Berita Artis Korea
Lagu Suga BTS Diprotes Muat Pidato Jim Jones Pemimpin Aliran Sesat, Big Hit Entertainment Minta Maaf
Lagu Suga BTS 'What Do You Think?' tuai protes karena ada pidato Jim Jones pemimpin aliran sesat, Big Hit Entertainment minta maaf.
TRIBUNJATIM.COM - Mixtape kedua Suga BTS yang bertajuk 'D-2' baru saja dirilis.
Sesaat setelah dirilis, mixtape kedua Suga BTS pun menuai sukses di tangga lagu internasional.
• Lagu Kekeyi Keke Bukan Boneka Dituding Jiplak Aku Bukan Boneka, Rinni Wulandari: Kasihan
Namun di balik kesuksesannya, Suga BTS kini harus tersandung masalah.
Pasalnya, salah satu lagu yang dirilis Suga BTS, 'What Do You Think?', menuai kontroversi lantaran menyisipkan pidato Jim Jones di dalamnya.
Jim Jones sendiri merupakan seorang pemimpin aliran sesat yang mengarahkan 909 orang untuk membunuh diri mereka sendiri.
Diketahui, sampel tersebut berasal dari pidato Jim Jones di tahun 1977.
Hal ini sontak menimbulkan protes dari banyak netizen.

• Meski Harga Murah, Steak Dagangan Mama Amy Ibunda Raffi Ahmad Tuai Pujian YouTuber: Enggak Bau
Tak berapa lama kemudian, agensi BTS, Big Hit Entertainment memberikan pernyataan mereka terkait lagu Suga BTS tersebut.
Berikut pernyataan Big Hit Entertainment seperti dikutip TribunStyle.com dari Soompi:
• Download Lagu MP3 Eight IU dan Suga BTS Lengkap Ada Terjemahan Lirik Bahasa Indonesianya
"Halo, ini adalah Big Hit Entertainment. Ini adalah pernyataan resmi kami tentang masalah mixtape Suga BTS.
Sampel vokal pidato dalam pengantar lagu 'What Do You Think?' pada mixtape dipilih tanpa maksud khusus oleh produser yang bekerja di lagu itu, yang tidak mengetahui identitas pembicara dan menggunakan sampel untuk suasana keseluruhan lagu.
Setelah sampel pidato dipilih, perusahaan mengikuti proses internal kami dan melakukan prosedur untuk meninjau kesesuaian konten.
Namun, dalam proses pemilihan dan peninjauan, kami melakukan kesalahan karena tidak mengenali ketidaktepatan konten dan termasuk sampel dalam lagu.
Big Hit Entertainment memiliki proses untuk meninjau konten beragam yang ditargetkan untuk audiens global untuk masalah sosial, budaya, dan historis yang potensial.
Namun, kami mengalami kenyataan bahwa ada batasan untuk memahami dan merespons dengan tepat untuk setiap situasi.