Ashraf Suami BCL Meninggal Dunia
Kata Psikolog soal Kondisi Mental Noah Pasca Kepergian Ashraf Sinclair, 'Biarkan Anak Menangis'
Ahli psikologi ungkap kondisi mental Noah Sinclair dan BCL pasca kepergiaan Ashraf Sinclair.
Pasalnya, kejadian meninggalnya Ashraf Sinclair ini pasti akan selalu diingat oleh BCL.
Yang perlu dilakukan oleh BCL, menurut sang psikolog adalah menyadari bahwa Ashraf Sinclair sudah meninggal.
Dan BCL pun harus lekas menjalani aktivitasnya kembali di dunia hiburan agar tidak terlalu mengingat trauma ditinggalkan Ashraf Sinclair.
"Dari Unge-nya sendiri mungkin butuh usaha yang sangat besar, untuk mungkin dia tidak akan bilang baik-baik saja suatu hari, oh, i'm okay. Enggak. Pasti kejadian ini akan selalu diingatnya.
Sampai akhirnya Unge siap menjalankan aktivitasnya dan menyadari bahwa oh memang Ashraf sudah tidak ada lagi secara fisik bersama kami," papar sang psikolog.
Setelah menjelaskan kemungkinan kondisi psikis BCL, sang psikolog ini beberkan kondisi psikologis sang anak, Noah Sinclair.
"Kalau untuk Noahnya sendiri gimana? Untuk anak yang ditinggalkan ayahnya secara mendadak?" tanya Lolita Agustine.
Diakui sang psikolog, seorang anak yang ditinggalkan oarang tua secara mendadak akan meninggalkan luka tak kalah pedih.
Apalagi anak seusia Noah Sinclair ini belum mengerti kenapa ayahnya bisa tiba-tiba meninggal dunia
"Ya pasti ini berat bagi anak. Anak di usia Noah ini belum tentu mengerti kenapa ini terjadi. Kenapa ayahnya bisa tiba-tiba hilang pergi," ungkap sang psikolog.

• Temani BCL Setiap Hari setelah Kepergian Ashraf Sinclair, Rossa: Berat Ngeliat Sahabat Sedih
Namun sebagai orang terdekat, ada beberapa hal yang harus diberikan kepada Noah Sinclair pasca kepergian Ashraf Sinclair.
Diantaranya adalah mengenai jangan menyembunyikan kejadian yang sebenarnya.
"Yang harus kita lakukan ketika seorang anak kehilangan orang tuanya secara mendadak, sebagai orang tua kita jangan menyembunyikan atau menutupi kejadian yang sebenarnya.
Justru kita lebih baik kita cerita sama anak, bahwa ayahnya sudah tidak ada. Tapi pastinya harus secara pelan-pelan. Gak mungkin kita informasi penuh kepada anak.
Kasih pelan-pelan, sedikit demi sedikit, biarkan anak meresapi setiap kejadiannya," papar psikolog.