Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Sosok 3 Jenderal yang Berpengaruh, Hasil 'Didikan' Sintong Panjaitan, Ada Satu Akan Selalu Dikenang

Sintong Panjaitan adalah seorang guru dan kolonel yang ternyata memiliki kemampuan luar biasa dalam mendidik bawahannya, inilah kisah mereka!

Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Instagram/ Tribunnews
Kesaksian Sintong Panjaitan Soal Kemarahan Anggota TNI yang Gagal Jadi Kopassus, Sampai Ada Tembakan 

Prabowo Subianto adalah satu di antara murid didikan Sintong Panjaitan yang terkenal begitu fenomenal.

Jokowi bertemu Prabowo di Stasiun MRT Senayan, Jumat (13/7/2019).
Jokowi bertemu Prabowo di Stasiun MRT Senayan, Jumat (13/7/2019). (KOMPAS.com/Walda Marison)

Mulai dari beberapa tahun silam, Prabowo kerap dibicarakan karena pencalonan dirinya sebagai Presiden di beberapa kali Pemilu Indonesia.

Sintong Panjaitan merupakan satu di antara perwira andal yang dimiliki Kopassus.

Sintong Panjaitan adalah Putra kelahiran Sumatera Utara.

Sosok ini sangat disegani dan telah melahirkan tokoh-tokoh pasukan elite yang terkenal.

Hotman Bongkar Fakta Kasus Tanah Prabowo dan Jokowi di Pilpres, Bicara Soal Politik: Tidak Tertarik!

Di masa Danjen Kopassus dipegang Kolonel Moeng Pahardimulyo, terjadi perubahan warna baret Komando Pasukan Khusus, dari cokelat menjadi merah darah.

Perubahan warna baret itu memiliki cerita tersendiri, begitu juga perubahan seragam, dari pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama.

Itu terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.

Kisah Sintong Panjaitan Saksikan Danjen Kopassus Kolonel Moeng Telan Ular Sanca di Depan Murid-murid
Kisah Sintong Panjaitan Saksikan Danjen Kopassus Kolonel Moeng Telan Ular Sanca di Depan Murid-murid (Wikipedia - Kolase)

Kolonel Moeng Pahardimulyo, Danjen Kopassus legendaris ini memiliki anak didik yang keras, yaitu Sintong Panjaitan.

Sintong memiliki kisah tentang Kolonel Moeng Pahardimulyo, yang ditulis secara apik dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.

Saat itu Republik Indonesia masih berumur muda dan Para Komando tengah dirintis.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved