Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona di Malang

Mandek 4 Bulan Gegara Covid-19, New Normal Jadi Semangat Baru Perajin Kota Malang: Langsung Produksi

Perajin keramik Kota Malang jadika new normal semangat baru usai mandek 4 bulan gegara pandemi virus Corona. Langsung aktif kembali produksi.

Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/AMINATUS SOFYA
Aktivitas produksi keramik di Kampung Kermaik Dinoyo, Kota Malang kembali dimulai. 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Hampir seluruh sektor ekonomi di dunia merasakan dampak buruk akibat pandemi virus Corona ( Covid-19 ).

Di Kota Malang, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) keramik mengeluhkan mandegnya pesanan sejak bulan Maret.

Untuk itu, kebijakan new normal dari pemerintah dimanfaatkan para pengrajin untuk memulai kembali kegiatan produksi.

Perlakuan Ibunda Reino Barack ke Syahrini saat Makan Bareng Tak Sengaja Terekam, Dimanja Mertua?

Ada Pihak Sebut Yan Vellia Negatif, Istri Didi Kempot Kuak Masa Lalu: Mereka Gak Ngerti Cerita Saya

Siono Nur Rizky, seorang perajin keramik, mengaktifkan kembali kegiatan produksi setelah hampir 4 bulan vakum.

Pesanan dari sejumlah daerah mulai berdatangan seiring dibukanya kegiatan wisata.

“Begitu ada pengumuman new normal kita bisa kirim. Sekarang mulai kirim ke Bali dan Jawa Tengah,” tutur Siono, Rabu (8/7/2020).

Lihat Nasib Maling Motor Surabaya yang Babak Belur Dihajar Massa, Kini Bak Jatuh Tertimpa Tangga

Polda Jatim Live Streaming YouTube Bareng Influencer se-Indonesia: Ayo Bebas dari Pandemi Covid-19

Dia mengaku penjualan keramik merosot sampai 90 persen selama pandemi. Apabila setiap bulan bisa menjual 100 barang, kini hanya 10 hingga 20 keramik yang keluar dari toko.

“Apalagi saat Malang PSBB, wah mandeg total. Orang luar daerah nggak bisa ke Malang dan kalau kita keluar masuknya juga susah,” ungkapnya.

Meski ada angin segar karena new normal, Siono menyampaikan gairahnya belum sehebat sebelum Covid-19 menyerang tanah air.

Di Bali, misalnya, masih memberlakukan pengetatan melalui rapid test. Hal itu, akunya, menambah biaya produksi.

“Kalau rapid test itu juga kan ada masa berlakunya. Akhirnya cost produksi nambah,” katanya.

Penjual keramik lain, Kholifah, mengatakan hal serupa. Sejumlah klien, menunda memesan keramik lantaran pemerintah melarang hajatan pesta. Padahal konsumen utama tokonya adalah masyarakat yang akan menyelenggarakan pernikahan maupun khitanan.

“Ada sekitar empat pesanan mungkin yang masih ada di kami. Belum diambil karena klien menunda pestanya,” kata Kholifah.

*Mencoba pasar digital*

Siono mengaku merambah ke pasar digital karena lesunya penjualan offline. Hasilnya positif, sejumlah pesanan datang meski tak sebanyak sebelumnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved