BMKG Tahun ini Tambah 13 Sensor Kegempaan di Sejumlah Titik di Jawa Timur
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun ini menambah 13 sensor kegempaan, atau seismograf di sejumlah titik di Jawa Timur.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun ini menambah 13 sensor kegempaan, atau seismograf di sejumlah titik di Jawa Timur.
Kepala BMKG Kelas 1 Juanda, Bambang Hargiyono mengungkapkan dengan ditambahkannya 13 titik tersebut saat ini di Jawa Timur terdapat total 28 titik yang telah dipasang seismograf.
Penambahan sensor gempa ini, jelas Bambang dilakukan karena berdasarkan penelitian ada gejala gempa bumi yang berpusat di Jatim. Sehingga dengan adanya tambahan sensor tersebut diharapkan bisa mengantisipasi gempa bumi lebih baik.
"Mungkin untuk antisipasi, untuk analisis itu supaya lebih baik, dan datanya lebih akurat," kata Bambang, Senin (2/9/2019).
• Digitalisasi Sekolah Mulai Diterapkan, Kemendikbud Bakal Beri 2,1 Juta Gadget Sasar Daerah 3 T
• BREAKING NEWS - Puluhan Suporter Brajamusti Masih Diamankan di Mapolres Kediri Kota
Salah satu penelitian dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) membuktikan adanya pergerakan dari sesar Kendeng, sehingga menyebabkan pergeseran lapisan tanah sampai dua meteran.
Kasie Observasi dan Informasi Stasiun BMKG Tretes, Kabupaten Pasuruan, Suwarto menambahkan, nantinya 13 titik sensor seismograf itu akan disebar di sepanjang jalur Sesar Kendeng.
Diantaranya Bojonegoro, Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri, Kemudian di Bangkalan.
"Jadi ketika nanti ada aktivitas kegempaan alat jadi sensitif lebih tepat lagi untuk analisa," kata Suwarto.
Sesar Kendeng, dijelaskannya, membentang mulai Rembang, Jawa Tengah hingga Surabaya. Termasuk dua Sesar Waru dan Sesar Surabaya yang sempat diteliti ITS beberapa saat lalu.
Suwarto memastikan, meski Surabaya tidak memiliki pusat penelitian aktivitas kegempaan, namun telah ada di Jombang dan Madiun. Dari pantauan sementara, belum terdeteksi adanya aktivitas kegempaan.