Tim Kementerian LHK Tinjau Desa Tropodo Sidoarjo, Para Pengusaha Tahu Punya Komitmen Ini
Tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tinjau Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo.
Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Kukuh Kurniawan
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) langsung meninjau Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo yang memproduksi tahu denga bahan bakar plastik.
Tim tersebut datang secara langsung atas perintah dari Menteri LHK, Siti Nurbaya. Dan bertujuan untuk melihat kondisi sebenarnya di lapangan.
Tim yang beranggotakan sekitar 8 orang dan dipimpin oleh Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK, Novrizal Tahar tersebut langsung meninjau ke pabrik tahu.
Selain itu, tim juga mengumpulkan beberapa pengusaha tahu untuk mendengarkan keluhan yang selama ini dirasakan.
Novrizal Tahar mengatakan bahwa masalah ini telah menjadi perhatian serius pemerintah.
• Pemprov Jatim Lakukan Uji Lab Tahu Tropodo yang Diproduksi Pakai Bakar Sampah Plastik
• Arema FC Vs Persija, Skor Imbang 1-1, Edson Tavares dan Bek Macan Kemayoran Kecewa Keputusan Wasit
• Sopir Mengantuk, Truk Muat Puluhan Karung Gabah Tabrak Rumah di Jombang
"Pemerintah sendiri sebenarnya telah melakukan beberapa langkah konkret terkait persoalan ini. Dan langkah konkret itu berupa perubahan regulasi dan upaya lainnya seperti bila memang impor scrap tercampur dengan limbah B3 dan sampah maka akan langsung di re ekspor," ujarnya kepada TribunJatim.com, Sabtu (23/11/2019).
Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa sebenarnya para pemilik indstri tahu sadar apa yang dilakukannya selama ini tidak tepat.
"Dan mereka bertekad untuk segera beralih menggunakan bahan bakar yang bukan berasal dari limbah sampah plastik. Oleh karena itu, mereka meminta kepada pemerintah daerah untuk memfasilitasi hal tersebut," jelasnya.
Di sisi lain, pihaknya juga telah berdiskusi dengan BPPT, Unair, dan ITS untuk melakukan penelitian dan pengambilan sample di wilayah Desa Tropodo.
"Hal itu dilakukan untuk memastikan kebenaran dari isu yang ada selama ini. Dan teman teman BPPT, Unair, dan ITS menyatakan siap melakukan penelitian secara independen," jelasnya.
Sementara itu, seorang pemilik industri tahu, Sodiq menerangkan bahwa sebelumnya para pengusaha industri tahu itu justru memakai sekam untuk bahan bakar industri tahunya
"Berhubung sekam makin sulit didapatkan dan hasil produksi tahu makin meningkat. Sehingga mau tidak mau kita harus beralih ke sampah plastik yang lebih mudah didapatkan. Dan itu telah kita lakukan mulai tahun 1985," jujurnya.
Dirinya menambahkan bahwa sebagai pemilik industri tahu, ia mengaku siap untuk tidak lagi memakai bahan bakar limbah sampah plastik.
"Namun begitu kita tetap mengharapkan ada bantuan dari dinas atau pemerintah terkait untuk peralihan bahan bakar. Mengingat ketel tahu disini telah dirancang untuk memakai sampah plastik dan bila memang akan beralih maka harus merombak total mesin produksi tahu," pungkasnya.