Ashraf Suami BCL Meninggal Dunia
Kata Psikolog soal Kondisi Mental Noah Pasca Kepergian Ashraf Sinclair, 'Biarkan Anak Menangis'
Ahli psikologi ungkap kondisi mental Noah Sinclair dan BCL pasca kepergiaan Ashraf Sinclair.
Ahli psikologi ungkap kondisi mental Noah Sinclair dan BCL pasca kepergiaan Ashraf Sinclair.
TRIBUNJATIM.COM - Kondisi mental Noah Sinclair pasca kepergian Ashraf Sinclair diungkap oleh psikolog Indah Sundari saat hadir di acara Hotman Paris Show.
Selain kondisi Noah Sinclair, Indah Sundari juga menanggapi kondisi psikis Bunga Citra Lestari alias BCL.
Sepeninggalnya Ashraf Sinclair, penyanyi Bunga Citra Lestari ( BCL) disebut mengalami trauma mendalam.
Hal tersebut karena Ashraf Sinclair ini meninggal dunia secara mendadak akibat serangan jantung, pada Selasa (18/2/2020)
Bahkan, BCL sendiri menjadi saksi mata satu-satunya ketika Ashraf Sinclair menghembuskan nafas terakhir di kamar.
• Janji Tulus Khadijah, Ibu Ashraf Sinclair ke Bunga Citra Lestari & Noah: Kami Mohon Doa Tak Terputus
• Hotman Paris Sorot Penyebab Ashraf Sinclair Meninggal, Dokter & Instruktur Crossfit Bongkar Pendapat
Seoarang psikolog bernama Indah Sundari pun angkat bicara mengenai kondisi psikis BCL dan sang anak, Noah Sinclair yang masih berusia 10 tahun.
Ketika di acara Hotman Paris Show (26/2/2020), sang co-host Lolita Agustine menyinggung perihal trauma yang dialami BCL.
Apalagi BCL sampai enggan tidur di kamarnya sendiri setelah sang suami tercinta meninggal dunia
"Kalau saya memposisikan diri saya sebagai istrinya Ashraf, mungkin saya kan terpukul. Banyak banget media yang datang.
Belum lagi Unge kabarnya sampai trauma, sampai sekarang belum berani tinggal di kamarnya dengan Ashraf," ujar Lolita Agustine
"Kalau mbak Indah sendiri, apa tanggapannya melihat ini?" tanya Lolita Agustine.
Ditanya seperti itu, sang psikolog mengaku bahwa apa yang dialami BCL saat ini belum bisa disebut trauma.
Pasalnya, kejadian yang disebut trauma itu jika hal tersebut sudah terjadi selama 6 bulan
"Sebenarnya kita belum bisa bilang Unge ini memiliki trauma. Karena kejadian bisa dikatakan trauma jika sudah lebih dari 6 bulan. Jadi kalau efeknya masih dirasakan selama 6 bulan kejadian, itu bisa disebut trauma," ungkap sang psikolog.