Kalah dari PSG Gresik, Pelatih Perseta Ungkit 20 Menit Terakhir: Mafia Sepakbola Indonesia Masih Ada
Gagal meraih kemenangan di Liga 3 2019 vs PSG Gresik, Ungki Prasetyo sebut mavia sepak bola masih ada. Sebut 20 menit terakhir pertandingan.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Perseta Tulungagung gagal meraih kemenangan di laga kedua babak 8 besar Liga 3 2019 melawan tuan rumah Putra Sinar Giri (PSG) Gresik di Stadion Gelora Joko Samudro.
Pelatih Perseta, Ungki Prasetyo menyebut mafia sepakbola di Indonesia masih ada.
Ungki Prasetyo mengatakan, pertandingan kedu tim awalnya berjalan seru. Namun, 20 menit terakhir mendapat tekanan baik dari servis bola mati atau juga umpan langsung menuju jantung pertahanan.
• Lagi Diincar Arema FC, Borneo FC Langsung Pagari Mario Gomez
• Buntut Kecelakaan Maut di Pasuruan, Polda Jatim Bakal Pantau Khusus Truk Trailer Angkut Alat Berat
Hal ini membuat konsentrasi pemainnya buyar. Apalagi kondisi para pemain lelah sekali usai dua kali main.
Menurutnya, kepemimpinan wasit Rohani Asal Jakarta Pusat berat sebelah.
"Semua orang bisa melihat, tidak hanya saya. Orang tahu bola bisa menilai. Wasit mencari-cari pelanggaran set piece bola mati untuk pihak lawan. Sangat terasa sekali," ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers, Senin (23/12/2019).
Sebelum pertandingan PSG Gresik melawan Perseta Tulungagung, dia mendapat kabar dari rekan sejawatnya tentang pertandingan melawan PSG Gresik di stadion Gelora Joko Samudro.
• FAKTA-FAKTA Mayat Wanita Tanpa Busana di Ngawi, Jadi Pemandu Lagu & Dibunuh 4 Jam Sebelum Ditemukan
• Pamit ke Aremania Lewat Instagram Istri, Striker Arema FC Rifaldi Bawuoh Bakal Hengkang ?
"Bukan kami saja, teman-teman selain kami mendapatkan hal serupa. Intinya mafia sepakbola di Indonesia masih ada," kata dia.
Kejanggalan itu baru terasa saat tim tamu unggul. Timnya seperti dikerjai apalagi saat 20 menit menjelang akhir pertandingan.
Keputusan wasit mengada-ngada. Ditambah lagi, keunggilan tim lawan karena memiliki pemain depan dengan postur tinggi. Masih kata Ungky, Perseta seharunya mendapat hadiah penalti namun wasit malah bergeming.
"Saya lihat sendiri wasit sudah memegang peluit loh di depan mulutnya. Terus dia turunkan lagi," pungkasnya.
• Sakit Hati Tahu Pacar Sesama Jenis Ditagih Uang Kos, Beri Pelajaran Tangan Anak Bapak Kos di Rumah
• Pemkot Kediri Siapkan Kelurahan Bandar Kidul untuk Jadi Kampung Wisata Tenun

Usai wasit Rohani meniup peluit panjang pertandingan, tim tamu masih tidak terima. Mereka mendekati wasit dan meminta penjelasan. Hingga akhirnya keributan terjadi, wasit sempat terjatuh, kaosnya ditarik pemain dan ofisial Perseta Tulungagung.
Wasit langsung lari menuju lorong stadion. Para pemain Laskar Badai Selatan tampak sedih. Mereka hanya bisa termenung di pinggir lapangan.
Kekalahan ini membuat langkah Perseta untuk merebut tiket lolos Liga 2 musim depan menipis. Tim kebanggaan warga Tulungagung ini harus bisa menang atas pemuncak klasemen Persijap Jepara di laga pamungkas, Kamis (26/12/2019).
• Menteri Desa & PDTT Maklumi Kesalahan Penggunaan Dana Desa: Yang Mau Hapus Program adalah Agen Asing
• Sikap YouTuber Kebumen Terdakwa Kasus Kerusuhan Asrama Papua saat Disidang Lagi, Diam Seribu Bahasa
Sementara itu, gelandang Perseta, Muhammad Fathurrohman mengatakan pemain telah bermain cukup keras. Namun, pertandingan di menit akhir keputusan wasit merugikan tim.
"Semua teman-teman kecewa sekali dirugikan sekali. Pelanggaran jelas penalti malah tidak penalti," kata dia.
Dikonfirmasi terpisah, pelatih PSG Gresik, Khoirul Anam mengaku menyerahkan semua kepada pengadil di lapangan. Keputusan wasit juga merugikan tuan rumah. Namun, pihaknya tidak menggebu-gebu merespon keputusan wasit tersebut.
"Kita serahkan ke pengadil. Dia sudah maksimal. Kita beberapa kali ada pelanggaran di titik penalti tidak dikasih. Kita tidak muluk-muluk," tutupnya. (Willy Abraham)