Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Mantan Kapolri Bongkar Isi Buku Khusus Punya Soeharto Saat Jadi Presiden, Sampai Diberi Daftar Urut

Seoharto ternyata mempunyai buku khusus saat jadi Presiden Indonesia selama 32 tahun. Mantan Kapolri bocorkan isinya ke publik.

Penulis: Januar AS | Editor: Melia Luthfi Husnika
Tribunnews
Kolase Soeharto, buku khusus dan mantan Kapolri Sutanto 

TRIBUNJATIM.COM - Bagi sebagian masyarakat Indonesia, nama Soeharto memiliki kenangan tersendiri.

Tidak terkecuali bagi orang-orang yang pernah menjadi pengawal Soeharto.

Sebab, Soeharto memang pernah memimpin Indonesia selama 32 tahun.

Satu di antaranya adalah Sutanto, yang juga pernah menjadi Kapolri pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Alasan Soeharto Sebenarnya Makamkan Soekarno di Blitar Diungkap Pemain Film ‘Pengkhianatan G30S/PKI

Dalam buku, "Pak Harto The Untold Stories", Sutanto memang mengakui pernah menjadi ajudan Soeharto.

Sutanto menjadi ajudan Soeharto pada tahun 1995 hingga 1998.

Selama menjadi ajudan, Sutanto menyebut Soeharto sebagai seorang pemimpin yang memiliki prinsip dan konsisten.

Menurutnya, selama menjabat sebagai presiden, keputuaan Soeharto tidak ada yang bertentangan satu sama lainnya.

Penyebab Sebenarnya Tien Soeharto Wafat Diungkap Mantan Kapolri, Kabar Jadi Korban Tembakan Terjawab

Sutanto mengungkapkan, hal itu tidak lepas dari adanya buku khusus yang dimiliki Soeharto.

Buku itu berisi berbagai hal yang penting secara sistematis.

Termasuk setiap masukan atau keputusan juga dicatat dalam buku khusus tersebut.

"Bahkan Pak Harto memberi daftar urut dan memisahkan bagian per bagian berdasarkan siapa menterinya atau apa topik permasalahannya," kata Sutanto.

Awalnya Tak Dipercaya, Ucapan Bu Tien Sebelum Wafat Jadi Bukti Kekuasaan Soeharto Bakal Berakhir

Sehingga, atas bantuan catatan dalam bukunya itulah Soeharto mampu melihat sejumlah persoalan.

"Dibantu dari buku itulah, Pak Harto sebagai presiden dan kepala negara bisa melihat kemajuan atau progres berbagai masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah," lanjut Sutanto.

Sutanto pun menyebut Soeharto sebagai seorang administrator yang baik dan teliti.

Momen Prabowo Merasa Terhina Saat Datangi Habibie di Istana, Bawa Nama Soeharto & Keluarganya

Kunjungi Bosnia

Selama memimpin Indonesia, Soeharto banyak mengunjungi negara lain.

Satu di antaranya adalah kunjungannya ke Sarajevo, Bosnia.

Mantan Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden, Sjafrie Sjamsoeddin, dalam buku Pak Harto The Untold Stories mengatakan, kunjungan itu dilakukan Soeharto pada tahun 1995.

Kunjungan ke Sarajevo itu dilakukan Soeharto usai mengunjungi Kroasia.

Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, dia mendapatkan kabar saat itu baru saja ada pesawat yang ditembaki di sekitar tempat itu.

Pesawat tersebut mengangkut utusan khusus PBB, Yasushi Akashi, saat hendak ke Bosnia.

Beruntung insiden itu tidak memakan korban.

Dalam penerbangan dari Zagreb-Sarajevo, Soeharto sama sekali tidak mengenakan rompi pengaman dan helm.

Padahal, menurut Sjafrie saat itu semua penumpang pesawat sudah mengenakannya.

Namun, Soeharto tiba-tiba saja menanyakan sebuah hal kepada Sjafrie.

"Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru, belum"? tanya Soeharto ditirukan Sjafrie

Sjafrie kemudian menjawab, semua bagian sudah ditutup dengan bulletproof, termasuk bagian samping.

Melihat Soeharto masih tak mengenakan helm dan rompi pengaman, Sjafrie terus memutar otak.

Akhirnya, Sjafrie pun sengaja duduk di kursi yang terletak di depan Soeharto, sambil memegang rompi dan helm.

Sjafrie melakukan hal itu agar Soeharto meminta kedua benda itu, dan bersedia mengenakannya.

Namun, harapan Sjafrie justru pupus.

Bukannya mengenakannya, Soeharto justru melakukan sebaliknya.

"Helmnya nanti masukkan ke Taman Mini ya! Nanti helmnya masukkan ke (museum) Purna Bhakti," ucap Soeharto saat itu.

Tidak hanya itu, Soeharto juga meminta agar Sjafrie Sjamsoeddin saja yang memegang rompi itu.

"Eh, Sjafrie. Itu, rompi itu cangking (bawa) saja. Kamu cangking saja," ujar Soeharto.

Mendapatkan permintaan dari Soeharto seperti itu Sjafrie hanya bisa pasrah, dan menaatinya.

Detik-detik Sebelum Soeharto Mundur, Isi Kalimat Sepucuk Surat Bikin Soeharto Gugup dan Terpukul

Melewati Sniper Valley

Menjelang pesawat mereka mendarat di Sarajevo, Sjafrie Sjamsoeddin menyaksikan pemandangan dari jendela pesawatnya.

Pemandangan itu berupa adanya senjata laras panjang berpeluru kaliber 12,7 mm.

Menurut Sjafrie, senjata semacam itu biasa digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang.

Senjata tersebut terus berputar mengikuti pesawat yang ditumpanginya bersama Soeharto.

Meski demikian, Sjafrie Sjamsoeddin baru memberitahukan hal itu enam jam kemudian.

Jafrie menyebut, kawasan itu memang didiami banyak para sniper.

Sebab, wilayah itu memang dimiliki oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik.

Meski demikian, saat turun dari pesawat tersebut Soeharto tetap tenang.

Sikap tenang Soeharto itu juga menular kepada orang sekitarnya.

"Presiden saja berani, mengapa kami harus gelisah?" tulis Sjafrie.

Selanjutnya, Soeharto dijemput pasukan PBB yang sudah menyiapkan VAB, Panser buatan Prancis.

Begitu kendaraan itu berjalan, Soeharto pun menanyakan sesuatu.

"Sekarang ini kita berada di mana?" tanya Soeharto ke Atase Pertahanan.

Pihak Atase Pertahanan kemudian menjawab mereka sedang berada di Sniper Valley.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved