Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Terbongkar Sosok yang Jadi Model Patung Pancoran, Diusulkan Langsung Oleh Soekarno karena 1 Alasan

Inilah sosok yang menjadi model untuk Patung Dirgantara atau Patung Pancoran. Awalnya diusulkan wanita.

Penulis: Januar AS | Editor: Melia Luthfi Husnika
Net/ Angkasa.grid.id
Soekarno dan Patung Pancoran 

TRIBUNJATIM.COM - Patung Dirgantara, atau yang biasa disebut sebagai Patung Pancoran bagi masyarakat Jakarta tentu bukan sesuatu yang asing.

Patung itu disebut sebagai Patung Pancoran karena letaknya memang ada di Pancoran, Jakarta.

Orang yang menggagas dibuatnya Patung Pancoran adalah Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno.

Meski demikian, tak semua orang tahu kisah di balik pembuatan Patung Pancoran, termasuk siapa yang menjadi modelnya.

Momen Soekarno Dibidik Sniper NII Saat Salat Ied, Tembakan Pelaku Ngawur karena Lihat Bayang-bayang

Menurut buku "Tertawa Bareng Bung Besar" karya Eddi Elison terbitan tahun 2014, patung itu dibuat dengan tujuan agar Jakarta terlihat lebih molek, dan terdaftar sebagai kota berseni.

Meski demikian, pembangunan Patung Pancoran saat itu terkendala dana.

Sebagai seorang presiden, Soekarno bisa saja memasukkan dana pembuatan patung itu ke dalam anggaran negara.

Namun, Soekarno tidak menghendaki hal itu.

Pengakuan Ajudan Soal Sorot Mata Kartosoewiryo Kala Dieksekusi Mati, Bikin Soekarno Langsung Berdoa

Soekarno kemudian menghubungi pematung andalannya, Edhi Sunarso dari Yogyakarta.

Soekarno kemudian minta kepada Edhi untuk dibuatkan Patung Dirgantara yang memiliki gaya khas.

Namun, lagi-lagi masalah muncul.

Saat itu, Edhi Sunarso bingung siapa yang akan menjadi modelnya.

Alasan Soeharto Sebenarnya Makamkan Soekarno di Blitar Diungkap Pemain Film ‘Pengkhianatan G30S/PKI

Awalnya, seorang wanita diusulkan untuk menjadi model patung itu.

Usul itu datang dari Hoegeng.

Hoegeng merupakan mantan Kapolri.

Tapi, usulan itu kemudian ditolak Soekarno.

Ucapan Soeharto ke Soekarno sebelum Jatuh ini Terbukti saat G30S/PKI Meletus, Awalnya Tak Digubris

"Kalau wanita, tantang angin begitu ya bisa pilek terus," canda Soekarno.

Edhi Sunarso pun bertanya kepada Soekarno.

"Modelnya siapa, pak?" tanya Edhi Sunarso.

Mendapatkan pertanyaan itu dari Edhi Sunarso, Soekarno langsung menjawabnya.

Kemarahan Soekarno Saat Soeharto Diam-diam Temui Istrinya Demi 3 Hal, Bu Tien Pun Cemburu

"Ya, sudah kamu saja!" jawab Soekarno.

Edhi Sunarso pun berusaha mengelak saat mendengar jawaban Soekarno seperti itu.

"La, wong elek ngene (Lha, orang jelek begini)," kilah Edhi Sunarso.

Meski demikian, Soekarno tetap bersikukuh pada pendiriannya.

Saat itu, Soekarno hanya menyebutkan satu alasan, yaitu terlihat gagah.

"Ora opo-opo, sing penting gagah (Tidak apa-apa, yang penting gagah)," jawab Soekarno.

Pada akhirnya, Edhi Sunarso menjadi model Patung Dirgantara, atau yang biasa disebut Patung Pancoran.

Soekarno Tiba-tiba Berhenti Pidato Pasca G30S/PKI Akibat Selembar Nota dari Ajudan, Isinya Mencekam

Bagi masyarakat Indonesia, peristiwa G30S/PKI merupakan peristiwa yang sulit dilupakan.

Sebab, peristiwa tersebut telah memakan korban para petinggi TNI.

Tepatnya, sebanyak enam jenderal TNI, dan seorang perwira menjadi korban penculikan G30S/PKI.

Mereka kemudian dibawa ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Di tempat itu, mereka mengalami siksaan, hingga menemui ajal.

Walaupun, sebagian lagi ada yang meninggal saat proses penculikan oleh Pasukan Resimen Cakrabirawa.

Pasca peristiwa tersebut, situasi politik, khususnya di Jakarta pun semakin memanas.

Para mahasiswa yang tergabung dalam KAMI pun melakukan aksi, dan mendesak pemerintahan Soekarno membubarkan PKI.

Dalam buku "Soeharto, Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?", karangan Peter Kasenda, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No 41/Kogam/1966 yang berisi pembubaran KAMI.

Namun, hal itu tak menyurutkan desakan para mahasiswa.

Oleh karena itu, Soekarno pun memaksa mengadakan sidang kabinet untuk membicarakan tuntutan mahasiswa, pada 11 Maret 1966.

Saat itu semua menteri datang, walaupun ada gangguan karena mahasiswa kembali demo, dan mengempiskan ban-ban mobil di sekitar istana.

"Yang secara mencolok adalah ketidakhadiran Soeharto yang dikatakan sakit tenggorokan ringan," tulis Peter.

Peter melanjutkan, berdasarkan sebuah sumber, Soekarno sebenarnya telah diberitahu Duta Besar untuk Ethiopia yang baru saja pulang ke Jakarta, Brigjen Suadi semalam sebelumnya, bahwa pasukan-pasukan RPKAD berusaha menyergap istana.

Mendapatkan informasi itu, Soekarno pun menghubungi Panglima KKO Hartono yang mengulangi jaminannya, KKO siap menghadapi RPKAD.

Sementara saat Soekarno berpidato, satu di antara ajudannya menyela, dan menyerahkan selembar nota.

Setelah membacanya, Soekarno mengumumkan sesuatu yang amat penting telah mencekam dirinya, dan bermaksud meninggalkan tersebut sebentar.

Dua pejabat lainnya saat itu, Soebandrio dan Chaerul Saleh juga mengetahui isi nota itu.

Begitu tahu isi nota tersebut, mereka juga pergi meninggalkan sidang.

"Nota itu berisi informasi sekelompok pasukan tak dikenal yang menanggalkan segala tanda pengenal mereka sehingga identitasnya tak diketahui, telah menduduki posisi mengepung istana," tulis Peter.

Menurut Peter, awalnya nota itu ditujukan kepada Pangdam Jaya, Amir Machmud.

Lalu, ia mengatkan tak apa-apa.

Belakangan, diketahui Soekarno meninggalkan sidang kabinet, dan menuju Istana Bogor.

Di sana Soekarno bertemu sejumlah pejabat, hingga menghasilkan Surat Perintah 11 Maret, atau yang biasa dikenal Supersemar.

Isi Supersemar "memerintahkan" Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan Presiden Soekarno, dan Indonesia.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved