Buntut Polemik Terkuncinya Stadion GBT, DPRD Surabaya Tegaskan Tetap Akan Panggil Pemkot Surabaya
Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya yang terkunci saat Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali melakukan sidak nampaknya berbuntut panjang.
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya yang terkunci saat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali melakukan sidak nampaknya berbuntut panjang.
Politisi sekaligus anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya, Agoeng Prasodjo menegaskan tetap berencana akan memanggil pihak Pemerintah Kota Surabaya.
"Kita mau panggil, mau kita tanyai," kata Agoeng Prasodjo saat ditemui di gedung DPRD Surabaya, Senin (4/10/2019).
Sementara terkait waktu, dirinya belum bisa memberikan informasi lantaran masih terus melakukan koordinasi.
• Kepergok Nyuri Burung, Pemuda Asal Surabaya Ini Harus Mendekam di Sel Tahanan Mapolsek Taman
Menurut Agoeng Prasodjo, kunjungan Zainuddin Amali ke Stadion GBT merupakan tugas negara dalam kapasitas sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI.
Dan apa yang telah terjadi saat kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali yang tak mendapat dampingan serta mendapati stadion dalam keadaan terkunci dianggap kesalahan fatal.
Menurut Agoeng Prasodjo, seharusnya kedatangan pejabat negara harus didampingi secara resmi.
Agoeng Prasodjo menyebut, sangat kecewa dan menyayangkan kejadian pada Minggu (3/11/2019) kemarin itu.
Terkait klarifikasi dari Pemerintah Kota Surabaya yang menyebut terjadinya miskomunikasi, menurut Agoeng Prasodjo hal itu merupakan omong kosong.
Agoeng Prasodjo mengatakan, sebelumnya ia telah menghubungi secara pribadi.
• Pertemukan Desainer dan Penjahit, Kementerian Perindustrian Rancang Platform Digital Clothing Line
Serta dari Kadispora Jatim yang telah menghubungi Kadispora Surabaya sebelum kunjungan sang menteri.
Agoeng Prasodjo menambahkan, sampai saat ini pihaknya juga belum menerima tanggapan baik berupa penjelasan maupun permintaan maaf terutama dari Kadispora Surabaya.
"Ngomong Kadisnya loh gak ada, sekelas Menteri dikasih Kabid," tutup Agoeng Prasodjo.