Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

2 Perbedaan Mencolok China VS Indonesia Soal Covid-19 Versi Pakar, Data Terkait Tes Dikuak: Jomplang

Ada 2 perbedaan mencolok dari China dan Indonesia soal Covid-19 yang kabarnya kini tanah air tengah menyaingi angka kasus China, benarkah faktanya?

Penulis: Ignatia | Editor: Januar
Tribunnews
Jokowi dan Xi Jinping saat bertemu beberapa tahun lalu 

TRIBUNJATIM.COM - Ada dua perbedaan yang begitu mencolok dari China lawan Indonesia terkait penanganan Covid-19.

Pakar membongkar fakta perbedaan tersebut terutama data terkait tes yang dikuak.

Saat ini, Indonesia memang ramai dibicarakan karena angka kasus Covid-19 yang tak kunjung turun.

Berdasarkan data dari Worldometers.info hingga Minggu (19/7/2020), kasus virus corona yang sebabkan penyakit Covid-19 sudah mencapai lebih dari 14 juta kasus.

Tepatnya ada 14.425.865 kasus positif virus corona di seluruh dunia.

Asmara Nenek Perawan dan Kakek Perjaka Dulu Viral, Jodoh di Usia Senja, Lihat Tingkah setelah Sah!

Selain itu, kasus kematian juga mencapai 604.917 kasus dan 8.612.194 lainnya sudah dinyatakan sembuh.

Saat ini, Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan kasus positif terbanyak di dunia dengan 3,8 juta kasus.

Sementara kasus virus Corona di Brasil tembus 2 juta dan India tembus 1 juta kasus.

Lalu ada Rusia dengan 750.000 kasus dan Afrika Selatan dengan lebih dari 350.000 kasus.

Indonesia juga mendapat sorotan khusus mengingat kasus virus Corona kini jauh melampaui negara penyebar pertama, China.

VIRAL Sosok Nenek Hajar Pelaku Mesum Dekat Rumah, Pukuli Bokong Sejoli di Semak-semak: Sikap Kuno

Dikutip TribunJatim.com dari Intisari, pakar mengungkapkan adanya dua perbedaan yang begitu ketara.

Ada kabar buruk untuk seluruh warga Indonesia, di mana kasus virus corona di Tanah Air semakin banyak.

Diketahui kasus virus corona pertama kali ditemukan pada 2 Maret 2020.

ILUSTRASI Pandemi virus Corona atau Covid-19.
ILUSTRASI Pandemi virus Corona atau Covid-19. (Freepik)

Dan setelah hampir 4 bulan lamanya, hingga Sabtu (19/7/2020), ada penambahan lebih dari 1.700 kasus harian.

Artinya kini Indonesia memiliki 84.882 kasus positif virus corona.

Dengan catatan 4.016 kasus kematian dan 43.268 orang dinyatakan sembuh.

Data itu membuat Indonesia menjadi negara dengan kasus positif virus Corona terbanyak di Asia Tenggara.

Sementara di Asia, Indonesia menempati peringkat ke 9 dan ke 25 di dunia.

Corona di Indonesia dan fakta soal Indonesia jadi episentrum dunia
Corona di Indonesia dan fakta soal Indonesia jadi episentrum dunia (Tribunnews)

Selain itu, jumlah kasus di Indonesia melampaui jumlah kasus di China.

Saat ini, negara yang pertama kali menemukan virus corona pada akhir Desember 2019 itu hanya memilii 83.660 kasus positif.

Dengan 4.634 kasus kematian dan 78.775 orang dinyatakan sembuh.

Pakar: Kita Enggak Tahu Kapan Corona di Indonesia Akan Berakhir, Sumber Masalah Terkuak, Sulit Ini

ILUSTRASI Covid1-9 - Bagaimana proses penularan virus Corona dari rumah ke rumah?
ILUSTRASI Covid1-9 - Bagaimana proses penularan virus Corona dari rumah ke rumah? (Freepik)

Perbandingan kasus virus corona di Indonesia dan China

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah menyatakan bahwa salah satu cara mengendalikan penyebaran virus corona adalah dengan melakukan tes sebanyak mungkin.

Dan China melakukannya.

Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dilaporkan telah melakukan tes pada 90 juta warganya.

Sementara Indonesua baru melakukan tes pada 697.043 orang dengan 1,2 juta spesimen.

Jomplangnya data ini memberikan fakta bahwa masih kurangnya tes untuk virus corona di Indonesia.

Presiden China Xi Jinping saat mengunjungi Kota Wuhan, yang merupakan episentrum penyebaran Virus Corona
Presiden China Xi Jinping saat mengunjungi Kota Wuhan, yang merupakan episentrum penyebaran Virus Corona (Tribunnews)

Perbedaan lainnya antara Indonesia dan China adalah China memiliki positivity rate 0,1 persen.

Positivity rate adalah persentase kasus positif dibanding total kasus yang diperiksa.

Sementara angka positivity rate di Indonesia terbilang tinggi yaitu 12,2 persen.

