Banyak Kepala SMP Pinggiran Menjadi Korban Pemerasan Orang Yang Mengaku Anggota LSM dan Wartawan
Sejumlah Kepala SMP Negeri di Tulungagung menjadi korban oknum yang mengaku LSM dan wartawan.
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah Kepala SMP Negeri di Tulungagung menjadi korban oknum yang mengaku LSM dan wartawan. Mereka bahkan harus mengeluarkan uang puluhan juta, karena ketakutan saat diintimidasi.
“Yang paling banyak menjadi korban SMP Negeri di wilayah timur Tulungagung. Tapi saya yakin SMP lain akan digilir untuk didatangi,” ucap Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Tulungagung, Sujito, Kamis (19/12/2019).
Menurut Sujito, oknum yang mengaku LSM dan wartawan ini menggunakan modus dengan membawa data laporan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) online yang diunduhnya. Laporan itu kemudian dibawa ke beberapa sekolah dengan dalih ada penyelewengan. Ujung-ujungnya mereka menekan agar penyelewengan itu tidak dipublikasikan, maka Kasek yang bersangkutan dimintai sejumlah uang.
“Mereka selalu bilang, data yang mereka bawa bersifat rahasia, hanya bisa dibuka tim IT mereka. Padahal itu pertanggungjawaban BOS yang memang bisa diakses siapa saja,” sambung Sujito kepada Tribunjatim.com.
Masih menurut Sujito, oknum yang mengaku anggota LSM dan wartawan ini juga mengancam akan melaporkan ke penegak hukum. Sebenarnya para Kasek yang diintimidasi itu tidak melakukan kesalahan. Namun karena pada dasarnya mereka tidak mau ada keributan, maka mereka memilih mengeluarkan uang pribadi untuk oknum yang mengaku anggota LSM dan wartawan ini.
• Aset NU di Gresik Batal Jadi Hotel, Seluruh Perjanjian Dibatalkan
• Renan Silva Dirumorkan BebasTrasnfer Januari 2020, Dilirik Persib Bandung dan Persija Jakarta
“Jadi kalau ditanya, kenapa tidak lapor? Karakter pedagogiknya melekat, mereka tidak bisa berbuat vulgar,” ucap Sujito kepada Tribunjatim.com.
Namun dalam rapat MKKS SMP di Tulungagung hari ini, masalah ini menjadi pembahasan khusus. Sujito dan kawan-kawan mempertimbangkan untuk membuat laporan, terkait pemerasan yang menimpa sejumlah kepala sekolah.
Pihaknya tidak ingin pemerasan ini terjadi pada kepala SMP Negeri lainnya.
“Kami masih coba berkonsultasi dengan penegak hukum, serta dengan Dindikpora (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga),” tegas Sujito.
Sementara Wakil MKKS SMP Kabupaten Tulungagung, Heni Hendarto, mengaku pernah membuat pengaduan ke polisi, terkait ulah oknum LSM dan wartawan abal-abal.
Saat itu mereka membuat proposal untuk mengadakan acara tasyakuran di Balai Rakyat Tulungagung. Heni pun menanggung pembiayaan untuk acara itu.
“Tapi ternyata saat pelaksanaan, saya datangi lokasinya tidak ada kegiatan apa-apa. Ternyata itu modus mereka mencari uang,” keluh Heni.
Sedangkan Kepala SMPN 3 Tulungagung, Amri mengakui pernah diintimidasi oknum yang mengaku anggota LSM dan wartawan ini. Mereka datang dengan membawa print out penggunaan listrik, seperti laporan pertanggungjawaban sekolah. Dalam bukti print out itu tertera, biaya listrik per bulan Rp 15 juta.
Mereka kemudian menuding Amri melakukan penyelewengan dana sekolah. Alasannya, biaya listrik per bulan di SMPN 3 Tulungagung lebih mahal dibanding sekolah lain. Menanggapi ini Amri melawan intimidasi ini dan menolak mengeluarkan uang untuk mereka.
“Kan lucu, saya dibilang menyelewengkan uang sekolah hanya karena biaya listrik lebih banyak dibanding sekolah lain. Padahal jelas, saya punya bukti pembayaran resmi ke PLN,” tegas Amri. (David Yohanes/Tribunjatim.com)