Aktivis Dongeng Surabaya Inge Ariani Safitri, Budayakan Kembali Mendongeng di Rumah
aktivis dongeng Surabaya Inge Ariani Safitri. Untuk itu, ia bertekad untuk mengembalikan budaya mendongeng di rumah.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tak sekadar untuk mengasah kemampuan literasi dan imajinasi, dongeng ikut berperan dalam pembentukan karakter anak.
Oleh karena itu, dongeng harus didekatkan dengan anak sejak dini. Begitu yang ada di benak aktivis dongeng Surabaya Inge Ariani Safitri. Untuk itu, ia bertekad untuk mengembalikan budaya mendongeng di rumah.
Alumnus Universitas Padjajaran Bandung ini memulai sepak terjangnya dalam dunia dongeng sejak 1996, diawali dari kebiasannya membacakan kisah dongeng kepada anak pertamanya.
"Dari mendongeng itu, anak saya memiliki pemahaman verbal yang baik, pertumbuhannya juga lebih cepat," kata Inge Ariani Safitri.
Hal ini kemudian ia lakukan pada anaknya yang kedua dan ketiga. Hasilnya, ketiga anaknya memiliki hubungan yang sangat baik dengan dirinya.
"Anak-anak jadi sangat dekat dan terbuka tentang banyak hal kepada saya. Ternyata dongeng memiliki manfaat yang sangat besar," papar Inge Ariani Safitri kepada TribunJatim.com.
• UPDATE CORONA di Dunia Senin 4 Mei 2020, Indonesia di Urutan ke-36, Kasus Global Capai 3,5 Juta
• Via Vallen Depresi Dapat Bullyan di Medsos, Pendam Masalah Sendiri & Akui Pernah Ingin Akhiri Hidup
• Barcelona Berpeluang Juara La Liga, Meski Menelan Kekalahan, Maksimal Tiga Kali Lagi
Oleh karena itu, Inge Ariani Safitri ingin mengajak masyarakat untuk kembali membudayakan dongeng di rumah. Sebelum tinggal di Surabaya, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti seperti ikut kelompok belajar, mengajar di TK, serta ikut di daycare.
Kiprahnya dalam dunia dongeng di Surabaya berawal dari tak lama dari kepindahannya ke Kota Pahlawan pada 2015 lalu.
"Waktu itu saya ada permintaan teman dari Bandung untuk buat deklarasi Hari Dongeng Nasional di Surabaya. Akhirnya saya mengumpulkan orang-orang yang tertarik dengan dongeng dan satu frekuensi dengan saya," urai Inge Ariani Safitri kepada TribunJatim.com.
Singkat cerita, ia pun akhirnya dipertemukan dengan sejumlah aktivis pendidikan di Surabaya yang juga tertarik dengan dongeng.
Setelah kegiatan itu, ternyata ia dan rekan-rekannya merasa bahwa gerakan tersebut harus terus dilanjutnya, ini karena mereka merasa masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya dongeng.
"Sekarang terdapat sekitar 60 anggota, 30 di antaranya yang benar-benar aktif. Sementara 15 di antaranya sudah berani mendongeng di depan umum," ungkap ibu tiga anak ini
Beragam kegiatan dilakukan oleh Kumpul Dongeng Surabaya, seperti bincang-bingang, lokakarya, sampai festival dongeng.
"Dongeng juga tidak harus melulu cerita rakyat atau legenda. Ceritanya bisa diambil dengan segala sesuatu yang dekat dengan keseharian anak," kata Inge.
Saat kecil, ia melanjutkan, mungkin bisa mendongeng dengan memanfaatkan buku cerita. Saat beranjak dewasa, ceritanya tentang berbagai permasalahan atau nilai yang ingin ditanamkan orang tua kepada anak.
"Yang harus diyakini orangtua ketika ingin mendongeng adalah manfaatnya. Kemudian apa tujuan ia mendongeng kepada anak. Dalam melakukannya pun tidak harus seperti pendongeng profesional," tandasnya.(Christine Ayu/Tribunjatim.com)