Serangan Drone AS Bunuh Jenderal Iran, Kekuatannya Mematikan, Lihat Cara Kerjanya saat Perang
Drone pembunuh memang tidaklah main-main, karena yang bekerja adalah mesin tanpa awak.
TRIBUNJATIM.COM - Pada Jumat (4/1/2020), pemimpin militer Iran, Qasem Soleimani tewas dalam serangan di Bandara Baghdad, Irak.
Qasem Soleimani adalah jenderal penting dan orang paling kuat di Iran yang akhirnya tewas dalam perang dengan AS.
Serangan tersebut dalam rangka mempertahankan diri dari serangan yang diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
• Foto Liburan Tersebar di Media Sosial, Adele Terlihat di Pantai Bareng Harry Styles dan James Corden
Dikutip dari Kompas.com, serangan tersebut juga menewaskan wakil pemimpin paramiliter Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.
Menanggapi serangan tersebut, Iran bersumpah untuk membalas dendam atas serangan drone tersebut.
Serangan 'Drone' adalah serangan yang begitu mengerikan yang diberikan AS kepada Iran.
Bagaimana sebenarnya serangan 'Drone' itu bekerja?

Simak ulasan berikut dikutip TribunJatim.com dari Intisari:
Pada sabtu (4/1/2020), juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Jenderal Abolfazl Shekarchi mengatakan Iran akan membuat rencana dengan sabar.
"Untuk menanggapi tindakan teroris ini dengan cara yang mengahncurkan dan kuat," ungkapnya.
Serangan 'Drone' sebenarnya sudah digunakan banyak negara untuk tujuan militer mereka.
Drone pembunuh memang tidaklah main-main, karena yang bekerja adalah mesin tanpa awak.
• Penampilan Anak Hotman Paris, Frank Bertemu Donald Trump Junior, Lihat Beda Gayanya dengan Sang Ayah
Sejarah Drone
Fase pertama perang drone didominasi oleh tiga negara: AS, Inggris dan Israel.
Drone berkembang pesat dalam gelombang kedua selama lima tahun terakhir, dengan Pakistan dan Turki mengembangkan program mereka sendiri.