Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona di Jember

Minimnya Akses Internet, Tidak Semua Pelajar di Kabupaten Jember Jatim Bisa Ikut KBM Daring

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember, Jawa Timur telah tiga kali memperpanjang masa belajar di rumah di masa pandemi virus Corona atau Covid-19.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Yoni Iskandar
istimewa
Pelajar MI Miftahul Ulum Desa Mulyorejo, Silo ketika datang ke lapangan sekolah untuk mengumpulkan tugas pada 6 April 2020 lalu. 

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember, Jawa Timur telah tiga kali memperpanjang masa belajar di rumah di masa pandemi virus Corona atau Covid-19.

Pembelajaran di rumah memakai sejumlah metode, tergantung kesepakatan guru dan murid. Paling umum di dengar adalah pembelajaran memakai sistem daring, memanfaatkan teknologi informasi.

Teknologi informasi di pembelajaran secara daring itu, salah satunya mengandalkan jaringan internet. Lalu bagaimana dengan pembelajaran daring di sejumlah pelosok pedesaan di Kabupaten Jember?

Tidak efektif, dan tidak terlaksana, demikian hasil dari pantauan Surya di sejumlah pedesaan di Kabupaten Jember.

Sebab tidak semua pedesaan di Kabupaten Jember terakses pada kelancaran jaringan internet.

"Mungkin jaringan telepon bisa, WA (WhatsApp) masih bisa. Tapi kalau untuk belajar online, membuka situs pembelajaran, ya tidak bisa. Ditambah lagi, SDM (sumber daya manusia) orang tua, yang tidak paham teknologi itu," ujar Nurul Anwar, Kepala Sekolah MI Miftahul Ulum yang berada di Dusun Baban Barat, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, kabupaten jember kepada Surya, Senin (20/4/2020).

Secara khusus melalui jaringan telepon, Surya berbincang dengan sejumlah pengelola sekolah di kawasan pedesaan di Jember. Surya menghubungi Nurul Anwar yang berada di Desa Mulyorejo, dan satu lagi, Kepala SDN Curahtakir 3 Kecamatan Tempurejo Suryanto.

Wanita Penemu Virus Corona Ternyata Putri Sopir Bus yang Putus Sekolah, Jasanya Besar dalam Virologi

Tanggapan Psikolog Soal Ramadan di Tengah Wabah Covid-19, Tantangan Baru: Kita Ambil Sisi Positifnya

Gaya Sederhana Lesty Kejora Meski Honor Ratusan Juta: Bersyukur, Gerobak Mi Ayam di Rumah Jadi Bukti

Kedua desa ini termasuk pedesaan yang memiliki topografis berbukit, dan berdekatan dengan kawasan hutan serta perkebunan.

Desa Mulyorejo berbatasan langsung dengan Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Desa ini berada di perbukitan, berbatasan dengan wilayah hutan Perhutani.

Kepada Surya, Nurul mengakui untuk sambungan telepon dan berbincang lewat aplikasi percakapan WA, tidak ada masalah di sejumlah tempat di Mulyorejo.

"Tidak semua kawasan ramah sinyal telepon dan WA. Ada beberapa yang juga sulit akses internet itu," imbuhnya.

Ditambah lagi, lanjutnya, para wali murid yang tidak paham dengan teknologi di gawai. Wali murid di sekolah yang dikelola Nurul Anwar, mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh kebun.

Jadi ketika ada penerapan belajar di rumah memakai metode pembelajaran jarak jauh, pihak MI Miftahul Ulum melaksanakan perintah pemerintah tersebut.

"Namun jangan bayangkan ada pembelajaran online, atau instruksi lewat percakapan WA. Tidak ada yang begitu," imbuh Nurul kepada Tribunjatim.com.

Sekolahnya tetap menerapkan pembelajaran jarak jauh, tetapi dengan cara lokal di Mulyorejo. Ketika kebijakan penerapan sekolah di rumah mulai 16 - 28 Maret lalu, para guru bersepakat memberikan tugas kepada para murid secara tatap muka.

Jadi ketika awal ada kebijakan itu, para murid masih masuk selama sehari di tanggal 16 Maret. Dalam kesempatan tatap muka itu, para guru dan murid membuat kesepakatan.

Para guru memberikan tugas sesuai dengan mata pelajaran, untuk semua murid kelas 1 sampai kelas 6. "Murid kemudian mengerjakan tugas itu selama di rumah," imbuh Nurul.

Kemudian saat mengumpulkan, setiap hari Senin, para murid ke sekolah lagi, tepatnya ke lapangan dekat sekolah. Mereka datang tetap berseragam, untuk mengumpulkan buku tugas. Mereka berkumpul sesuai kelas masing-masing. Tentunya para guru juga menerapkan aturan penjagaan jarak fisik pada masing-masing siswa.

"Kemarin waktu perpanjangan masa belajar di rumah pada tanggal 6 April, anak-anak masuk. Masuknya ya di lapangan untuk ngumpulkan tugas. Ketika itu, para guru memberikan tugas lagi selama masa perpanjangan sekolah di rumah ini," imbuh Nurul.

MI tersebut tetap menerapkan model seperti itu sampai di masa perpanjangan ketiga yang dimulai hari ini, Senin (20/4/2020). Pekan ini, 115 murid MI Miftahul Ulum hanya diberi tugas selama sepekan, karena akhir pekan ini sudah masuk Bulan Ramadan. MI itu, kata Nurul, mengikuti kalender akademik.

Awal bulan Ramadan, biasanya pelajar SD dan MI mendapatkan waktu libur selama 10 hari. Karenanya sekolah itu akan tetap menerapkan model pendidikan sesuai dengan kalender akademik tersebut.

"Nanti akan masuk lagi pada pekan kedua Puasa, sampai waktu libur Hari Raya Idul Fitri. Kami akan mengikuti kalender akademik untuk yang ini," pungkas Nurul.

Sulitnya akses internet juga dirasakan oleh wali murid SDN Curahtakir 03 Desa Curahtakir Kecamatan Tempurejo. SD ini berada di kawasan berbukit, dan berada di dalam kawasan perkebunan.

"Jaringan internet susah. Jadi tidak ada pembelajaran secara online," kata Suryanto, Kepala SDN Curahtakir 03 kepada Surya.

Karenanya para guru bersepakat melakukan pembelajaran jarak jauh model mereka. Saat pembelajaran jarak jauh pertama kali diterapkan, para guru langsung memberikan tugas secara tatap muka kepada para murid. Namun ketika terjadi tiga kali masa perpanjangan, para guru yang harus mendatangi para murid itu di lingkungan masing-masing.

"Seperti masa perpanjangan kedua dua pekan kemarin, ya para guru yang mendatangi murid-murid di lingkungan masing-masing. Beruntung rumah para murid ini berkelompok, nge-blok begitu. Jadi ketika guru datang, dikumpulkan di tempat siapa. Kemudian guru memberikan tugas sesuai kelas masing-masing siswa. Kami harus begitu, wong jaringan internet susah," kata Suryanto.

Kemudian pada waktu mengumpulkan tugas, para guru ada di sekolah dan ada perwakilan murid yang mengantarkan tugas tersebut ke sekolah.

"Hanya perwakilan murid yang ngumpulkan tugas. Tidak semua datang ke sekolah," imbuh Suryanto.

Ketika mulai ada pembelajaran lewat TVRI, Suryanto menuturkan, tidak semua murid juga bisa mengakses saluran televisi milik negara tersebut.

"Burek. Anak-anak sampai bingung juga. Sedangkan lewat youtube, atau link yang dikirimkan itu, jelas tidak mungkin. Susah membuka situs yang butuh jaringan bagus," imbuhnya.

Memang tidak semua jaringan internet di Desa Curahtakir buruk. Suryanto menyebut, hanya kawasan di sekitar sekolahnya, dan dua SD lain yang akses internetnya susah. Sebab ketiga SD itu berada di kawasan perbukitan, begitu juga dengan tempat tinggal muridnya.

"Semoga saja wabah ini segera hilang, supaya pembelajaran kembali secara normal. Belum lagi, kasihan kalau melihat ekonomi wali murid di SD saya yang rata-rata buruh kebun. Penghasilan mereka berkurang banyak karena pandemi ini," pungkas Suryanto. (Sri Wahyunik/Tribunjatim.com)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved