Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Kemarahan Soekarno Saat Soeharto Langgar Perintahnya, Suasana Berubah Tegang, Cikal Bakal Kudeta?

Inilah kemarahan Soekarno kepada Soeharto saat perintahnya terang-terangan dilanggar. Benarkah ini cikal bakal kudeta yang dilakukan Soeharto?

Penulis: Januar AS | Editor: Melia Luthfi Husnika
Istimewa/Arsip Kompas
Kemarahan Soekarno Saat Soeharto Langgar Perintahnya, Suasana Berubah Tegang, Cikal Bakal Kudeta? 

Saat ditemui Sumirat, Wirahadikusuma sedang di markas Kostrad dan tengah bersama Pangkostrad Mayjen Soeharto.

Soeharto ternyata melarang Wirahadikusuma menghadap Soekarno

Waktu itu bilang, “Sampaikan kepada Bapak Presiden, mohon maaf Pangdam V Jaya tidak dapat menghadap dan karena saat ini Panglima AD (Achmad Yani) tidak ada di tempat, harap semua instruksi untuk AD disampaikan melalui saya, Panglima Kostrad.”

Ketika mendengar informasi itu, Soekarno tampak tidak senang.

Meskipun secara garis komando, ketika KASAD tidak ada di tempat maka Pangkostrad secara otomatis boleh mengambil alih garis komando, tapi perintah presiden sebagai Panglima Tertinggi tetap harus dipatuhi.

Para Panglima Angkatan yang hari itu hadir menghadap Soekarno antara lain Marsekal Oemar Dani, Laksamana Martadinata, Jenderal Sutjipto Judodihardjo, Jenderal Sutardhio, Leimena, dan Brigjen Sabur.

Jika diamati, suasana di sekitar rumah dinas Komodor Udara Susanto saat itu malah tampak santai dan sama sekali tidak mencerminkan suasana ketegangan.

Tapi suasana betul-betul berubah tegang ketika tepat pukul 12.00 WIB, dari radio transmitter yang dipinjamkan oleh Komodor Susanto terdengar pengumuman Letkol Untung, salah satu dalang dari aksi G30S/PKI, mengenai Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.

Itu berarti telah terjadi kudeta. Brigjen Sabur pun segera membawa radio transmitter itu dan ditunjukkan pada Soekarno.

Soekarno sangat terkejut dan segera menyadari telah terjadi masalah serius, serta genting bagi bangsa dan negaranya.

Setelah diadakan rapat di rumah Komodor Susanto, Soekarno memutuskan mengangkat Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai caretaker Menteri/Panglima AD menggantikan posisi Ahmad Yani yang belum jelas nasibnya.

Lewat pukul 17.00 WIb, ajudan Soekarno, Kolonel Bambang Widjanarko, diperintahkan memanggil Jenderal Pranoto.

Tapi Jenderal Pranoto yang sudah berada di markas Kostrad ternyata dilarang juga oleh Soeharto untuk menghadap Soekarno.

Soeharto bahkan menegaskan semua instruksi mengenai Angkatan Darat dari Soekarno Karno harap disampaikan kepada Soeharto.

Mendengar laporan Bambang, Soekarno tampak sangat kecewa dan marah sekali.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved