Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Cerita Pilu Anak Evakuasi Orang Tua saat Banjir Jakarta, Adik Dengar Teriakan Tolong: Ibu Mengambang

Inilah kisah pilu anak evakuasi orang tuanya saat banjir Jakarta. Namun penemuan anak itu berujung pilu melihat kondisi orang tuanya.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Januar
TRIBUNNEWS/GLERY LAZUARDI dan KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Banjir Jakarta dan Muhammad Zaini saat ditemui di posko banjir Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020). 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah pilu anak evakuasi orang tuanya saat banjir Jakarta.

Namun penemuan anak itu berujung pilu melihat kondisi orang tuanya.

Simak ceritanya.

Hotman Paris Nakalin Cewek Seksi yang Pamer Rumah Kena Banjir, Video Langsung Viral, Dapat Respon?

Seperti diketahui, banjir menerjang kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya di awal tahun 2020.

Banjir di hari pertama tahun 2020 ini pun menyisakan berbagai cerita dari korban-korbannya.

Di antaranya adalah Muhammad Zaini (43).

Pengakuan Ahli Soal Banjir Jakarta, Prediksi Jadi Kota Pertama Dunia yang Tenggelam hingga Soal Alam

Muhammad Zaini yang merupakan anak dari pasangan lansia, Muhammad Ali (82) dan Nawah (70), menceritakan bagaimana ia mengevakuasi kedua orang tuanya.

Dilansir dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), untuk diketahui, Muhammad Ali dan Nawah merupakan korban banjir yang terjebak di Jalan H Amsir RT 004/004, Cipinang Melayu, Jakarta Timur sejak Rabu (1/1/2020) pukul 03.00 WIB dini hari.

Zaini dan adiknya ditemani petugas naik perahu karet ke rumah kedua orang tuanya.

Perjalanan ke lokasi lumayan sulit, lantaran harus melawan arus air yang cukup deras.

Anies Baswedan Tuai Kritik Soal Banjir Jakarta, Fahri Hamzah: Lebih Mudah Diselesaikan oleh Presiden

Saat sampai, mereka dan petugas bergegas langsung membongkar dinding di mana kedua orang tuanya berada.

"Pas sampai, adik saya mendengar bapak meminta tolong," kata Zaini saat ditemui di posko banjir Cipinang Melayu, Jakarta Timur.

Ketika ditemukan, Ali sudah dalam keadaan menggigil karena terjebak banjir selama 12 jam lebih.

Tanpa lama, Ali pun langsung menyelamatkan sang ayah.

Namun nahas, sang ibu saat ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa.

"Posisi ibu itu ada di dalam, itu sudah ngambang," ungkap Zaini.

Daftar Akun Twitter & Laman Resmi untuk Pantau Situasi Banjir di Jakarta, Cek Update Kondisi Terkini

Saat perjalanan balik, katanya, petugas harus melawan arus air yang cukup deras sehingga memerlukan tenaga ekstra.

Zaini menambahkan, ayahnya langsung dilarikan k Rumah Sakit Budi Asih untuk penanganan lebih lanjut.

Selain itu, Zaini juga mengungkapkan, kedua orang tuanya di saat banjir hanya berdua.

"Mereka hanya berdua. Tinggal bersama kakak saya, tapi kakak saya pergi ke Bandung ajak anaknya jalan-jalan liburan sekolah dan tahun baru," ungkapnya.

Kendati demikian, sebelum peristiwa banjir tersebut, kedua orang tuanya dalam kondisi sehat.

Hanya saja, sudah tidak terlalu kuat berjalan karena faktor usia.

Pol taksi Bluebird yang terendam banjir Jakarta
Pol taksi Bluebird yang terendam banjir Jakarta (Tribunnews.com)

Pengakuan Ahli Soal Banjir Jakarta, Prediksi Jadi Kota Pertama Dunia yang Tenggelam hingga Soal Alam

Menurut Ahli Hidrologi dan Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) M. Pramono Hadi, penyebab utama dari banjir ini adalah hujan yang merata dan jumlahnya banyak.

