Virus Corona
CARA Jitu Hong Kong Tangani Corona Tanpa Lockdown, Rakyat Tak Wajib di Rumah, Kasus Influenza Turun
Beginilah cara jitu Hong Kong tangani virus Corona tanpa lockdown. Padahal, masyarakat Hong Kong tak diwajibkan di rumah saja
Penulis: Ani Susanti | Editor: Adi Sasono
Pada awal Maret 2020, sekitar 400 pasien yang menjalani rawat jalan dan 600 pasien rawat inap diuji setiap hari.
Kontrol ketat dilakukan di perbatasan.
Siapa pun yang datang dari daratan China atau negara dengan kasus Covid-19 wajib menjalani karantina selama 14 hari di tempat yang telah disediakan.
• VIRAL TERPOPULER: Sumber Kemunculan Virus Corona Bocor hingga Penampilan Wajah Kakak Nikita Mirzani
Penginapan wisata dan perumahan baru namun belum dihuni diubah menjadi fasilitas karantina.
Sekolah ditutup dan orang-orang didorong untuk bekerja dari rumah jika mereka mampu.
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya juga melakukan tes dan pelacakan kontak pada minggu-minggu awal epidemi virus Corona.
Akan tetapi, seiring bertambahnya jumlah kasus, tes dan penelusuran ditinggalkan dan mereka memilih menerapkan lockdown total untuk membatasi pergerakan dan meminta warga tetap berada di rumah.
Hong Kong belum menerapkan kebijakan lockdown.
2. Perilaku masyrakat Hong Kong meski tak diwajibkan tinggal di rumah
Melansir Lancet Public Health, meskipun masyarakat Hong Kong tidak diwajibkan untuk tinggal di rumah, mereka memilih untuk mengubah perilaku.
Dalam sebuah survei pada Maret 2020, 85 persen responden mengaku menghindari tempat-tempat ramai, dan 99 persen responden menyatakan mengenakan masker saat meninggalkan rumah.
Perilaku ini dianggap sebagai indikasi kekhawatiran mereka.
• Rahasia Gubernur Khofifah Tetap Sehat dan Tak Lesu Lawan Corona, Rutin Minum Air Hangat Jadi Kunci
Selama wabah SARS pada tahun 2003 yang melanda Hong Kong dan menyebabkan 299 kematian, 79 persen warga negara itu mengenakan masker.
Namun, saat pandemi flu babi pada 2009, hanya 10 persen warga yang mengenakan masker.
Para ilmuwan memperkirakan, jumlah rata-rata orang yang terinfeksi dari pembawa virus tetap berada pada angka 1 selama 8 minggu dari awal Februari ketika langkah-langkah pencegahan diberlakukan.