Cerita Kengerian Orde Baru, Misi Tumpas Kejahatan 'Lari Lalu Tembak Mati', Mayat Berserakan di Jalan
Zaman Orde Baru memiliki cerita khusus yang selalu membekas di ingatan, satu di antaranya adalah menumpas kejahatan.
Penulis: Ignatia | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM - Zaman Orde Baru memiliki cerita khusus yang selalu membekas di ingatan.
Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto dan banyak menghasilkan hal baru untuk negara Indonesia.
Satu di antaranya adalah menumpas kejahatan hingga sistemnya yang sudah mendarah daging.
Bagaimana cerita selengkapnya? Simak ulasan yang dikutip TribunJatim.com dari buku "Benny Moerdani Yang Belum Terungkap" di tahun 2015.
• Kisah Menegangkan Kopassus Dikepung Suku Pedalaman Papua, Sintong Makan Daging Mentah Lalu Selamat

Dulu, Presiden Soeharto scara khusus memberi ucapan selamat ke Kepala Daerah Kepolisian VII Metro Jaya (sekarang Polda Metro) Mayor Jenderal Anton Soejarwo, pada 1 Januari 1982.
Mayor Jenderal Anton Soejarwo dianggap berjasa karena Polda Metro berhasil membongkar kasus perampokan uang Rp 32 juta di Jakarta pada 30 Desember 1981 hanya dalam tempo 16 jam.
Pada tahun 1980an, para aparat keamanan memang sedang dibuat gerah oleh maraknya aksi preman jalanan yang populer dengan sebutan gabungan anak liar (gali) sehingga sampai menganggu roda perekonomian RI.
Misalnya, kawasan terminal sudah dikuasai para gali sehingga para penguasaha bus terus mengalami kerugian, banyaknya begal yang membajak bus dan truk di jalanan, dan lainnya.
• Polda Jatim Ungkap Sindikat Penjual Senapan Angin Rakitan di Lumajang, Beroperasi Sejak 2015

Berdasar prestasi yang berhasil diraih Polda Metro, maka Pak Harto lalu memerintahkan agar segera dibentuk tim.
Tim yang beranggotakan aparat TNI/Polri (ABRI) untuk melaksanakan operasi penumpasan kejahatan terhadap para begal yang makin marak dan sadis itu.
Hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi.
Berbagai aksi penumpasan kejahatan seperti Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat, Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa operasi sangat efektif hingga berhasil menangkap 1.946 penjahat.
• Senapan Angin Ilegal di Kabupaten Lumajang Ternyata Dijual di Daerah Rawan Konflik

• Detik-detik Evakuasi Mayat di Rumah Kosong Surabaya, Sedekap di Pojok Kamar, Gelas Jadi Petunjuk
Meski sudah banyak penjahat yang diringkus, operasi penumpasan kejahatan terus berlanjut seperti yang dilaksanakan oleh Komando Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.
Tahun 1983, Kolonel Hasbi menyatakan perang terhadap para preman atau gali.
Ulahnya makin meresahkan masyarakat Yogyakarta pada saat itu.
Penumpasan itu dengan cara menggelar Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) bekerja sama dengan intelijen AD, AU, AL dan kepolisian.
Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para gali melalui operasi intelijen dan para gali yang berhasil didata diwajibkan melapor serta diberi kartu khusus.
Setelah mendapat kartu, para gali tersebut dilarang bikin ulah lagi.
• Aksi 4 Penjahat Obok-obok Halaman Rumah Korban di Surabaya 20 Menit Sampai Curi Motor, Terekam CCTV
Tetapi juga harus mau memberitahukan para gali lain yang kerap melakukan kejahatan dan tidak mau melapor.
Para gali yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak mati.
Mayat para gali yang ditembak mati dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy) para gali lainnya.
Meski OPK yang digelar aparat keamanan di Yogyakarta sudah diketahui masyarakat, setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi hutan, bawah jembatan, dan lainnya, mayat dengan luka tembak itu kerap dinamai.

Julukan itu menjadi terkenal dan terkenang hingga saat ini.
Mereka yang ditembak adalah para korban penembakan misterius (petrus) yang kemudian istilah 'petrus' itu menjadi sangat populer sekaligus menakutkan.
Kinerja OPK yang dilaksanakan di Yogyakarta ternyata mendapat perhatian khusus dari Kepala Intelijen RI LB Moerdani dan dikomentari sebagai 'kerja bagus dan lanjutkan!'.
Cara penanganan gali dengan cara OPK pun diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dan korban 'petrus' pun bertumbangan di mana-mana.
• Agus Yudhoyono Pamer Wajah Baru, Foto Langsung Banjir Komentar Sangar, Lihat Reaksi Annisa Pohan

Yang pasti OPK memang terbukti efektif menumpas para gali dan sebenarnya juga mendapat dukungan dari masyrakat luas.
Hingga kini masyarakat kadang masih mengharapkan munculnya 'petrus' untuk menangani aksi kejahatan yang makin marak dan brutal.
Terkait OPK yang sukses di era Orde Baru, Presiden Soeharto dalam buku otobiografinya bertajuk Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, 'petrus' ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada para penjahat.
"Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu itu bukan lantas dengan tembakan, begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak," ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu.
Artikel Intisari
• Mayat Pria 71 Tahun Ditemukan Membusuk di Benowo Surabaya, Diperkirakan Meninggal Sejak 1 Bulan Lalu