Tutup Gelaran Surabaya Fashion Week 2019, Enam Designer Kreasikan Motif Ciri Khas Indonesia
Gelaran Surabaya Fashion Week 2019 yang berlangsung di Atrium Grand City Mall Surabaya memasuki hari terakhir, Minggu (20/10/2019).
Penulis: Mayang Essa | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Mayang Essa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gelaran Surabaya Fashion Week 2019 yang berlangsung di Atrium Grand City Mall Surabaya memasuki hari terakhir, Minggu (20/10/2019).
Event Peragaan busana yang digelar oleh Grand City Mall Surabaya bekerjasama dengan New Next Management ini menutup gelaran Surabaya Fashion Week 2019 dengan menghadirkan enam designer utama.
Mereka adalah Era Krisna, Dedy Setiawan, Iskandar Yusri, Indah Darry, Ichwan Thoha, dan Hasto Nugroho berkolaborasi dengan Sony Nagasurya.
Membawakan berbagai koleksi yang mengusung tema ‘Trophical Hype’ mereka mengkreasikan motif ciri khas Indonesia.
Mulai dari flora dan fauna khas Indonesia Timur, hingga berbagai ragam batik Indonesia seperti Kalimantan, Sidoarjo, Pekalongan dan Kalimantan.
Nungki Putri Jayanti, Founder New Next Management mengatakan, hari terakhir Surabaya Fashion Week 2019 merupakan gelaran dengan menghadirkan koleksi terbaik para designer.
• Pulang Nongkrong, Empat ABG Jadi Korban Begal di Kalianak Surabaya
• Diduga Korsleting Listrik, Tiga Rumah di Bojonegoro Ludes Terbakar
• Motor Custom Aliran Traditional American Chopper Jadi Jawara Suryanation Motorland Battle Surabaya
“Berlangsung mulai 16 Oktober, Surabaya Fashion week 2019 kali ini merupakan gelaran fashion show dengan pertunjukkan karya luar biasa para designer, tak terkecuali pada hari terakhir ini,” ungkapnya.
Motif khas Indonesia, diwujudkan oleh fashion designer asli Surabaya dalam karyanya dengan mengangkat fauna yaitu Burung Cendrawasi dan Merak.
Era Krisna memilih bahan lurik untuk menerapkan tema burung dari Surga yang dirinya terinspirasi dari hikayat lama.
“Menurut dongeng, cendrawasih dan merak merupakan burung yang turun dari surga bersamaan dengan Adam dan Hawa yang diturunkan ke dunia,” paparnya.
Dirinya menambahkan, Burung cendrawasih yang berasal dari papua merupakan hasil inspirasinya dari konflik yang terjadi belakangan ini.
Dalam koleksinya, Era memberikan warna cerah seperti biru dan putih yang diaplikasikan pada designnya dengan metode painting dan bordir.
Motif khas Indonesia lainnya diwujudkan dalam karya kolaborasi Hasto Nugroho dan Sony Nagasurya yang dinamainya H45TO x 50.N.Y dengan menyisipkan motif khas Borneo, Kalimantan Timur.
“Kami mencoba menangkap beberapa ornamen khas kalimantan yang diaplikasikan kedalam beberapa model tradisional dengan kesan modern dengan warna shocking,” ungkap Hasto Nugroho, Minggu (20/10/2019).