Mengintip Kerajinan Makrame 'Anyaman Benang' dari Jember, Ramah Lingkungan, Dinikmati Banyak WNA
Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember ternyata menyimpan potensi UMKM. Satu di antaranya, kerajinan makrame
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJEMBER.COM, JEMBER - Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember ternyata menyimpan potensi UMKM.
Tidak sedikit pelaku UMKM tumbuh dan berada di kecamatan yang berada di bawah perbukitan Mandigu itu.
Satu di antaranya, UMKM kerajinan makrame di Desa Lampeji Kecamatan Mumbulsari.
Adalah Meli Andani (34), yang menjadi pelopor kerajinan makrame di desa itu.
Makrame adalah kerajinan seni menganyam atau membuat simpul tali.
• Pria di Desa Sumberingin Blitar Ubah Limbah Tunggak Kayu Jati Jadi Kerajinan Patung Jutaan Rupiah
Usaha yang ditekuni oleh Meli dan keluarganya itu sudah 10 tahun berjalan.
Kerajinan makrame produksi Meli sudah banyak dinikmati oleh warga negara asing.
"Karena pembeli saya adalah orang Bali. Mereka dijual lagi, dan pembelinya ada dari warga negara asing. Bahkan kalau orang luar negeri juga menyukai makrame yang warna netral," ujar Meli yang ditemui Surya (grup TribunJatim.com) saat menggelar bazar beberapa waktu lalu.
Karenanya Meli lebih banyak memproduksi kerajinan makrame benang berwarna putih.
Kerajinan makrame yang diproduksinya antara lain berupa tas botol minuman, pot bunga, taplak meja, sarung bantal kursi, hiasan dinding, dream cathcer, juga gorden, sampai ayunan bayi.
Setiap bulan rumah produksi makrame milik Meli bisa memproduksi 300 biji, aneka macam makrame.

• Kampanyekan Kerajinan Tangan Ramah Lingkungan, The Alana Hotel Surabaya Beri Ruang Pelaku UMKM
Harga jual masing-masing produk beragam, mulai dari harga Rp 35.000 per biji hingga Rp 500 ribu.
Ketika ditanya apakah ada kesulitan dalam membuat kerajinan itu, Meli menjawab sambil tertawa.
"Kok nggak ada ya. Mungkin karena saya menyukainya. Dan bagi yang mau belajar, jangan pernah bilang ini sulit. Pasti nanti akan bisa," ujarnya.
Dia hanya mengalami sedikit kendala untuk bahan benang anyaman. Dia masih membelinya dari Bali.
"Sudah ada yang ngirim dari Bali. Kalau di Jember, harga benangnya masih mahal," imbuhnya.
Sepekan sekali, Meli mengirimkan barang ke Bali sebagai lokasi utama pemasaran.
Dia bisa mengirimkan barang sejumlah 75 biji hingga 150 biji setiap satu kali pengiriman.
• Cara Bikin Sampul Buku Pakai Kerajinan Bunga Kering Pressed Flower ala Florist ONNI House, Simak!
"Sejak kami gagas 10 tahun lalu, minat pasar masih bagus. Apalagi tiga tahun terakhir ini, kerajinan makrame ini booming," tegas ibu dua anak ini.
Meli dan suaminya, Rosyidi (37), dibantu oleh 30an orang perajin makrame di sekitar rumahnya.
Pekerja itu tidak melulu membantunya memproduksi makrame.
Jika mereka memiliki pekerjaan saat musim tembakau, maka jumlah pekerja berkurang.
Jika tidak musim tembakau, maka banyak orang bekerja kepada Meli.
Meli membuat pola, desain, dan mengajari pekerjanya mengerjakan makrame.

• Cara Membuat SKCK Online untuk Syarat Pendaftaran CPNS 2019, Simak Beberapa Hal yang Perlu Disiapkan
Dia juga mengawasi proses produksi.
Setiap satu biji kerajinan makrame membutuhkan waktu pengerjaan beragam.
"Kalau yang simpel bisa sehari dapat tiga produk. Kalau yang besar dan agak banyak polanya, seperti ayunan bisa membutuhkan waktu dua hari sampai tiga hari," imbuhnya.
Meli secara bangga menyebut kerajinan makrame ramah lingkungan.
"Karena awet bisa dipakai berkali-kali, kalau kotor tinggal dicuci saja," pungkasnya. (Surya/Sri Wahyunik)