Pemain Timnas Putri U-16 asal Malang Absen Sekolah Selama Satu Semester, Jadi Sorotan di Medsos
Pemain Timnas Putri U-16 asal Malang absen sekolah selama satu semester. Jadi sorotan di media sosial.
Penulis: Benni Indo | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pemain Timnas Putri U-16 Jasmine Sefia Wainie Cahyono mendapatkan peringatan dari SMPN 2 Batu karena jarang masuk dan meninggalkan banyak pelajaran kelas.
Kasus pemain muda putri yang duduk di kelas VIII 1 ini pun ramai menjadi perbincangan di sosial media.
Saat dikonfirmasi Kepala Sekolah SMP N 2 Batu, Sudiyono mengatakan, kalau duduk perkara dengan anak didiknya itu karena Jasmine sudah satu semester tidak masuk.
Pada catatan yang ia tunjukkan, Jasmine tidak masuk kelas sejak 18-21 Juli 2019.
• Kepasrahan Nenek dari Malang Saat Dapur Rumahnya Ludes Terbakar, Rumah Kosong Ditinggal Nengok Cucu
Saat itu, Jasmine tidak masuk sekolah dengan keterangan izin lantaran harus mengikuti pemusatan latihan.
Jasmine kembali tidak tidak masuk pada 12-21 Agustus dengan izin sakit.
Jasmine juga diketahui membela Tim Putri U-17 Bangka Belitung pada 25 Juli-11 Agustus 2019.
Pada 2-11 September 2019, Jasmine kembali izin karena mengikuti seleksi di Persija.
Pada 23-27 September 2019, Jasmine izin ikut seleksi PS Tira Bogor.

• Cara Wali Kota Sutaji Antisipasi Banjir di Malang, Bikin Gerakan Angkut Sampah & Sedimen Tiap Pekan
Namun informasi yang diperolah Surya (grup TribunJatim.com), Jasmine juga terbang ke Kirgistan membela Timnas Putri U-16 yang mengikuti babak pertama Kualifikasi AFC Womens U-16 Championship 2019.
Kompetisi tersebut berlangsung dari 15-23 September 2018 di Kirgistan.
Sedangkan pada 30 September-15 Desember, Jasmine izin karena mengikuti latihan rutin di Arema FC.
Jasmine juga tercatat mendapatkan pembinaan dari Bimbingan Konseling sekolah pada 5 September 2019 dan 2 Januari 2020.
“Saya takutnya anak ini dieksploitasi. Dia sudah dapat uang, uangnya seperti apa? Dia harus bekerja, kasihan kan? Ini yang kami pikirkan sebagai pendidik,” ujar Sudiyono saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (3/1/2020).
Sudiyono pun mengaku sudah berkomunikasi dengan orangtua Jasmine.
• Mal Pelayanan Publik Kota Malang Bakal Ditempatkan di Mal Alun-alun, Ada 400 Layanan Buat Masyarakat
Dalam komunikasi itu, Sudiyono juga mengaku menyarankan orangtua Jasmine agar memilih homeschooling untuk Jasmine.
Sudiyono merasa kasihan melihat Jasmine karena tertinggal banyak pelajaran di sekolah.
“Saya bicara secara kasihan, anak seusia ini seharusnya dapat pembelajaran di sekolah. Kalau di usia sekolah tidak menerima pembelajaran terutama sikap, katakter dan budaya, ini kan kasihan.
Makannya saya sarankan agar akademik dan olahraga imbang, bisa dimasukkan ke homeschooling atau dan paket kesetaraan. Tapi homeschooling adanya di Kota Malang, kalau di Kota Batu tidak ada,” tegas Sudiyono.
Sudiyono juga menyampaikan kepada orangtua Jasmine kalau ijazah yang didapat dari homeschooling atau paket kesetaraan adalah sama.
Ijazah bisa digunakan ke perguruan tinggi.

• Batas Akhir Daftar Akun LTMPT 7 Januari 2020, SMA Negeri di Malang Mulai Pemeringkatan Siswa
“Daripada terbentur aturan-aturan seperti ini? Maksud saya kalau homeschooling kan tidak seperti ini nanti jadinya,” ujarnya.
Sudiyono menjelaskan, akibat jarang masuknya Jasmine, nilainya di bawah rata-rata.
Maka sekolah juga memberikan pilihan untuk mengerjakan tugas dari sekolah agar nilainya Jasmine bisa terdongkrak.
Namun Sudiyono tidak menjelaskan secara rinci berapa nilai dan mata pelajaran apa saja yang tertinggal oleh Jasmine.
“Ya nilainya masih kurang. Kami panggil tanggal 2 kemarin. Supaya nilai bagus maka Jasmine harus mengumpulkan tugas,” ungkapnya.
• Mario Gomez Pelatih Baru Arema FC, Dulu Disapa Abah Sekarang Dipanggil Ebes, Dialek Khas Malang
Teman-teman sekelas Jasmine telah mendapatkan rapor dan nilai.
Sementara Jasmine sendiri belum mendapatkan rapor.
Rapor masih berada di sekolah. Sekolah akan memberikan raport ke Jasmine ketika nilainya sudah masuk dan berada dalam penilaian baik.
“Ya, yang lain sudah mendapatkan rapor. Nilai sudah ada tapi kami kasihan sehingga belum kami berikan. Pasalnya, nilai ini masih dipakai sampai kelas 9,” ujar Sudiyono yang mengaku baru delapan bulan menjadi Kepala Sekolah. (Benni Indo)
• Survei Pilkada Surabaya 2020 Versi Suara Indonesia, Kiai dan Tokoh Parpol Jadi Rujukan Tertinggi