Ada 15 Desa di Tulungagung Rawan Kekeringan di Musim Kemarau, BPBD Siap Kirimkan Air Bersih
Ada 15 Desa di Tulungagung Rawan Kekeringan di Musim Kemarau, BPBD Siap Kirimkan Air Bersih.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Musim kemarau tengah berlangsung di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah ancang-ancang menghadapi beberapa wilayah yang mengalami kekurangan air bersih.
Dari pemetaan BPBD Tulungagung, setidaknya ada lima kecamatan yang berpotensi mengalami kekeringan.
Dari lima kecamatan itu, ada sekitar 15 desa yang selalu kena dampak kekeringan, dan kekurangan air bersih.
• Ratusan Warga Desa Jabalsari Tulungagung Tak Pernah Dapat Kompor Gas Gratis, Terpaksa Beli Sendiri
• Cegah Kerusuhan, Kapolres Tulungagung Waspadai Gerak Botoh Selama Pelaksanaan Pilkades Serentak
• Ribuan Orang Ikut Olah Raga dan Deklarasi Tolak Kerusuhan di Tulungagung
“Hasi pemetaan BPBD, 15 desa itu yang selalu berpotensi mengalami kekeringan,” terang Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD, Nadlori Alwi, Senin (17/6/19).
Di Kecamatan Tanggunggunung, desa-desa itu adalah Pakisrejo, Kresikan, dan Tenggarejo.
Di Kecamatan Besuki desa yang rawan kekeringan adalah Desa Besuki, Sedayu Gunung, Keboireng dan Tulungrejo.
Sedangkan di Kecamatan Kalidawir meliputi Desa Kalibatur, Rejosari, Banyu urip, dan Winong.
Di Kecamatan Pucanglaban, desa yang berpotensi kekeringan meliputi Desa Kalidawe, Panggungwuni, Panggung Kalak, dan Kali Genthong.
Dan di Kecamatan Rejotangan meliputi Desa Sukorejo Wetan.
“Dari segi jumlah masih sama dengan tahun 2018 silam,” sambung Alwi.
Desa-desa tersebut memang berada di wilayah pegunungan selatan Tulungagung.
Daerah ini cenderung kering, dibanding pegunungan utara yang justru kaya sumber air.
Jika dibanding tahun 2017, jumlah desa yang berpotensi mengalami kekeringan mengalami penurunan.
Sebab sejumlah desa sudah mendapat pasokan air dari Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM).
Sejauh ini BPBD belum melakukan pengiriman air bersih ke desa-desa itu.
Namun Pemkab Tulungagung telah memerintahkan untuk bersiaga, jika sewaktu-waktu mengirim air bersih ke Besuki.
“Sumber-sumber air saat ini masih ada yang mengalir. Kalau sumber mengering, sewaktu-waktu siap dropping,” ujar Alwi.
Anggaran untuk bencana kekeringan ini bersifat situasional. Artinya, jika wilayah terdampak bertambah anggarannya juga akan mengikuti.
Pengiriman air bisa dilakukan hingga 5 truk tanki per desa per hari.
Berdasar prediksi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kering terjadi di bulan September, dan berlangsung hingga awal tahun 2020.