Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ketegasan Risma saat Surabaya Disebut Mirip Wuhan, 'Terserah Mau Bilang Apa', 1 Hal Fokusnya: Warga

Risma menjawab sebutan Kota Surabaya sebagai 'Wuhan' baru, sang wali kota tegas soal prioritas dan langkah terbarunya.

Penulis: Ignatia | Editor: Januar
YouTube
Risma saat mengomentari soal Surabaya yang disebut Wuhan ke dua. 

TRIBUNJATIM.COM - Wali Kota Risma menanggapi sebutan Kota Surabaya yang angka Covid-19 terus meningkat semakin drastis.

Kota Surabaya bahkan disebut sebagai kota yang mirip dengan Wuhan.

Surabaya disebut bakal seperti Wuhan jika penanganan Covid-19 tak maksimal dan kurang hati-hati.

Ancaman tersebut bikin geram Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma karena pihaknya sudah maksimal menangani penyebaran Covid-19.

Emosi Wali Kota Risma memuncak saat ditanya oleh Rosi soal penanganan Covid-19 di Kota Surabaya.

Tampil di TV, Perubahan Tubuh Wali Kota Tri Rismaharini Jadi Sorotan: Ibu Langsing Banget, Kurusan?

"Terserah mau dibilang apa, mau dibilang Wuhan, mau dibilang apa lah. Saya gak ngurus itu," kata Risma dalam acara Rosi Kompas TV, Kamis (2/7/2020).

Dikutip TribunJatim.com dari Kompas TV, Risma menanggapi semua pertanyaan Rosi seputar angka Covid-19 di Surabaya.

"Terserah mau dibilang apa, mau dibilang Wuhan, mau dibilang apa lah.

Saya gak ngurus itu," kata Risma dalam acara Rosi Kompas TV, Kamis (2/7/2020). 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat melakukan teleconference dengan RT/RW di Surabaya, Sabtu (4/7/2020).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat melakukan teleconference dengan RT/RW di Surabaya, Sabtu (4/7/2020). (TRIBUNJATIM.COM/YUSRON NAUFAL PUTRA)

Risma mengakui, Wuhan sebelum terkena penyakit juga bagus. 

"Artinya saya tidak mengurusi Surabaya sebagai Wuhan atau sebagai zona hitam, pekat atau gelap atau gak kelihatan yang saya urusi pasien dan warga saya," katanya. 

Menurut Risma, lebih penting dari urusan itu adalah keselamatan warganya. 

"Bagi saya keselamatan warga saya itu nomor satu.

"Jangankan risikonya kena saya itu saya terima.

"Bagi saya warga saya dan pasien lah yang saya tangani.

"Mau dikatakan Surabaya seperti apa, monggo.

"Saya juga gak pernah nyebut Surabaya seperti apa.

"Yang paling penting saya tangani pasien dan warga saya. Supaya tidak ada yang jadi korban.

"Iya kalau saya terlambat, kalau kemudian ada yang meninggal, dia menjadi anak yatim. Kan berat saya

"Saya mending konsentrasi di sini.

"Kan jadi energi kami habis untuk melakukan itu.

"Padahal pasien-pasien ini butuh pertolongan," tegasnya. 

Bentuk tubuh Risma makin kurus
Bentuk tubuh Risma makin kurus (Kompas TV)

Saat disinggung terkait hasil penelitian FKM unair yang menjadi rujukan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bahwa tingkat kepatuhan warga Surabaya Raya pada protokol pencegahan Covid-19  rendah, Risma langsung menampiknya. 

"Mohon maaf mbak, coba dicek lagi, penelitian itu untuk mana. Bukan untuk Surabaya.

"Mbak Rosi, harus cari buku asli.

"Itu sudah dibantah oleh Persakmi bahwa itu bukan untuk Surabaya Raya," kata Risma. 

Risma kembali mempertanyakan penelitian yang dipakai rujukan Gubernur Jatim saat melaporkan ke Presiden Jokowi ketika kunjungan kerja di Surabaya beberapa waktu lalu.   

Curhat Pedagang Kantin Samping Kantor Satpol PP, Jualan Seret, Minta Risma Kembali Semula: Susah

"Sebetulnya penelitian itu, dimana dan kapan dan untuk di mana.

"Saya kira kita tidak perlu ngomong itu.

"Menurut saya itu pelanggaran besar. Kita tidak bisa asal mengambil saja," katanya. 

Rosi pun mempertanyakan apakah warga Surabaya termasuk bandel? Risma meminta melihatnya sendiri. 

Aksi menyentuh Wali Kota Risma, pernah menangis untuk anak putus sekolah hingga sujud ke dokter.
Aksi menyentuh Wali Kota Risma, pernah menangis untuk anak putus sekolah hingga sujud ke dokter. (Kolase TribunJatim.com (Sumber: Kompas.com/Roderick Adrian Mozes dan Istimewa))

"Warga surabaya bandel? saya tidak perlu sampaikan itu. Silakan dilihat sendiri. 

"Saya tidak belani warga saya, dicek di Surabaya kondisinya seperti apa.

"Silakan dikomentari.

Supaya tidak fitnah," tukasnya. 

Alasan Wanita Sultan Jember Beli Rumah Anang Tanpa Nawar, 1 Sikap Dikuak Ashanty: Ga Mau Diekspos

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendengar laporan warga Surabaya Raya masih rendah tingkat kepatuhannya dalam menjalankan protokol kesehatan.

Terutama masih banyak masyarakat yang tidak patuh mengenakan masker dan menjalankan physical distancing.

Padahal saat ini vaksin terbaik dalam mencegah penularan covid-19 adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan.

“Tadi saya dengar disampaikan Gugus Tugas, masih 70 persen warga yang tidak memakai masker. Ini sangat banyak.

"Oleh karena itu saya minta Gugus Tugas Nasional, Menteri Kesehatan, kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya, ke Jawa Timur,” tegas Presiden Joko Widodo dalam rakor virtual dengan gugus tugas covid-19 se Jatim di Gedung Negara Grahadi, Kamis (25/6/2020).

Presiden RI Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Banyuwangi, Kamis (25/6/2020). Didampingi Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Presiden RI Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Banyuwangi, Kamis (25/6/2020). Didampingi Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. (TRIBUNJATIM.COM/HAORRAHMAN)

Ia secara khusus juga meminta agar semua mengajak masyarakat dan tokoh agama, tokoh masyarakat mensosialisasikan protokol kesehatan.

Tentang pentingnya menggunakan masker, menjaga jarak dan cuci tangan berulang-ulang.

Ia mengaku kaget dengan data yang dipaparkan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa tentang kepatuhan warga Surabaya Raya yang disurvei secara saintifik banyak yang tidak patuh protokol kesehatan.

Berdasarkan data per 23 Juni 2020, masyarakat di tempat ibadah sebanyak 70 persen tidak menggunakan masker dan 86 persen tidak physical distancing.

2 Pasien Covid-19 di Palu Kabur dari Tempat Perawatannya, Istri Hamil Besar, Ini Kabar Terbarunya

Kemudian di pasar tradisional 84,1 persen tidak patuh menggunakan masker dan 89,3 persen tidak menjaga jarak.

Begitu juga masyarakat di tempat cangkrukan seperti warkop, cafe dan sejenisnya yang tidak mengenakan masker ada sebanyak 88,2 persen, dan 89 persen tidak physical distancing.

“Yang pertama saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya agar kita haus memiliki sebuah perasaan yang sama bahwa kita ini sedang menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi.

"Perasaan harus sama jangan sampai ada yang masih memiliki perasaan kita normal-normal saja.

"Ini sangat berbahaya dan ini tidak hanya negara kita di Indonesia tapi juga di 215 negara dunia yang lain juga mengalami hal yang sama,” tegas Presiden Joko Widodo.

SIDAK PASAR TANGGUH - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mendampingi Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto saat sidak di Pasar Genteng Baru, Kamis (2/7). Pasar Genteng Baru merupakan salah satu percontohan pasar tangguh di Surabaya dimana diterapkan protokol kesehatan ketat salah satunya dengan adanya tirai plastik di lapak.
SIDAK PASAR TANGGUH - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mendampingi Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto saat sidak di Pasar Genteng Baru, Kamis (2/7). Pasar Genteng Baru merupakan salah satu percontohan pasar tangguh di Surabaya dimana diterapkan protokol kesehatan ketat salah satunya dengan adanya tirai plastik di lapak. (TRIBUNJATIM.COM/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Singkat kata, Presiden mengajak masyarakat memiliki perasaan yang sama bahwa bangsa Indonesia masih memiliki sebuah masalah yaitu urusan covid-19.

“Jangan sampai ada masyarakat yang memiliki perasaan yang normal saja sehingga ke mana-mana tidak memakai masker lupa setelah berkegiatan tidak cuci tangan, masih berkerumun yang tidak perlu, ini yang terus harus kita ingatkan,” pungkas Presiden Joko Widodo.

Pengakuan Dokter yang Bikin Wali Kota Risma Sujud di Kakinya, Sang Dokter Sama Sekali Tak Menyangka

Sumber: Kompas TV
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved