Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona

Abu Letusan Gunung Merapi Bisa Mematikan Virus Corona? Begini Penjelasan Pakar Gunung Berapi

Benarkah abu letusan Gunung Merapi bisa mematikan virus Corona? Begini penjelasan pakar gunung berapi!

Editor: Alga W
Shutterstock - Twitter/BPPTKG
Abu letusan Gunung Merapi bisa mematikan virus Corona? 

Ciri utama letusan freatik adalah material yang dilontarkan tidak ada juvenil (material dari magma baru).

Fase migrasi magma, menurut peneliti yang bertahun-tahun meneliti, "merawat Merapi ini, magma bergerak ke permukaan karena gaya apung, yaitu magma memiliki berat jenis yang lebih rendah dari batuan sekitarnya."

Magma menurutnya dalam bahasa teknis, terdorong ke atas untuk melawan tekanan litostatik.

Karena tekanan litostatik makin kecil ke arah vertikal, sementara makin ke atas mendekati permukaan, unsur volatil akan terlepas sehingga terbentuk tekanan berlebih (excess pressure).

Migrasi magma ke permukaan kata Subandriyo, akan menimbulkan retakan batuan sehingga banyak muncul gempa-gempa vulkanik.

Di samping itu, semakin banyak volume magma yang bermigrasi menimbulkan deformasi permukaan tubuh gunung.

Bahasa sederhanya, tubuh gunung akan membengkak atau menggembung.

Fase erupsi magmatis selanjutnya menurut Subandriyo, diawali letusan-letusan minor, yang juga biasa disebut freatik karena kemungkinan terjadi interaksi dengan air tanah.

Letusan minor (freatik) pada fase ini terjadi secara beruntun, berbeda dengan letusan freatik pada fase pengisian dapur magma.

Di fase pengisian dapur magma, letusannya biasanya tunggal (single event). Setelah letusan-letusan minor mereda, pada 11 Agustus 2018 muncul kubah lava baru yang menandai sebagai erupsi magmatis pertama kali pasca erupsi besar 2010.

Pertumbuhan kubah lava berjalan lambat dengan laju kurang dari 3.000 meter kubik per hari.

Pertumbuhan kubah lava berlangsung hingga 2019 yang sering disertai awan panas kecil dengan jarak luncur kurang dari 2 kilometer ke arah Kali Gendol.

Pada akhir 2019 pertumbuhan kubah lava berhenti.

Kemudian pada Februari 2020 mulai ada peningkatan kegempaan, yang ditunjukkan dengan banyaknya gempa-gempa vulkanik dalam.

"Ini indikasi pasokan magma baru. Pada 3 Maret 2020, terjadi letusan minor (freatik) yang cukup besar dengan ketinggian kolom letusan hingga 6 km di atas puncak," ujar Subandriyo.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved