Brimob Tersambar Petir
Tiga Anggotanya Wafat saat Bertugas, Kasat Brimob Polda Jatim, Doakan Almarhum Masuk Surga
Jenazah Bripda Fredi Kusbiantoro (23), akhirnya tiba di rumah duka di Jalan Ki Ageng Bendoroto no 4 RT 01/ RW 01, Dusun Bareng, Desa Simo Ponorogo,
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kasat Brimob Polda Jatim Kombes Pol I Ketut Gede Wijatmika, mengucapkan bela sungakwa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bripda Fredi yang mengalami musibah saat mengikuti latihan Pendidikan Pengembangan Spesialis (Dikbangpes) Brimob, di Gunung Ringgit, Desa Dayurejo,Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Senin (16/12/2019) kemarin siang.
"Perlu saya sampaikan di sini, bahwa memang kemarin Senin (16/12/2019) almarhum, sedang melaksanakan tugas dalam hal ini melaksanakan kegiatan pendidikan dasar brimob di akhir pendidikan. Namanya musibah, kebetulan cuaca pada saat itu tidak mendukung, sehingga adat korban dari peserta latihan sebanyak tiga orang anggota kita. Kami merasa sangat kehilangan, kita doakan agar almarhum diterima di sisi tuhan yang maha kuasa," kata Kombes Pol I Ketut Gede Wijatmika, ditemui usai menjadi Irup upacara di pemakaman, Selasa (17/12/2019) siang.
Dia menuturkan, ketiga korban mengalami luka bakar di tubuh akibat sambaran petir. Saat ini, ketiga korban meninggal sudah dimakamkan di tempat pemakaman, sesuai keinginan pihak keluarga korban.
"Yang di Jateng sudah dikirim di Magelang, di DIY sudah diminta diberangkatkan oleh keluarganya ke Riau, hari ini serentak dikirim ke masing-masing yang diinginkan oleh pihak keluarga," jelasnya.
Sementara itu, korban luka sebanyak 9 orang sudah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Saat ini, kata dia, kondisinya sudah stabil, dan tinggal masa pemulihan, untuk mengembalikan trauma pada masing-masing korban.
Ketika ditanya akan mengganti lokasi latihan pasca kejadian atau musibah yang menewaskan tiga anggotanya, dia mengatakan tidak perlu. Sebab, tempat yang dipakai latihan tersebut sudah digunakan sebagai tempat latihan atau pendidikan berulang kali.
"Saya kira, kalau menurut saya tidak perlu. Karena sudah dilakukan latihan di tempat itu berulang-ulang, tapi ini memang karena faktor alam. Saya kira ndak ada masalah, itu justru malah sangat strategis untuk latihan yang ada di sana, dari lingkungan suasana, spot untuk latihan, baik untuk oembinaan fisik maupun mental di lokasi tersebut," jelasnya.
Jenazah Bripda Fredi Kusbiantoro (23), akhirnya tiba di rumah duka di Jalan Ki Ageng Bendoroto no 4 RT 01/ RW 01, Dusun Bareng, Desa Simo, Kecamatan Slahung, Selasa (17/12/2019) sekitar pukul 12.23 WIB.
Almarhum Fredi Kusbiantoro, dikenal sebagai sosok anak yang baik dan penurut. Tidak ada firasat apa pun, hingga pada Senin (16/12/2019) seorang anggota Bhabinkamtibmas desa setempat menghubungi kakak iparnya, Djatmiko (40).
"Tidak ada firasat apa-apa. Kemarin, tiba-tiba sekitar pukul 18.30, ada anggota bhabin yang memberikan kabar," kata Djatmiko saat ditemui di rumah duka, di Jalan Ki Ageng Bendoroto no 4 RT 01/ RW 01, Dusun Bareng, Desa Simo, Kecamatan Slahung, Selasa (17/12/2019).
Ia mengaku kaget dan tak menyangka adik iparnya meninggal secepat itu. Apalagi, sehari sebelum kejadian, adik iparnya ini sempat menghubungi istrinya dan meminta untuk dikirim pulsa.
"Hari minggu minta pulsa ke istri saya, minta dikirim Rp 50 ribu. Pakai handphone temannya, via sms. Tapi saya nggak tahu buat apa, apa masa aktif kartunya sudah aktif atau bagaimana tidak tahu," kata mantan TKI di Korea ini.
Djatmiko mengatakan, dialah yang selama ini mengarahkan agar Fredi mendaftar dan masuk ke kepolisian. Sebelumnya, setelah lulus dari SMKN Jenangan pada 2015, Fredi sempat mendaftar untuk menjadi TKI di Korea, seperti dirinya.
Namun, pada saat itu tidak ada pemberangkatan TKI untuk ke Korea. Hingga akhirnya, ia mengarahkan Fredi untuk mencoba mendaftar Scaba Polri, pada 2015, namun gagal.
• Gantung Sepatu, Begini Perjalanan Karir Bambang Pamungkas Bersama Timnas Indonesia, Simak!
