Rhenald Kasali Luncurkan Buku Baru Bareng Asmawi Syam, Soroti Gaya Kepemimpinan di Era Digital
Rhenald Kasali Luncurkan Buku Baru Bareng Asmawi Syam, Soroti Gaya Kepemimpinan di Era Digital
Penulis: Januar AS | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Sebagian kalangan menyebut era digital telah membawa perubahan sangat cepat.
Pebisnis, pembuat kebijakan, hingga masyarakat, harus siap dengan cara-cara baru.
Tidak hanya proses bisnis yang berubah, gaya kepemimpinan pun harus berubah agar adaptif terhadap perkembangan zaman.
Karena itu, gaya kepemimpinan yang birokratis, lamban, dan rumit, tak bisa lagi sejalan dengan cepatnya perubahan.
Di era ini, dibutuhkan gaya kepemimpinan tangkas dan cekatan, serta berorientasi pada solusi.
Gaya kepemimpinan semacam itulah yang muncul dalam buku "Leadership in Practice: Apa Kata Asmawi Syam" yang merupakan kolaborasi Professor Rhenald Kasali dan Asmawi Syam.
• Anggap Butuh Cara Pandang Baru Hadapi #MO, Rhenald Kasali Luncurkan Buku Baru
Dalam buku ini, Asmawi Syam menguraikan bagaimana perjalanan karirnya selama 37 tahun dari staf hingga menjadi CEO PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk.
Ada banyak kisah inspiratif sepanjang perjalanan karir itu. Misalnya, saat Asmawi Syam harus menjadi "singa" saat menyelesaikan permasalahan kredit di Singaparna, Tasikmalaya.
Juga, bagaimana cerita Asmawi saat menyelesaikan kasus kredit di Surabaya, hingga penyelamatan aset dan evakuasi tim BRI saat Timor Timur bergejolak.
• Soal Rius Vernandes dan Garuda Indonesia, Rhenald Kasali: Harusnya Lebih Terbuka Saja
Selain itu, Asmawi Syam juga menjadi sosok penting dalam perjalanan bisnis BRI. Misalnya saat meluncurkan kartu kredit perdana.
Asmawi juga berperan penting saat membawa BRI masuk ke industri strategis dengan mendanai proyek di PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad, serta membantu program transformasi PT KAI.
Satu momen penting yang juga hadir sepanjang karir Asmawi Syam adalah saat BRIsat meluncur di era kepemimpinannya sebagai Dirut BRI pada 2016.
Itulah satellite banking pertama di dunia yang kemudian menjadi backbone program digitalisasi BRI.
Selain berkarir di BRI, Asmawi Syam juga pernah menjabat sebagai CEO di PT Askrindo dan PT Jiwasraya.
Saat ini, dia menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk.
Kolaborasi 2 Expert
Asmawi Syam mengatakan, buku ini hadir sebagai bentuk keinginannya untuk sharing pengalaman kepada para profesional, termasuk generasi milenial yang tengah merintis karir.
"Buku ini adalah hasil konvergensi dari dua expertise yang berbeda. Prof Rhenald seorang pakar dan guru besar ilmu manajemen, sedangkan saya adalah praktisi perbankan. Dipertemukan dalam buku Leadership in Practice ini," kata Asmawi Syam saat launching buku yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, di Grand Ballroom Hotel JS Luwansa, (8/10/2019).
Rhenald Kasali mengatakan, buku Leadership in Practice ini berisi kristalisasi pengalaman dari seorang bankir senior yang memiliki kekuatan tidak hanya dalam visi dan penyusunan 2 roadmap, tetapi juga sekaligus eksekusi.
"Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan semacam ini," katanya.
Di era digitalisasi, seorang pemimpin tidak boleh terlalu lama berkutat dengan ide dan roadmap, tetapi ragu-ragu saat akan mengeksekusi. Sebab, keragu-raguan itu akan memunculkan risiko kehilangan momentum, sehingga akan tertinggal oleh kompetitor yang bergerak lebih cepat.
"Ini tidak hanya berlaku di dunia bisnis, tapi juga pemerintahan," sebutnya.
Rhenald mencontohkan, dalam program pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, idenya sudah muncul bahkan sejak era Presiden Soekarno.
Namun, tahapan dari ide hingga roadmap-nya memakan waktu puluhan tahun.
Tapi ketika sekarang dieksekusi atau diputuskan, masih muncul pro dan kontra.
"Jika sekarang muncul perdebatan, itu artinya tahapan eksekusi ingin ditarik mundur lagi ke tahap ide dan roadmap. Jika seperti itu, tidak akan maju," ujarnya.
Beri Peran untuk Milenial
Buku ini juga berisi banyak sekali insight tentang bagaimana proses kaderisasi harus dijalankan oleh korporasi. Di era sekarang, jumlah generasi milenial yang bekerja di korporasi kian bertambah.
Di beberapa korporasi, hal ini memicu terjadinya gap antara pekerja generasi milenial dan para seniornya.
Asmawi Syam mengatakan, seorang leader harus bisa menjembatani kelompok milenial dan yang lebih senior agar sama-sama bisa berkontribusi optimal bagi perusahaan.
"Harus saling menghargai. Tapi, pesan saya, berikan peran kepada milenial dalam pengambilan keputusan jangka panjang, karena merekalah yang akan memegang estafet kepemimpinan di masa depan," ujarnya.
Rhenald Kasali menambahkan, sebagai generasi yang tumbuh di era digital, keberadaan milenial bisa menjadi aspek penting dalam sebuah perusahaan.
Sebab, mereka lebih bisa memahami denyut nadi perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat.
"Di era mobilisasi dan orkestrasi ini, penguasaan terhadap data dan teknologi menjadi kunci. Di situlah generasi
milenial bisa berkontribusi," tandasnya.