TNI yang Gebrak Meja di Rumah Soeharto, Popularitasnya Bikin Soeharto Gusar
Namun, di balik kehebohan dunia maya, ada hal yang juga perlu diketahui.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunMadura.com (TribunJatim.com), Hairul Anas Suaidi merupakan Caleg DPR RI daerah pemilihan Jawa Timur XI dari Partai Bulan Bintang (PBB) untuk Daerah Pemilihan, Madura, Jawa Timur.
Meliputi Madura Raya, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Dia mendapat nomor urut 4.
Di akun Facebook-nya, Hairul Anas memperlihatkan keaktifannya di partai yang diketuai oleh Yusril Ihza Mahendra.
Hairul Anas juga merupakan mahasiswa Jurusan Elektro di ITB dan berdomisili di Bandung.
• Kemarahan Soekarno Saat Soeharto Diam-diam Temui Istrinya Demi 3 Hal, Bu Tien Pun Cemburu
Pria asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur itu juga mengaku mendapatkan dukungan dari DPP PBB untuk mengungkap kejanggalan Situng KPU.
"Terimakasih kepada DPP Partai Bulan Bintang yang telah mendukung saya utk terus mengungkap kejanggalan Situng KPU. Juga terima kasih telah membebaskan kami sebagai pribadi untuk mendukung Paslon 02,” tulisnya di akun Facebooknya pada Rabu (15/5/2019).
Seperti diketahui bersama PBB merupakan salah satu partai koalisi Jokowi-Amin di Pilpres 2019.
Sayangnya, PBB gagal memenuhi parliamentary threshold atau ambang batas parlemen.
• Detik-detik Ajudan Soeharto Saling Todong dengan Mossad, PM Israel Sampai Cemas dan Minta Maaf
Sehingga berapa pun suara Anas, tetap tidak bisa lolos ke DPR RI.
PBB merupakan satu di antara partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Itu seperti yang dilansir TribunJatim.com dari Kompas.com, 28 Januari 2019 lalu.
Saat itu, Yusril memahami bahwa keputusan ini berat bagi sebagian kader PBB, yang kemungkinan masih berharap partainya mendukung Prabowo-Sandiaga Uno.
• Ucapan Soeharto ke Soekarno sebelum Jatuh ini Terbukti saat G30S/PKI Meletus, Awalnya Tak Digubris
"Keputusan ini adalah keputusan bulat yang wajib kita tunaikan dan laksanakan bersama dengan tetap hargai perbedaan pendapat," kata Yusril dalam Rakernas PBB itu, saat itu.
Berikut peroleh suara Anas di Pamekasan berdasarkan real count KPU Pamekasan.
Perolehan suara Anas dari 13 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Pamekasan hanya memporel 320 suara.
Dengan rincian:
-Kecamatan Tlanakan 12
- Kecamatan Pademawu 70
- Kecamatan Galis 10
-Kecamatan Kota (Pamekasan) 69
- Kecamatan Proppo 11 suara
- Kecamatan Palengaan 4 suara
- Kecamatan Pegantenan 30
- Kecamatan Larangan 46 suara
- Kecamatan Pakong 12
- Kecamatan Waru 11 suara
- Kecamatan Batumarmar 0 suara
- Kecamatan Kadur 39 suara
- Kecamatan Pasean 6 suara
Total keseluruhan: 320 suara
Sedangkan untuk perolehan suara partai PBB sebanyak 1.241 suara.
Keponakan Mahfud MD
Hairul Anas Suaidi (43), warga Dusun Rongrongan, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, yang mendadak viral di dunia maya dan ramai menjadi perbincangan, karena berhasil menciptakan robot pemantau sistem IT KPU RI, semasa kecil, kehidupanya sama dengan anak-anak sebaya.
Anas, panggilan anak bungsu tiga bersaudara pasangan suami istri almaruhum Sarim dan Daifah (Daifah, kakak kandung Mahfud MD, mantan Ketua MK), ketika masih duduk di bangku SD, suka bermain layang-layang bersama teman-temannya di desanya.
“Seperi anak-anak lainnya, waktu kecil dulu sering bersama teman-temannya bermain di luar. Namun yang paling disenangi bermain layangan. Bahkan, kerap ia membuat membuat layangan sendiri, tapi bukan untuk dijual, melainkan untuk dipakai sendiri,” kata Hamzah, salah seorang keluarga Anas saat ditemui di rumahnya Dusun Rongrongan, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, Kamis (16/5/2019).
Meski Anas sama seperti anak sebaya lainnya, lanjut Hamzah, waktunya tidak hanya dihabiskan untuk bermain. Dia dikenal rajin dan tekun belajar.
Sehingga ketika bebarapa temannya datang ke rumah untuk mengajak bermain, terkadang Anas menolak dan lebih memilih belajar.
Menurut Hamzah, sang ayah almarhum Sarim, semasa hidupnya menjadi kepala SD di kawasan Kecamatan Pegantenan.
Rumah yang ditempat termasuk rumah sederhana banguan tua, berukurang 6 x 8 meter. Namun yang ditempai Anas ini sudah ambruk, karena lapuk dimakan usia dan tidak dibangun lagi.
Menurut Hamzah, Sarim meninggal dunia ketika Anas masih duduk di bangku SMP. Selang beberapa tahun kemudian, Daifah, ibu kandung Anas pindah ke Pamekasan, berkumpul dengan saudara di Jl Dirgahayu, Kelurahan Bugih, Kecamatan Kota, Pamekasan.
Tapi, walau Anas sudah pindah ke Bandung dan beristrinya yang orang Bandung, setiap tahun dia pulang, untuk menemui family dan ziarah ke makam ayahnya.
Sedang Fausi, anak kandung Hamzah, mengaku kaget dengan Anas yang saat ini namanya mendadak terkenal lantaran keberaniannya tampil di hadapan publik, memperlihatkan keberhasilannya menciptakan robot.
“Kemarin malam saya lihat di youtube, Om Anas tampil memukau saat memberikan penjelasan itu. Saya hampir tidak percaya terhadap Om Anas,” kata Fauzi.
Sedang H Khatijah (90), nenek Anas yang ditemui di Kelurahan Bugih, Pamekasan, Kamis (16/5/2019), mengaku tidak banyak tahu masa kecil Anas, karena dirinya tidak selalu menetap di Pamekasan.
Khatijah adalah ibu kandung Mahfud MD ini, mengaku sering berkunjung ke anak dan familinya di luar Madura dalam waktu lama.
“Anas bersama ibunya sudah tinggal di Bandung. Kalau hari raya pulang ke Pamekasan bersama istri dan ibunya. Tapi pulangnya tidak pasti setiap tahun,” kata Khatijah. (Muchsin)