Nasib Tragis Bocah 10 Tahun Tewas di Parit Sawah, Tertelungkup di Air Setinggi Lutut, Sebab Terkuak
Namun, duka yang kembali dialami pasangan dari Blitar itu karena anak laki-lakinya itu, ditemukan tewas di parit sawah, Minggu (23/2) siang.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Sudarma Adi
Nasib Tragis Bocah 10 Tahun Tewas di Parit Sawah, Tertelungkup di Air Setinggi Lutut, Sebab Terkuak
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Belum kering makam anaknya yang pertama, kini pasangan Mustakim (40), dan Ny Eviana (32), warga Dusun Sumberjo, Desa Ngrendeng, Kecamatan Selorejo, Blitar, kembali berduka.
Putrinya yang pertama baru meninggal sekitar 40 hari lalu karena mengalami sakit lambung, kini anaknya yang kedua, Rfn, bocah 10 tahun, akhirnya menyusul kakaknya.
Namun, duka yang kembali dialami pasangan itu karena anak laki-lakinya itu, ditemukan tewas di parit sawah, Minggu (23/2) siang.
• Inilah 7 Kelurahan di Kota Malang yang Bakal Dilewati Jalan Tol Tembus Kepanjen dan Blitar
• Purnawan Buchori-Indri Kuswati Serahkan 13.224 Syarat Dukungan Perseorangan ke KPU Kota Blitar
• Polres Blitar Kota Gelar Lomba Drill Tongkat & Borgol, Asah Keterampilan Anggota Jelang Pilwali 2020
Entah disebabkan karena apa, korban terjebur di parit sawah, yang airnya hanya setinggi lutut orang dewasa.
"Korban saat ditemukan sudah tak bernyawa, dengan kondisi tertelungkup di parit itu. Diduga, ia sudah meninggal dunia beberapa menit sebelum ditemukan," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Shodiq Effendi .
Dijelaskan Shodiq, penyebab jatuhnya korban ke parit, yang airnya tak begitu dalam itu, memang belum bisa dipastikan.
Namun, papar Shodiq, korban sampai mengalami musibah seperti itu karena diduga penyakit epilepsinya kambuh.
Begitu terjatuh ke air dan tak ada orang yang mengetahuinya, sehingga tak tertolong.
"Kata keluarganya, korban punya riwayat penyakit epilepsi. Dan, karena lagi di air, sehingga tak tertolong karena tak ada orang lain yang mengetahuinya," paparnya.
Menurut Shodiq, kejadian itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Itu bermula dari korban yang kelas 3 SDN setempat itu ikut ibunya ke sawah.
Sebab, pagi itu ibunya jadi buruh tandur (menanam padi) di sawah tetangganya.
Selama ibunya menanam padi bersama ibu-ibu lainnya, yang sama-sama jadi buruh tandur itu, korban menunggui di tepi sawah.
Mungkin, karena jemu atau apa, korban minta izin ke ibunya, untuk mencari ikan di parit. Setelah diizinkan ibunya, korban pergi ke arah utara atau menjauh dari tempat ibunya menanam padi itu.
"Karena ibunya juga sibuk menanam padi, sehingga tak bisa mengawasi anaknya," paparnya.