Kisah Penguburan Satu Mayat Pasukan SAS Akibat Dilibas Kopassus, Padahal Senjatanya Kurang Canggih
Inilah kisah heroisme pasukan Kopassus yang sampai berhasil menguburkan seorang mayat yang dilibas saat pertempuran melawan SAS Inggris. Simak cerita:
Penulis: Ignatia | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Kedua, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.
Komando tempur Dwikora dipercayakan kepada Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani, yang menjabat sebagai Panglima Komando Siaga (KOGA).
Tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia.
Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/KOTI, Presiden Soekarno.
Tapi sebelum KOGA dibentuk, aksi penyusupan yang dilancarkan sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.
Operasi penyusupan yang dilakukan Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia, sesungguhnya merupakan operasi berbahaya.

Musuh yang dihadapi merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang.
Militer Malaysia didukung Inggris dan negara-negara persemakmurannya, seperti Selandia baru dan Australia.
Pasukan itu tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya TNI yang menyamar dan mengunakan persenjataan terbatas.
Dalam kondisi itu, gerilyawan Indonesia yang terdiri dari sukarelawan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan.
Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekira 1.000 Km, juga tidak mungkin diamankan hanya oleh pasukan gerilya.
Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan Presiden Soekarno yang sedang bersemangat setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora.

Tapi, bagi Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Achmad Yani, situasi medan tempur di perbatasan sangat merisaukannya.
Itu menjadi pikirannya, kendati Angkatan Darat sudah mengirim Batalyon II RPKAD untuk mengamankan perbatasan.
Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani: Tragedi Seorang Loyalis, Letjen Ahmad Yani segera memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani.