Aksi Emak-emak Blitar Demo Bentang Poster di Tepi Jalan, Protes Jalan Rusak & Berdebu Dilewati Truk
Aksi Emak-emak Blitar Demo Bentang Poster di Tepi Jalan, Protes Jalan Rusak & Berdebu Dilewati Truk
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Sudarma Adi
Aksi Emak-emak Blitar Demo Bentang Poster di Tepi Jalan, Protes Jalan Rusak & Berdebu Dilewati Truk
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Emak-emak dari warga Dusun Menjangan Kalung, Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, berdemo di tepi jalan dusunnya atau tepatnya di depan sekolah TK Perwanida, Senin (28/10) siang.
Mereka mengeluhkan jalan dusunnya rusak parah akibat dilewati ratusan truk tiap hari, yang mengangkut pasir dari Kali Putih, yang ada di dusunnya tersebut.
Meski hanya demo di jalan dusunnya, namun aksi itu membuat truk tak bisa lewat karena dihadangnya. Sebab, mereka membentangkan poster yang berisi protes, di antaranya,
• Penjaringan Bacawali Dibuka, Satu Kader Siap Daftar di DPC Partai Gerindra Kota Blitar
• 3 Anggota DPRD Kota Blitar dan 4 Pegawai Outsourcing Tidak Ikut Tes Urine
• Setelah Rapat Paripurna, Anggota DPRD Kota Blitar Ikuti Tes Urine Pencegahan Peredaran Narkoba
"Pak Jokowi jalan kami rusak, kapan dibangun, setiap hari bernafas bercampur debu, dll. "Penderitaan kami saat ini sepertinya sudah lengkap. Bagaimana tidak, karena kalau musim hujan, jalan kami yang hancur itu seperti kubangan karena aspalnya mengelupas.
Sementara, jika kemarau seperti ini, jalan kami berdebu sehingga kami bernafas dengan bercampur debu," ujar Mesinah (50), saat berorasi.
Memang, ibu-ibu itu dulu atau setahun lalu pernah berdemo dan di tempat itu juga. Setiap kali berdemo, mereka lakukan sehabis mengantarkan anaknya sekolah di TK tersebut. Sambil menunggu anaknya sekolah, sekitar 25 ibu-ibu dari warga dusun setempat itu tiba-tiba membentangkan poster yang berisi protesnya.
Jika dulu, mereka berdemo saat musim penghujan karena jalan dusunnya banyak lubang dan dipenuhi genangan air sehingga banyak orang kecelakaan atau jatuh dari sepeda motornya.
Penyebab ya sama, yakni jalan desanya rusaknya karena setiap hari dilewati ratusan truk yang mengangkut pasir. Truk itu mengambil pasir dari Kali Putih, untuk dijual ke luar kota. Bahkan, saking banyaknya, setiap satu menit itu bisa dihitung ada satu truk, yang melintas di depan rumah mereka.
Celakanya, menurut mereka, tak hanya pagi atau siang namun tengah malam pun, tak ada henti-hentinya truk itu selalu melintas.
"Ya warga sangat terganggu karena tak bisa istirahat akibat bising suara truk itu. Selain itu, yang kami keluhkan saat ini adalah dampak debu yang ditimbulkannya akibat lalu-lalang truk itu. Bahkan, sepertinya, setiap hari kami tak hanya menghirup udara saja namun juga debu yang sudah tercemar itu," ujarnya.
Karuan akibat hal itu, banyak warga atau terutama anak-anak kecil yang sering menderita sakit batuk atau flu. Itu tak lain, karena setiap hari menghirup debu yang ditimbulkan dari lalu-lalang ratusan truk tersebut.
Memang, truk itu membayar atau terkena retribusi sekitar Rp 10.000 setiap kali keluar membawa pasir, namun hal itu tak berbanding dengan permasalahan yang dialami warga.
Bayangkan, ada pemasukan buat desa namun jalannya tak terurus. Akibatnya, yang kena dampaknya adalah warga, yang terutama yang rumahnya di tepi jalan. Mereka setiap hari terkena dampak, mulai bisingnya suara truk baik siang atau malam hari dan debu yang ditimbulkannya.
"Sampai kapan, masalah ini berakhir kok kami yang kena dampak atau menanggung deritanya. Dulu sebelum ada truk yang mengambil pasir, jalan dusun kami itu mulus, namun kini atau sekitar 3 tahun, jalan kami ini selalu rusak parah. Sepertinya, orang lain yang menikmati hasilnya, malah kami yang menanggung deritanya," ungkapnya.
Aksi ibu-ibu itu tak ada yang mengomando atau hanya spontan. Aksi itu baru berhenti setelah jam sekolah anaknya habis atau bersamaan anaknya keluar sekolah atau sekitar pukul 11.00 WIB. "Meski aksi kami ini nggak ada pejabat yang menemui, namun nggak apa-apa. Ini kami dokumentasikan dan akan tulis di medsos, supaya diketahui banyak orang," paparnya.
Menanggapi hal itu, Bayu Purnama Siswa Raharja, Camat Garum, mengatakan, aksi ibu-ibu yang mengeluhkan masalah polusi debu itu akan dicarikan solusi. Terutama, dampak debu yang ditimbulkan dari truk yang lalu-lalang mengangkut pasir.
"Caranya, ya harus disiram setiap hari supaya jalannya tak berdebu, dan soal jalan yang rusak itu, sudah kami ajukan. Namun, disuruh menunggu anggarannya," paparnya.