ISI SURAT Penghina Risma, Singgung Nasib Anak & ‘Bisikan Setan’, Berujung Ampunan, Risma Pesan 1 Hal
Berikut transkrip isi surat penghina Risma di Facebook yang ditujukan kepada sang wali kota, curhatan berujung pengampunan dari Risma.
Penulis: Ignatia | Editor: Pipin Tri Anjani
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta seluruh warga Surabaya untuk ikut memaafkan Zikria Dzatil.
"Saya minta warga Surabaya juga memaafkan yang bersangkutan. Kami minta warga saya jangan membenci dan saling permusuhan. Jika masih mencintai saya, maka maafkanlah," kata Risma.
Perempuan yang akrab disapa Risma ini menyadari dirnya sebagai manusia wajib memaafkan yang bersangkutan.
"Saya maafkan yang bersangkutan. Sebab sesama manusia harus saling memaafkan. Dia sudah minta maaf dan saya wajib memberi maaf. Allah saja memaafkan manusia yang berbuat salah," ungkap Risma sambil memegangi surat permintaan maaf Zikria.
• Diolok-olok Kodok Betina Lewat Facebook, Wali Kota Risma: Warga Surabaya, Maafkanlah Zikria Dzatil

Risma Kecewa
Risma disebut kodok saat mengaitkan kondisi banjir di Surabaya.
"Saya dibilang kodok. Coba berpikir jika anak kita, keluarga kita disebut kodok Bagaimana. Tapi karena dia minta maaf, saya harus menangkan," tandas Risma.
Pengabulan maaf Risma itu disaksikan banyak media.
Dalam pemberian maaf itu, Risma didampingi Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho, Sekdakot Hendro Gunawan dan seluruh staf dan Kepala Dinas.
Ada beberapa alasan Wali Kota Surabaya ini melaporkan pemilik akun tersebut.

"Pertama yaitu pribadi saya karena kalau saya kodok, berarti orang tua saya kodok, saya gak kepengen orang tua saya direndahkan," kata Risma saat menggelar konferensi pers di kediaman Wali Kota di Jalan Sedap Malam, Rabu (5/2/2020).
Risma mengatakan, pelaporan itu pun ditegaskan dia merupakan atas nama pribadinya.
Selain itu, Risma mengatakan juga terdapat dorongan dari warga Surabaya yang merasa tidak terima atas ujaran akun Zikria Dzatil di facebook tersebut.
"Saya laporkan pribadi bukan atas nama siapapun," ujarnya menegaskan," kata Risma.
Menurut Risma, sebenarnya dirinya tak ingin kasus ini terbuka ke publik.
Hanya saja, terdapat gelombang aksi dari warga Surabaya yang akhirnya memaksa kepolisian membuka kasus ini.
"Saya kaget, salah apa saya disebut kodok," terang Risma.