Sebab, menurut WHO idealnya positivity rate adalah di bawah 5 persen.

Dengan begini, tak heran Indonesia disebut masih perlu kerja keras untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Tentu kita semua berharap bahwa keadaan di Indonesia akan semakin membaik.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Bandara Internasional Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Bandara Internasional Banyuwangi. (ISTIMEWA/Humas Pemkab Banyuwangi)

Pakar: Kita Enggak Tahu Kapan Corona di Indonesia Akan Berakhir, Sumber Masalah Terkuak, 'Sulit Ini'

Dikutip TribunJatim.com dari Intisari, jika kita menilik sedikit ke awal-awal Covid-19 masuk ke Indonesia tentu saja nasib Indonesia memprihatinkan.

Kasus pertama virus Corona (Covid-19) diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020.

Setelah itu, setiap hari ada kasus-kasus baru.

Dan setelah hampir 4 bulan lamanya, kini Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia.

Bahkan nomor 1 di Asia Tenggara.

Nasib Pilu Janda 5 Anak di Jombang Dikarantina karena Covid-19, Dapat Bansos Setelah Kisahnya Viral

Di mana hingga Kamis (17/7/2020), ada 81.668 kasus positif virus corona di Indonesia.

Sementara ada 3.873 kasus kematian dan 40.345 orang dinyatakan sembuh.

Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus terbanyak. Disusul DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.

Melihat hal ini, banyak masyarakat Indonesia yang bertanya-tanya, kapan pandemi virus corona ini segera berakhir?

Sulit diprediksi

Sumber masalah kasus Corona di Indonesia tidak terus turun dan turun sebenarnya telah diketahui.

Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Windhu Purnomo mengatakan, virus corona yang ada di Indonesia masih sulit diprediksi kapan berakhirnya.

Hal itu menyusul data yang selalu berubah-ubah di setiap waktunya.

"Jadi sebetulnya kalau datanya tidak berubah-ubah, akan lebih mudah diprediksi."

"Yang menyulitkan itu kan karena data yang selalu berubah," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (16/7/2020).

Penanganan pasien Corona di Indonesia
Penanganan pasien Corona di Indonesia (Tribunnews)

Data dapat berubah, menurut Windhu dikarenakan kebijakan yang tidak konsisten.

Apabila kebijakan yang diambil longgar, maka banyak masyarakat yang tidak disiplin sehingga kasus dapat naik.

Sebaliknya, bila kebijakan yang diambil ketat, maka masyarakat dapat displin dan kasusnya akan turun.

"Prediksi itu kan mesti pake asumsi-asumsi, asumsinya kalau keadaannya seperti ini, nanti puncaknya akan kapan, dan turunnya kapan."

"Tapi kalau datanya berubah, ya harus diulang lagi," jelas dia.

"Ya susah ini, apalagi di negeri seperti kita ini yang kebijakannya terus berubah."

Ilustrasi New Normal di Indonesia yang ternyata berdampak cukup fantastis
Ilustrasi New Normal di Indonesia yang ternyata berdampak cukup fantastis (Tribunnews)

Serupa dengan Windhu, epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto juga mengungkapkan hal yang sama.

Ia pun belum dapat memastikan kapan pandemi Covid-19 di Indonesia dapat berakhir.

"Pertanyaan sulit sekali (soal kapan Covid-19 di Indonesia berakhir)."

"Jadi kita enggak tahu kapan akan berakhir," ucap Windhu.

"Saya sendiri juga bertanya-tanya karena sangat tergantung pada pilihan pendekatan untuk kepatuhan masyarakat," kata Tonang saat dihubungi terpisah.

ILUSTRASI Virus Corona - Kapan Indonesia produksi vaksin Covid-19 sendiri?
ILUSTRASI Virus Corona - Kapan Indonesia produksi vaksin Covid-19 sendiri? (Freepik)

Tonang memaparkan, pilihan pendekatan yang ia maksud adalah strategi yang bisa diambil oleh pemerintah.

Apabila pendekatan tersebut tidak dapat menjamin kepatuhan masyarakat, kata Tonang, maka akan susah untuk mengendalikan Covid-19.

"Kembali menerapkan PSBB atau apa pun istilahnya, saat ini sudah sulit. Covid-19 sudah terlanjur menyebar," jelas Tonang.

Oleh karenanya, ia memiliki tiga pilihan yang dapat diadaptasi oleh pemerintah.

Ketiganya yakni kapasitas pemeriksaan PCR harus maksimal ke 40.000 per hari, kapasitas tracing harus kuat, sekitar 20-30 orang untuk setiap temuan kasus positif, dan juga menjamin kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara personal maupun kelompok.

"Itu sambil berharap segera ada titik terang, ditemukannya vaksin. Tinggal itu," pungkas dia.

Sebagian artikel di atas telah tayang di Intisari dalam judul Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia Lewati China, Ini 2 Perbedaan Paling Mencolok antara Negeri Panda vs Tanah Air, 'Kita Masih Harus Bekerja Keras'

Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved