Pemprov Jatim Dorong Surplus Non Migas Lewat Peningkatan Ekspor Perhiasan dan Permata
Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong surplus perdagangan dari sektor non migas. Hal ini lantaran jika dilihat dari sektor migas, Jawa Timur
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong surplus perdagangan dari sektor non migas. Hal ini lantaran jika dilihat dari sektor migas, Jawa Timur banyak terdampak akibat pandemi virus Corona atau Covid-19 yang tengah berlangsung di hampir seluruh negara di dunia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, neraca perdagangan Jatim dari bulan Januari hingga Mei 2020 menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Tepatnya dengan nilai defisit yang mengecil, dari USD 1,43 miliar, menjadi USD 0,11 miliar," kata Khofifah, Selasa (23/6/2020).
Neraca perdagangan Jawa Timur memang menunjukkan nilai defisit pada Mei 2020. Hal itu dikarenakan neraca perdagangan migas mengalami defisit yang lebih besar USD135,37 juta dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas yang sebenarnya menunjukkan surplus USD 126,19 juta.
"Secara keseluruhan, kinerja perdagangan luar negeri periode Jatim periode Januari-Mei 2020 defisit USD 0,11 milyar. Terdiri dari neraca perdagangan migas defisit USD 1,32 milyar dan neraca perdagangan non migas surplus USD 1,21 milyar. Jadi kita surplus untuk neraca perdagangan non migas," terang gubernur perempuan pertama Jatim ini.
Dari data yang dihimpun, ekspor non migas Jatim periode Januari-Mei 2020 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
• Laut China Selatan Makin Panas, Amerika Serikat Siapkan Operasi Tempur Kapal Perangnya, China Keder?
• Bocor Rencana Pernikahan Aurel, Kamu akan Jadi Pendamping Seseorang, Kakak Anang: Tidak Lama Lagi
• Pengedar Pil Yarindo di Surabaya dan Sidoarjo Ternyata Residivis Narkoba, Pelajar Jadi Sasarannya
Peningkatan ditunjukkan yaitu sebesar 1.828,57 persen (y-o-y), dari defisit USD 0,07 milyar menjadi surplus USD 1,21 milyar.
Komoditas perhiasan dan permata memberikan kontribusi terbesar yaitu 24,23 persen dan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu 60,48 persen (y-o-y).
Peningkatan ekspor Perhiasan atau Permata ini ditengarai karena emas dapat digunakan sebagai sarana investasi yang aman dan memadai (safe heaven) di tengah ketidakpastian gejolak ekonomi akibat pandemi.
"Swiss adalah salah satu negara tujuan ekspor perhiasan/permata dan pada periode Jan-Mei 2020 nilai ekspor ke Swiss meningkat sebesar 231,39 persen (y-o-y)," tegas Khofifah.
Dan di masa pandemi ini terjadi penurunan signifikan pada komoditas impor utama Jatim, yaitu Besi dan Baja yang turun sebesar 29,28 persen (y-o-y).
Yang menjadi permasalahan saat ini penurunan impor yang cukup signifikan, khususnya pada bahan baku atau penolong yang digunakan bagi industri di Jatim.
Penurunan impor tersebut ditengarai akibat menurunnya aktivitas produksi industri di Jatim akibat adanya pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat maupun perusahaan.
Padahal kondisinya Jawa Timur masih sangat bergantung terhadap impor bahan baku. Pada bulan Mei 2020 impor Jawa Timur diperuntukkan untuk bahan baku sebesar 75,94 persen, barang modal 9,01 persen, bahan konsumsi 15,05 persen dan migas sebesar 12,14 persen.
"Terlepas dari pandemi virus Corona atau Covid-19, pola neraca perdagangan Jawa Timur memang sangat ditentukan oleh kinerja sektor non migas. Sehingga untuk meningkatkan neraca perdagangan maka surplus sektor non migas terus ditingkatkan dan diupayakan untuk menekan defisit sektor migas," pungkasnya.