Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Saat Marinir TNI AL Ingin Serbu Singapura karena Usman & Harun Dihukum Mati, Reaksi Soeharto Kontras

Ada cerita tentang Marinir TNI AL yang membuat negara tetangga terguncang. Negara yang dimaksud adalah Singapura.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Melia Luthfi Husnika
KOMPAS.com/HADI MAULANA
ILUSTRASI - Pasukan Marinir saat operasi melumpuhkan lawan dan menduduki Pulau Tanjung Todak, Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Kepri, dalam latihan Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) tingkat III, Kamis (2/8/2018). Sebanyak 1.210 personel TNI AL yang tergabung dalam beberapa kesatuan mengikuti latihan Glagaspur III dalam meningkatkan kesiapsiagaan personel dan alutsista Koarmada I serta mengukur kemampuan Satuan Tugas Koarmada I dalam mendukung tugas TNI AL meminimalisasi ancaman dari laut. 

Sasaran utama misi rahasia itu adalah melakukan sabotase di pusat Kota Singapura dengan berbekal bahan peledak seberat 12,5 kg.

Target yang harus diledakkan adalah gedung McDonald House yang berada di pusat keramaian kota.

30 Prajurit Kopassus Nyamar Jadi Hantu Putih, Tembus Sarang Musuh, Ribuan Pemberontak Minta Ampun

Karena ketatnya penjagaan di perairan Singapura, ketiga infiltran itu menyamar sebagai pemasok barang dagangan ke Malaysia dan Singapura.

Ketika sedang menyamar sebagai pedagang itulah, mereka mempelajari sasaran yang harus diserang termasuk rute bagaimana harus melahirkan diri.

Setelah merasa yakin dengan semua rencana yang sudah dimatangkan ketiga infiltran itu pun siap melancarkan serangan sabotase.

Saat menjelang fajar menyingsing tanggal 9 Maret 1965 ketiga infiltran itu berhasil mendarat di pantai Singapura dan menyusup masuk ke pusat Singapura.

Alasan Soeharto Tak Singkirkan Pejabat yang Berkhianat Dibongkar Mantan Panglima, Padahal Terpukul

Gedung MacDonald yang menjadi sasaran sabotase berhasil diledakkan pada pukul 03.07 waktu setempat.

Saat kembali menuju perahu karet yang ditempatkan di lokasi tersembunyi mereka sengaja berpisah dengan Gani bin Aroep.

Taktik memisahkan diri itu bertujuan untuk menghindarkan kecurigaan aparat kepolisian yang telah melancarkan operasi pencarian secara besar-besaran.

Djanatin dan Tohir berhasil mencapai pantai, selanjutnya melarikan diri menggunakan perahu motor rampasan.

Namun, pelarian yang berlangsung pada 13 Maret 1965 itu mengalami kendala karena secara tiba-tiba mesin perahu mati.

Tak lama kemudian polisi perairan Singapura berhasil menemukan dan menangkap keduanya.

3 Jenderal TNI Pernah Permalukan Soeharto, Nasib Tragis Menyambut, Ada yang Korban Pembunuhan Keji

Usman dan Harun, oleh Singapura, dianggap sebagai pelaku terorisme dan bukan tawanan perang karena ketika sedang melancarkan misinya tidak mengenakan seragam serta identitas militer.

Setelah diadili, kedua infiltran yang bertempur demi tugas negara itu akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Langkah diplomatik untuk membebaskan keduanya pun diupayakan secara serius oleh Pemerintah RI.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved