Virus Corona di Surabaya
Wali Kota Risma Gencar Turun Kampanye Protokol Covid-19, Persakmi Apresiasi 'Langkah Tepat'
Persakmi dan IKA Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga apresiasi langkah Wali Kota Surabaya turun kampanye protokol Covid-19.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Hefty Suud
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Langkah Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang semakin gencar melakukan kampanye protokol kesehatan mendapatkan apresiasi dari Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia ( Persakmi ) dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga.
Menurut Pengurus Pusat (PP) Persakmi, Estiningtyas Nugraheni langkah tersebut patut diapresiasi. Karena merupakan bagian penting dari penanganan dan pengendalian virus Corona ( Covid-19 ).
• Kehidupan Suami Nikahi Transgender, Kuak Rahasia Istri Baru: Tubuhnya Tulen, Istri Sah Diceraikan
• Perempuan Madiun Positif Covid-19 Sepulang dari Jakarta, Diduga Tertular Sang Mertua yang PDP
"Pemkot Surabaya semakin gencar melakukan kampanye protokol pencegahan Covid-19. Bahkan, langkah tersebut langsung dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini. Operasi gabungan rutin tiap hari digelar menyasar berbagai tempat, terutama yang menjadi sasaran berkumpulnya warga. Kampanye protokol pencegahan itu merupakan langkah yang tepat," kata Esti dalam keterangan tertulisnya.
Esti menambahkan, disiplin protokol kesehatan ini sangat berperan untuk meminimalisasi penyebaran virus.
• Kasus Covid-19 di Nganjuk Bertambah 11 Orang, Satu Diantaranya Bayi Laki-laki Berusia 2 Hari
• Mandek 4 Bulan Gegara Covid-19, New Normal Jadi Semangat Baru Perajin Kota Malang: Langsung Produksi
"Protokol cegah Covid-19 yang direkomendasikan WHO dan Gugus Tugas adalah pemakaian masker dengan benar, rajin cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak minimal 1,5 – 2 meter. Sehingga kampanye protokol cegah covid yang dilakukan Pemkot Surabaya tentu menjadi bagian penting dalam mengendalikan jumlah kontak virus," papar perempuan yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKM Universitas Airlangga ini.
Dalam penanganan dan pengendalian covid-19, lanjut Esti, dikenal dengan Rt (bilangan reproduksi). Penanganan covid-19 dianggap berhasil jika bilangan reproduksi kurang dari 1.
Agar bilangan reproduksi menjadi di bawah angka 1 ada 3 aspek penting yang harus dikontrol yaitu laju infeksi, periode infeksi, dan jumlah kontak terhadap virus.
Laju infeksi lebih pada karakteristik virus, yang sulit dimanipulasi. Sementara periode infeksi dapat dikendalikan dengan prinsip dasar 3T dan I, yaitu testing yang agresif, pelaksanaan tracing yang masif, perawatan yang adekuat (treatment) dan isolasi.
"Semakin Pemkot Surabaya dapat melakukan 3T dan I, maka dapat mengendalikan periode infeksi dengan baik," kata Esti.
Lanjutnya, "selain itu perawatan yang kuat juga penting di perhatikan Pemkot Surabaya terutama terhadap tenaga kesehatan, antara lain ketersediaan alat pelindung diri (APD), kecukupan tenaga dan ketersediaan sarana."
Bila memahami pattern prinsip dasar bilangan reproduksi tersebut menurut Esti pemerintah pasti mampu menyikapi situasi Covid-19 yang cukup tinggi di Surabaya.
"Jika kasus konfirmasi yang meningkat mayoritas didapatkan dari pasien ODP atau PDP, maka konsep dasar test dan tracing berjalan baik,"ungkap Esti.
Untuk itu, menurutnya langkah yang perlu diperkuat oleh Pemkot Kota Suarabaya saat ini adalah bergerak secara serentak, yaitu pengendalian periode infeksi dengan tetap menjaga momentum pelaksanaan 3T+I.
Sisi lain pelaksanaan kepatuhan terhadap protokol cegah covid sebagai wujud pengendalian jumlah kontak harus terus didorong. Strategi dan langkah apa yang dipilih, tentunya pihak Pemkot Surabaya lebih memahami tentang konteks kelebihan dan kekurangannya, termasuk bagaimana kearifan lokal warga Surabaya.
"Saya rasa Pemkot Surabaya lebih paham karateristik warganya. Sehingga bisa mutuskan strategi apa yang dipakai," pungkasnya.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti
Editor: Heftys Suud