Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Soeharto Marah Besar, Nyaris Tembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya: Kamu Anggap Apa?

Kemarahan Soeharto pernah memuncak kepada seorang perwira TNI di kala dirinya masih menjabat sebagai Pangkostrad TNI.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Adi Sasono
Koleksi pribadi Nani Nurrachman Sutojo, dimuat dalam buku Kenangan tak Terucap, Saya, Ayah dan Tragedi 1965 terbitan Penerbit Buku Kompas
Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto berdoa di depan peti jenazah almarhum Jenderal Sutojo Siswomihardjo dan enam rekannya yang gugur dalam Peristiwa 1 Oktober 1965. Pagi 5 Oktober 1965, hari ulang tahun Angkatan Bersenjata yang biasanya gilang-gemilang, saat itu kelabu, demikian kata-kata pengantar Jenderal Nasution. Tujuh peti jenasah berangkat beriringan dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Adegan dalam foto ini muncul dalam film Pengkhianatan G 30 S/PKI dalam bentuk dokumentasi aslinya. 

Menurut Rushdy, Soeharto memang pantang dilangkahi.

Meski begitu Soeharto tak pernah lupa dengan orang yang pernah berjasa untuknya.

Kemarahan Sintong Panjaitan Saat Benny Moerdani Lempar Baret Kopassus, Sebabnya Pertempuran di Papua

Herman kemudian mengajukan permintaan maaf.

Kejadian itu berakhir dengan saling pengertian satu sama lain.

Meski dikenal tegas kepada para penentangnya, Soeharto masih memaafkan Herman Sarens.

Pada 1966, Soeharto dilantik menjadi pejabat presiden.

Usai pelantikan, Herman diundang ke kediaman Soeharto yang saat itu masih berada di Jalan Agus Salim.

Soeharto memanggil Herman ke ruang tamu.

“Man, sini kita foto bersama. Saya sekarang pejabat presiden,” kata Soeharto
Mereka lantas mengabadikan potret bersama.

“Aku kemudian berfoto dengan Pejabat Presiden Jenderal Soeharto dan Ibu Tien,” kenang Herman dalam otobiografinya.

Gaya Cucu Soeharto Hang Out bareng Ibunya, Outfit di Tubuh Anak Mayangsari Capai Puluhan Juta

Relasi Pasang Surut

Untuk urusan pribadi, Herman Sarens pun punya noda di mata Soeharto dan Tien Soeharto.

Pasalnya, Herman mengambil istri keduanya Letnan Jenderal Achmad Jani yang bernama Hadijah alias Hedi justru untuk dijadikan istri kedua juga.

Itu terjadi pada 1967.

“Ibu Tien kan gak senang kalau ada perwira yang mengambil istri kedua. Dia pasti langsung nge-bisik sama Pak Harto,” tutur Rushdy.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved