Cerita Mahasiswa Unej Sidang Skripsi Online, Deg-degan Tatap Penguji di Layar: Harus Tanggung Jawab
Pengalaman mahasiswa Universitas Jember (Unej) lewati sidang skripsi dengan metode online atau dalam jaringan (daring).
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Wabah virus Corona (Covid-19) menciptakan perubahan hampir di semua sektor, termasuk pendidikan.
Model pembelajaran di kelas pun digantikan dengan metode online atau dalam jaringan (daring).
Hal itu salah satunya dilakukan oleh Universitas Jember (Unej).
• FAKTA Baru Covid-19 Indonesia, 60% PDP Tak Pernah Rasakan Gejala, Tapi Muncul 5 Hal ini, Waspada!
• Video Terakhir Glenn Fredly Nyanyi Sambil Tahan Sakit Kepala Luar Biasa, Anji hingga Rossa Nangis
Bahkan, para mahasiswa pun harus melewati sidang skripsi online.
Salah satu siswa Unej yang telah merasakan bagaimana ujian skripsi daring adalah Ahmad Ulul Arham.
Siang itu, mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya itu menjalani sidang skripsi daring pertamanya, Rabu (8/4/2020).
• Napi Bebas dari Program Penanggulangan Covid-19 Tetap Diawasi, Bapas Malang Kota: Wajib Lapor Online
• Sosok David Tjiptobiantoro, Pembalap Kekasih Julie Estelle, Dulu Pernah Dekat dengan Maia Estianty
Pria yang akrab disapa Arham duduk sendirian di sebuah ruang baca di dekat rumah kosnya di kawasan Tegalboto Kelurahan/Kecamatan Sumbersari.
Di depannya ada sebuah laptop menyala, menampilkan wajah empat orang di layarnya melalui sebuah aplikasi percakapan jarak jauh (teleconference).
Ada beberapa buku di dekatnya, termasuk sebuah novel berjudul Entrok, karya Okky Madasari.
• Detik-detik Glenn Fredly Meninggal Dikuak Keluarga, Masuk ICU, Napas Drop, Perjuangan Bung Selesai
Ia terlihat serius mendengarkan pertanyaan dari sejumlah orang di layar laptopnya.
Dia juga memberikan jawaban atas pertanyaan mereka. Arham terlihat serius, dan tegang. Dia juga memakai jas almamater Universitas Jember.
Kepada awak TribunJatim.com, Arham menuturkan meminjam ruang baca tersebut karena dia tidak mungkin menjalani ujian di rumah kosnya.
"Saya sudah mencoba (simulasi) beberapa kali latihan di kos, tidak kondusif. Akhirnya pinjam tempat di sini, kebetulan juga dekat dari rumah kos," ujar Arham.
Ketika ditanya apakah masih ada rasa 'deg-degan' karena tidak langsung berhadapan dengan para penguji, Arham mengaku tetap merasa begitu.
"Ndredeg (deg-degan, red) itu pasti ada. Karena lebih pada saya harus mempertanggungjawabkan apa yang saya buat di skripsi saya, bukan karena berhadapan langsung atau tidak. Jika ditanya, gimana rasanya jika berhadapan langsung dengan penguji, saya jawab tidak tahu. Wong belum pernah ujian skripsi secara tatap muka," ujarnya kemudian tertawa.
Ruang baca tempatnya 'ujian' juga dilengkapi internet yang koneksinya mendukung untuk ujian daring.
Sambil berbincang di sela Arham menunggu hasil ujian skripsinya.
Para penguji tampak sedang berdiskusi, juga secara daring untuk menentukan nilai Arham.
Tentu saja Arham tidak boleh 'nimbrung'. Setelah beberapa menit, salah satu penguji memanggilnya untuk kembali ke hadapan laptop.
Penguji mengumumkan jika Arham lulus. Bahkan mahasiswa itu mendapatkan nilai A.
"Alhamdulillah, terimakasih Bu, Pak," kata Arham sambil mengusap wajahnya pertanda rasa syukur.
Sementara di tempat lain, salah satu penguji skripsi Arham, Dr Heru SP Saputra Mhum memilih menguji Arham dari salah satu ruang dosen di ruangan dosen Jurusan Sastra Indonesia. Pada Rabu (8/4/2020), Heru menguji skripsi milik dua orang mahasiswa.
"Hari ini nguji skripsi dua orang, dan semuanya secara daring," ujar Heru.
Dirinya memilih memakai tempat di ruangan dosen, karena persoalan koneksi internet. Koneksi internet di rumahnya, tidak stabil untuk aplikasi yang membutuhkan koneksi internet stabil.
"Tidak stabil, terkadang lancar. Tiba-tiba koneksi lambat, dan terputus. Kan kasihan mahasiswa yang sudah kadung serius. Khawatir mengganggu psikologis mahasiswa juga. Akhirnya minjam tempat di kampus," ujar Heru.
Saat menguji mahasiswanya, Heru memilih memakai gawainya untuk tersambung di aplikasi untuk berkomunikasi dengan sesama penguji dan mahasiswa.
Laptop dipakainya untuk melihat isi skripsi mahasiswa yang diujinya.
"Jadi saya minta file skripsi ke mahasiswa, kemudian saya baca dan teliti. Sedangkan untuk komunikasi memakai gawai. Jadi tidak perlu lagi pakai print out," tegas Heru.
Heru menambahkan, ujian secara daring sebenarnya lebih praktis. Kendala yang dihadapi hanya lebih pada koneksi internet, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Juga belum adanya aplikasi khusus untuk ujian skripsi daring secara aman.
Jika perkuliahan, lanjut Heru, Unej sudah memiliki aplikasi e-learning. Namun untuk ujian skripsi belum ada aplikasi secara khusus, sehingga pemakaian aplikasi yang dipakai untuk ujian skripsi berdasarkan kesepakatan bersama juga sepengetahuan pihak jurusan.
Tim penguji skripsi daring tetap seperti dengan ujian skripsi di ruang sidang. Ada ketua penguji, penguji, dan juga sekretaris penguji.
Tim penguji Arham terpencar di sejumlah tempat, antara lain di ruang dosen, dan rumah.
Penulis: Sri Wahyunik
Editor: Heftys Suud