Investasi Bodong di Jakarta
Pria ini Mengadu Jadi Korban Investasi Bodong 'Memiles', Berharap Uang Jaminan Kembali
Dua petinggi perusahaan yang berkantor di ruko-ruko kawasan Sunter, Jakarta Utara itu dicokok petugas. Direktur Perusahaan, seorang pria berinisial FS
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
Ia menyaksikan langsung bagaimana para manager memaparkan program investasi itu pada ribuan calon member yang hadir saat itu.
Paparan itu makin diperkuat dengan tayangan video testimoni yang diungkapkan para member setia yang berhasil memperoleh barang mewah yang diinginkan dengan harga miring.
Tak butuh waktu lama, pria asal Makassar itu terbius.
"Saya instal dulu. Saya investasi gak sampai Rp 10 Juta, tapi teman saya sendiri ada yang ratusan juta, berangsur sih gak kerasa," terangnya.
Konsultan perencana bangunan gedung itu mengaku, berencana membeli sebuah motor.
"Cuma pas saya masuk, yang paling murah Rp 1.2 Juta, itu untuk emas 100 gram. Kalau aku, naruh uang yang untuk motor, Rp 200 Juta," kata konsultan desain bangunan gedung itu.
Beberapa kali ia membeli sejumlah 'Top Up' nilai tukar elektronik yang disediakan oleh aplikator, hingga tanpa sadar uang dengan jumlah sekitar Rp 10 Juta telah ia kirim ke rekening yang diminta aplikator atau 'PT Kam and Kam'.
Dan kabar buruk itu tiba bak petir menggelegar disiang bolong, Rabu (18/12/2019) kabar yang berkelebatan di grub WhatsApps (WA) miliknya membuatnya gusar.
Bahwa kantor bisnis investasi yang baru digelutinya sebulan diobok-obok Anggota Polda Jatim.
Ia mengira rasa gusarnya bakal berangsur hilang, tapi justru sebaliknya.
Kini rasa gusarnya kian menjadi-jadi. Apalagi setelah ia mentransfer sejumlah uang kesekian kali, ternyata aplikasi 'Memiles' diponselnya error.
Notifikasi hasil verifikasi yang biasanya langsung muncul setelah dirinya mengirim sejumlah uang tak kunjung nampak.
Sadar ada yang tak beres ia bergegas menuju kantor perusaan itu, Kamis (19/12/2019). Niatnya mengadu, tapi setibanya di lokasi kantor justru kebingungan yang ia rasakan. Pintu kantor di ruko tersebut terkunci oleh segel polisi.
"Saya datang mau komplain, sudah transfer enggak terverifikasi, lho kok kantor tutup. Bingung," tuturnya.
Ia mengaku merasa dirugikan dengan praktik curang pihak perusahaan yang belakangan terbongkar belangnya.