• Heboh Kematian Wanita karena Membeku Pakai Kipas Angin Saat Tidur, Kasus Ngeri Lain Tewaskan 4 Nyawa
• Susunan Pemain Persija Vs Persebaya, Osvaldo Haay dan Rian Starter, Macan Kemayoran Cadangkan Bepe
Hingga pada 2016, Fredi belum bekerja karena tidak ada pemberangkatan TKI dari Ponorogo ke Korea. Djatmiko pun kembali menyarankan agar Fredi mencoba kembali mendaftar menjadi anggota polisi, dan akhirnya diterima, pada 2016.
"Pada saat itu, Polda Jatim ada program, meminta agar 100 orang anggota Sabhra termausk adik saya, masuk ke Brimob," katanya.
Djatmiko mengatakan, dari seluruh keluarga besarnya, mertuanyalah atau ibu Fredi yang tampak sangat terpukul dan bersedih. Begitu juga dengan istrinya.
"Ibu dari kemarin nangis terus menerus. Kalau istri saya sudah sedikit bisa mengiklhaskan," imbuhnya.
Mewakili keluarganya, Djatmiko meminta maaf apabila almarhum Fredi pernah berbuat kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Ia juga meminta doa, agar adik iparnya diterima amal ibadahnya dan masuk surga.
Pacar Almarhum Hadir
Tepat pukul 12.23, iring-iringan mobil membawa jenazah Fredi Kusbiantoro, tiba. Anggota Brimob berpangkat Bripda ini wafat akibat kecelakaan saat mengikuti latihan Pendidikan Pengembangan Spesialis (Dikbangpes) Brimob, di Gunung Ringgit, Desa Dayurejo,Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Senin (16/12/2019) kemarin siang.
Di depan rumahnya, tampak ratusan anggota kepolisian dari berbagai kesatuan berada di lokasi untuk mengikuti upacara pemakaman yang dilakukan secara dinas kepolisian. Saat peti mati bercat putih berselimut bendera merah putih dikeluarkan dari kereta merta, mulai terdengar jeritan dan isak tangis dari keluarga.
Di antara, puluhan anggota keluarga yang datang menyambut kedatangan almarhum, tampak seorang wanita dengan pakaian serba hitam menangis tersedu-sedu. Wajahnya tampak merah dan matanya terlihat sembab.
Wanita berparas ayu ini rupanya kekasih almarhum, yang bernama Dewi Zuniawati (24). Ia sengaja datang sendiri dari Tulungagung, untuk melihat langsung pemakaman kekasihnya yang meninggal saat mengikuti pendidikan.
"Iya, pacarnya Fredi, baru pacaran sejak Februari kemarin," kata Atik Suryani (23) sepupu korban, sambil berusaha menenangkan Dewi.
Atik menuturkan, Fredi baru satu kali mengajak pacarnya itu ke rumah, dan mengenalkan kepada keluarganya. Dewi, kata Atik, merupakan mahasiswi Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
"Dia baru datang dari Tulungagung. Sendirian, ditemani sopir. Soalnya katanya kalau menunggu orangtuanya terlalu lama," katanya.
Pantauan di lokasi, sejak datang ke rumah duka, Dewi tampak terus menangis. Ia tampak tak kuat berdiri, hingga harus dipegang oleh dua orang anggota keluarga Fredi.
Meski terlihat sangat sedih, namun dia ikut mengantar kepergian Fredi hingga ke pemakaman, meski turun hujan deras di pemakaman.
Di upacara pemakaman dilakukan secara dinas kepolisian, diawali dengan penyerahan jenazah kepada pihak keluarga untuk disholatkan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pamit dari perwakilan keluarga jenazah dan sambutan keluarga, kemudian diserahkan kepada Irup untuk dilanjutkan sesuai urutan upacara.
Hujan Tangis
Bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) di rumah duka, Kapolres AKBP Arif Fitrianto, dengan komandan upacara Wadanki 4 C Pelopor Brimob Polda Jatim, Iptu Agus Priyanto.
Isak tangis dan hujan mengiringi pemberangkatan peti jenazah menuju pemkaaman. Setelah dilakukan upacara di rumah duka, jenazah dibawa ke tempat pemkaman umum yang berjarak sekitar seratus meter dari rumah korban.
Setibanya di pemakaman dilanjutkan dengan upacara pemakaman, dipimpin Dansat Brimob Polda Jatim Kombes Pol I Ketut Gede Widjatmika selaku Inspektur Upacara dan komandan upacara di pemakaman dipimpin Iptu Ketut Sukasta, Danki 4 A Pelopor Brimob Polda Jatim.
Hingga akhirnya terdengar tembakan salvo sebanyak satu kali, kemudian jenazah korban dikelurkan dari peti putih, untuk dikubur di makam yang telah disiapkan sejak pagi. Tampak empat orang anggota Komli 4 A Pelopor Brimob Polda Jatim, membentangkan bendera merah putih di atas lubang lahat. (rbp/Tribunjatim.com)