Terkait Jakarta, ternyata ada dugaan bahwa tanah di Jakarta itu turun 4 meter dalam kurun waktu 40 tahun.

Dugaan inilah yang membuat adanya prediksi Jakarta akan jadi kota pertama dunia yang tenggelam.

Laporan dari Organisation for Economic and Cooperation Development (OECD) dalam Green Growth Policy Review (GPPR) 2019 menyatakan bahwa permukaan tanah area-area pesisir Jakarta turun empat meter dalam waktu 40 tahun terakhir.

"Penurunan akibat ekstraksi air tanah yang berlebihan dan subsidensi lahan," tulis koordinator studi Eija Kiiskinen dan Britta Labuhn, dikutip dari Kompas.com.

Rano Karno Bantu Pemeran Mak Nyak Keluar dari Banjir, Terima Kasih Doel, Kalau Nggak Sudah Kelelep

Pada awal Februari 2018, Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris juga mengatakan bahwa permukaan tanah di Jakarta mengalami penurunan sekitar tiga sampai 18 sentimeter.

Seperti yang diberitakan, penurunan tanah ini disebabkan oleh beban bangunan gedung dan pengambilan air tanah yang tidak terkontrol.

Abdul mengatakan, tren penurunan permukaan tanah berbeda-beda di setiap lokasi.

Namun, penurunan permukaan tanah paling dalam terjadi di Muara Baru, Jakarta Utara.

Itulah sebabnya kawasan tersebut kerap terendam banjir rob.

Berenang Pakai Ban Bekas, Pastur 81 Tahun Tewas Tenggelam di Pasir Putih Situbondo

Selain faktor-faktor itu, ditambah dengan pemanasan global, banjir jelas saja menyerbu sebagian besar wilayah Jakarta pada tahun 2007.

Sehingga, ada anggapan Jakarta sedang 'menenggelamkan' dirinya.

Bahkan jika mau dihitung, Jakarta adalah kota yang tenggelam paling cepat dibandingkan kota besar lainnya di planet ini.

Bahkan lebih cepat daripada perubahan iklim yang menyebabkan laut naik.

Begitu cepat sehingga sungai bisa mengalir ke hulu dan hujan biasa bisa menyebabkan genangan air tinggi di mana saja.

Daftar Lengkap Korban Tewas Banjir di Jakarta, Tenggelam dan Tersengat Listrik hingga Hipotermia

Dalam kasus Jakarta, penduduk turut membantu kota ini tenggelam lebih cepat.

Pembangunan yang tak terkendali dan tanpa perencanaan matang serta kurangnya saluran pembuangan menjadi faktornya.

Beban bangunan jelas melebihi daya dukung tanah di Jakarta.

Belum lagi masalah lain seperti sungai yang kotor atau sampah yang berserak di atas air.

Ahli hidrologi mengatakan bahwa Jakarta hanya punya satu dekade untuk menghentikan proses tenggelamnya kota.

KONDISI Rumah Roy Marten Sebelum dan Sesudah Kebanjiran, 4 Rumah Artis Ini Juga Jadi Korban Banjir

Jika tidak bisa, Jakarta Utara (kawasan Pluit) akan menjadi lokasi pertama yang berakhir di bawah air.

Jika tidak ada perubahan besar dan revolusi infrastruktur, Jan Sopaheluwakan, peneliti geoteknologi memprediksi Jakarta akan benar-benar tenggelam tahun 2050.

Jakarta tidak akan mampu membangun tembok yang cukup tinggi untuk menahan serbuan air dari sungai dan khususnya Laut Jawa.

Kondisi Jakarta pernah dialami oleh ibu kota Jepang, Tokyo pada tahun 1900 silam.

Saat itu Tokyo mengalami penurunan daratan 365 meter tapi pemerintah Jepang dengan aturan ketat dan revolusi pembangunan mereka berhasil menghentikan penurunan itu.

Sama seperti Tokyo, Jakarta ada pada titik balik dan sudah seharusnya kita berkata "Alam tidak akan lagi menunggu".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved