Demo Tolak RUU KUHP dan KPK
ARD dan FRMO: 8 Mahasiswa Dilarikan ke Rumah Sakit Pasca Bentrok di DPRD Kota Malang
Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (ARD) dan Front Rakyat Melawan Oligarki (FRMO) merilis jumlah korban bentrok mahasiswa x polisi kemarin
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Aminatus Sofya
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (ARD) dan Front Rakyat Melawan Oligarki (FRMO) merilis jumlah korban akibat bentrok dengan polisi di depan gedung DPRD Kota Malang.
Dalam rilisnya, delapan orang mahasiswa mengalami luka hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit.
"Tapi alhamdulillah sudah keluar dan rawat jalan semua," ujar Humas aksi, Muhammad Ridwan, Rabu (25/9/2019).
Ia menjelaskan bentrokan bermula dari momen negosiasi antara mahasiswa dan pimpinan DPRD Kota Malang yang buntu.
(Temui Mahasiswa Aksi Demo, Ketua DPRD Jatim Kusnadi Dukung Tuntutan Tolak RKUHP & RUU KPK)
Mahasiswa ingin masuk ke halaman gedung dewan yang diyakini sebagai bentuk dukungan kepada massa aksi yang berada di Jakarta.
"Hal itu (pendudukan DPRD Kota Malang) sebagai upaya meyakinkan kawan-kawan di Jakarta untuk menduduki DPR RI di Senayan agar segala rancangan undang-undang dibatalkan," imbuhnya.
Buntunya negoisiasi itu kemudian mengakibatkan massa berkonsentrasi di depan gerbang gedung dewan.
Mereka berjibaku mendorong pagar dengan tangan kosong. Di depannya, polisi bertameng disertai tongkat menghadang dorongan mahasiswa.
Ketika pagar berhasil dirobohkan, bentrokan terjadi.
Bahkan, sempat terjadi saling lempar batu antara massa dan polisi. Polisi kemudian menembakkan water cannon ke arah demonstran.
(Sambut Demo Mahasiswa, Ketua DPRD Jatim Kusnadi Buka Baju Saya Bagian dari Kalian)
"Dari pukul mundur massa itu mengakibatkan beberapa mahasiswa terluka dan satu orang sempat ditaham pihak kepolisian," katanya.
Sementara itu Kapolres Malang Kota AKBP Dony Alexander mengklaim proses pengamanan demonstrasi di depan gedung DPRD Kota Malang telah sesuai SOP.
Aparat kepolisian kata dia, tidak ada yang terlibat kontak fisik dengan para demonstran.
"Water cannon itu fungsinya untuk memecah belah konsentrasi massa. Dan kami tidak ada kontak fisik," ucap Dony.
Dony mengatakan sebanyak 400 personel gabungan dari Polri dan TNI diikutsertakan untuk mengamankan aksi.
Ia menyebut dua orang polisi mengalami luka.
"Ada 350 dari polisi dan 50 dari TNI yang kami libatkan untuk pengamanan, " pungkasnya.
(Jokowi Tak Terbitkan Perppu KPK, Mahasiswa di Surabaya Ancam Kembali Datangi DPRD Jatim)