Diduga Frustasi Sakit Asma, Kakek dari Surabaya Tewas Gantung Diri Pakai Tambang ke Handle Pintu
Diduga Frustasi Sakit Asma, Kakek dari Surabaya Tewas Gantung Diri Pakai Tambang ke Handle Pintu.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Sudarma Adi
Diduga Frustasi Sakit Asma, Kakek dari Surabaya Tewas Gantung Diri Pakai Tambang ke Handle Pintu
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Eko Sukamto nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Sabtu (10/8/2019).
Diketahui, kakek berusia 55 tahun itu menderita penyakit asma selama 10 tahun.
Warga Kalilom Lor Indah gang Kenongo 8, Kenjeran Surabaya itu nekat mengaitkan lehernya dengan tali tambang plastik berwarna biru sepanjang satu meter ke handle pintu bagian depan.
• Jeritan Kaget Si Ibu Lihat Anak Tewas Gantung Diri Pakai Korden, Sebabnya Diungkap Saat Jemput Cucu
• Diduga Depresi, Nenek Pilih Gantung Diri di Kamar Rumah di Surabaya, Sering Gelisah & Mondar-mandir
• Warga Curiga Kakek dari Sidoarjo Ini Tak Keluar Rumah Seharian, Saat Didobrak Ternyata Gantung Diri
Kondisi korban yang sakit asma itu berbaring di belakang pintu.
Kemudian, korban menghembuskan nafas terakhir setelah pintu di tutup dan lehernya terjerat.
Sai'un (43) adalah saksi yang pertama melihat jasad korban gantung diri di dalam rumah. Masjid berkumandang, dia menghampiri kediaman korban dan memanggil berulang kali depan pintu untuk salat subuh jamaah. tetapi korban tak kunjung merespon.
Kondisi pintu yang sedikit terbuka, membuatnya memanggil dan mendekat sembari mengintip di dalam rumah.
"Saya panggil dan ketuk pintunya tetapi tidak keluar, saya lihat ada kaki selonjor, ternyata pak Eko sudah meninggal," jelas pria yang tinggal di gang Kenongo nomor 10 itu.
Sai'un sempat tak percaya melihat tetangganya yang selalu salat berjamaah di masjid itu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Kemudian warga datang melihat jasad korban yang terbaring di atas kasur.
Kanit Reskrim Polsek Kenjeran Ipda Hendri Subandrio mengatakan, korban mengakhiri hidupnya sekitar pukul 01.00 WIB. Karena, pertama kali ditemukan oleh rekannya saat akan berangkat ke masjid untuk salat subuh berjamaah.
"Sebelum subuh, mungkin jam 01.00 dinihari," ujarnya.
Selama ini istrinya, Tumini (42) juga menderita sakit dan dirawat oleh anaknya di Jalan Kapas Madya, Tambaksari.
Korban yang menderita asma sejak 2009 itu tinggal sendiri di rumah berukuran kecil itu. Apalagi dia tidak memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Masih kata Hendri, korban berperawakan kurus itu, tidak pernah memiliki masalah. Apalagi cekcok. Korban tidak meninggalkan surat atau pesan khusus kepada keluarga.
"Mungkin karena frustasi sakit bertahun-tahun tidak kunjung sembuh," tutupnya