Pilkada Surabaya 2020
Perebutan Rekom, Pengamat Sarankan Eri Cahyadi Tak Malu-Malu Kucing dan Tunjukkan Mental 'Wani'
Pengamat politik sekaligus peneliti Surabaya Survey Center Surokim Abdussalam menyarankan Eri Cahyadi, birokrat Pemkot Surabaya yang digadang
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengamat politik sekaligus peneliti Surabaya Survey Center Surokim Abdussalam menyarankan Eri Cahyadi, birokrat Pemkot Surabaya yang digadang menjadi suksesor Tri Rismaharini jadi calon Wali Kota Surabaya, untuk kian gesit di momen perebutan rekom partai.
Dosen Universitas Trunojoyo Madura ini menyebut bahwa bulan Januari akan menjadi bulan dimana pembahasan dan lobi-lobi tingkat tinggi mulai dilakukan di tataran DPP partai untuk penentuan rekom untuk Pilwali Surabaya 2020.
Karenanya, sebagai birokrat yang belum berpartai, dikatakan Surokim, Eri butuh show off untuk menunjukkan kualitas dan juga kapasitas diri sebagai sosok yang layak menjadi calon pengganti Risma, yang sudah lebih dulu memimpin Surabaya selama sepuluh tahun.
"Saya pikir semua kandidat yang berniat mencalonkan diri dalam pilwali Surabaya 2020 juga berada pada posisi yang sama. Gamang menunggu jatuh kemana rekom partai sebagai syarat maju pencalonan akan berlabuh," kata Surokim kepada Tribunjatim.com, Jumat (20/12/2019).
• Hujan dan Angin Kencang Terpa Kepanjen, Kolam Renang Pemandian Metro Tertimpa Pohon Tumbang
• Postingan Terakhir Mahasiswa UB Malang Sebelum Hilang Terseret Ombak Pantai Watu Leter, Heartless
• SOSOK Suami Vanessa Angel Diungkap, Lucinta Luna Sebut Pengusaha Kaya Raya, Kedepannya Terjamin
Hingga kini semua belum ada yang bisa memastikan. Bahkan menangkap sinyal-sinyal pun lemah untuk Pilwali Kota Surabaya mengingat semua menjadi domain dan rahasia DPP.
"Eri Cahyadi menurut pendapat saya juga amat bergantung kepada sounding Bu Risma. Ya memang bu Risma juga akan punya peran yang tidak bisa diremehkan di dalam memberi masukan ke DPP PDIP karena beliau juga pengurus DPP," ucapnya. "Tetapi itu juga belum menjadi jaminan. Dinamika politik di Surabaya akan terus tarik ulur semua akan bergantung kepada kehendak ketum," ia melanjutkan.
Keputusan akhir dalam menentukan nama calon yang akan diberi surat rekom ada pada Megawati. Yang bisa dilakukan Eri Cahyadi, menurut Surokim, sejauh ini hanya bagaimana dia bisa memantasakan diri sebagai suksesor Risma.
Di sisi lain, ekspektasi masyarakat Surabaya cukup tinggi pasca kepemimpinan Risma. Sehingga siapapun yang mendeklarasikan diri menjadi suksesor Risma harus bisa memantaskan diri dalam segala aspeknya.
"Eri dalam pengamatan saya masih sangat hati hati dan belum berani terang-terangan untuk declare maju Pilwali. Sehingga dalam beberapa kesempatan terlihat gamang memainkan antara peran sebagai birokrat dan peran sebagai sosok yang berniat maju pilwali," ucapnya.
Bisa jadi, menurut penilaian Surokim, langkah ini dianggap sebagai langkah aman sembari menunggu sinyal terang rekomendasi.
Namun ia mengingatkan, bahwa persaingan mendapatkan rekom di tataran DPP PDIP juga akan keras dan sangat kompetitif.
Masih sulit membaca apakah Eri Cahyadi termasuk salah satu yang kuat karena sejauh ini hanya mengandalkan akses dan sounding dari Tri Rismaharini sebagai wali kota dua periode.
Sementara dinamika politik internal partai akan sangat kompleks dan riuh. Momentum juga akan memegang peran penting dalam proses penentuan rekom.
"Jadi sungguh tidak mudah disaat publik mulai membaca sinyal bahwa Eri Cahyari sebagai suksesor Risma, maka saya pikir Eri Cahyadi tidak perlu harus gamang. Dan mulai serius menyiapkan diri tidak malu malu kucing jika memang serius untuk ikut kontestasi. Tunjukkan mental Surabaya, wani," pungkasnya. (Fatimatuz zahroh/Tribunjatim.com)