Acara Nikah Gagal Tamu Tak Hadir Satupun, Derita Janda Tua Dikucilkan Sekampung, Anak: Perkara Kades
Gagal hajatan pernikahan janda tua karena perkara beda pilihan kades saat ada pilkades, buntutnya ia dimusuhi warga satu kampung.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Sebuah acara nikah gagal karena tamu yang tak hadir satupun dalam acara tersebut.
Ini jadi kisah derita janda tua dikucilkan warga sekampung.
Anak begitu kecewa dan bercerita soal penyebabnya.
Usut punya usut karena sang ibu mendapat perkara dengan Kepala Desa.
Seperti apa cerita selengkapnya?
• Janda Tua Dimusuhi Sekampung, Hajatan Nikah Tamu Nihil, Awalnya Soal Kades, Anak: Entah Masalah Apa
Nasib acara pernikahan begitu miris karena gagal akibat tak ada tamu satupun yang datang.
Dikutip TribunJatim.com dari Sosok.ID sang janda asal Sragen, Jawa Tengah itu viral setelah diberitakan dimana-mana soal acara hajatan yang digelarnya.
Tak hanya dimusuhi, janda 50 tahun di Sragen ini juga sampai dipersulit mengurus hajatan nikah anaknya.
Miris, begitulah kata yang sekiranya tepat untuk menggambarkan kejadian yang dialami si janda.
• Kisah Janda Orang Sekampung Musuhi Janda Tua, Hajatan Nikah Sepi, Bermula dari Soal Kades
Awalnya, sang janda sudah bersiap menggelar hajatan besar di tempat tinggalnya.
Sang janda tinggal di Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Sragen, Jawa Tengah.
Saat hari H pernikahan, miris sekali warga satu kampung tak ada yang mau datang.

Bukan karena corona atau pandemi, tetapi karena adanya permasalahan dengan sang kades.
Hari dimana dia menikahkan anaknya itu tidak ada satu pun tetangga atau warga Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Sragen, Jawa Tengah, yang datang.
Bahkan, karang taruna pun tidak ikut membantu Tini, panggilan akrab Suhartini, dalam mempersiapkan acara hajatan yang digelar pada Rabu (16/10/2019).
Padahal, setiap ada acara di masyarakat, Tini selalu ikut.
Meski merasa kecewa, tetapi Tini tetap melangsungkan acara pernikahan anaknya dengan bahagia dengan dibantu warga desa lain.

Usut punya usut, ternyata acara nikahan yang digelar Tini sepi dari tetangga dan warga karena telah diboikot.
Alasan warga Desa Jetak memboikot acara nikahan yang digelar Tini disebut-sebut karena Tini memiliki pilihan Kades yang berbeda.
Padahal ratusan kursi, meja, tenda hingga dekorasi pelaminan sudah dipasang dengan maksimal.
Bahkan beberapa warga justru ada yang menolak mentah-mentah makanan kenduri yang diberikan Tini.
"Hari besoknya ibu ngasih nasi sebagai tanda terima kasih dan silaturahmi karena sama-sama membantu,"
"tapi banyak yang menolak."
"Ada yang menerima, tapi diambil oknum terus dikembalikan," terang Siti, anak pertama Tini.
Siti Aminah (27) putri sulung Tini pun mengaku kecewa dengan sikap warga terhadap ibunya.
Ibunya yang tak tahu apa-apa soal pilkades justru dijadikan korban sampai tidak ada warga yang mau datang membantu acara hajatan.
Tak ada yang menyangka bahwa referensi politik seseorang rupanya berpengaruh besar pada reaksi masyarakat sekitar.
Salah-salah ambil pilihan politik, bisa-bisa dimusuhi orang banyak.
Inilah ternyata penyebab Tini dan anaknya terpaksa membatalkan gelaran pernikahan di rumah mereka.

Acara gagal total dan akhirnya diikuti oleh keluarga sendiri.
Sang anak bercerita tentang kekecewaan yang begitu ia rasakan terhadap warga desa termasuk perangkat desa.
Ia mencoba mengingat sang ibu yang tak pernah tahu apa-apa soal politik.
"Ibu bukan kader, bukan timses, tidak mencolok, kawan sana kawan sini, ia saja hanya buruh tani biasa dan ibu rumah tangga,"
"Kalau gak kerja, ibu cuma bantu jaga warung kakaknya, bungkusi atau apa," ucap Siti kepada TribunSolo.com di RT 13 Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, Kamis (17/10/2019).
• Tragedi Maut Pernikahan karena Masalah Mantan, Calon Pengantin Tewas Mengenaskan, Nasib Cewek Miris
Acara pemboikotan itu sendiri disebut Siti sudah tampak sejak malam klumpukan ulem atau pembuatan undangan pada selasa atau seminggu yang lalu.
"Sebelum klumpukan ulem, sekitar hari rabu, ibu itu datang ke Pak RT biasalah silaturahmi mau minta tolong untuk membantu ngurus hajatan," kata Siti.
Melansir dari Kompas.com, saat itu Tini mendatangi ketua RT setempat untuk meminta bantuan pembagian kerja.
• Malam Pernikahan Berujung Tragedi Brutal, Kondisi Mempelai Memilukan, Berimbas ke Honeymoon: Kacau
Namun, ketua RT mengatakan kalau pembagian kerja bukan kewenangannya lagi.
Ketua RT pun kemudian menyuruh Tini untuk menemui Karang Taruna.
Setelah menemui pihak Karang Taruna, lagi-lagi Tini tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Merasa dipermainkan, Tini memilih pulang.
"Karena disuruh ke sana ke mari, saya kemudian pulang," kata Tini saat ditemui Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (17/10/2019).
Siti pun mengaku memang ada warga yang sengaja memprovokasi warga lainnya agar tidak datang.
Alasannya disebut-sebut memang karena pilihan Tini yang berbeda dari pilihan warga lain saat Pilkades yang digelar 5 September 2019 lalu.
"Ada undangan kumbakarnan (rapat persiapan pesta pernikahan) banyak masyarakat yang tak datang. Banyak yang bilang di jalan warga diteriakin tidak boleh datang ke rumah," kata anak pertama Tini, Siti (27).
"Ada orang yang melarang warga supaya tidak datang ke rumah. Entah apa masalahnya, pertama katanya pilkades." lanjutnya.
Meski tanpa bantuan warga desanya, Tini pun tetap menggelar acara hajatan anaknya itu sendiri.
Ia justru mendapatkan bantuan dari warga lain di luar desa.
Artikel di atas telah tayang di Sosok.ID dalam judul Beda Pilihan Kades Berujung Dimusuhi Orang Sekampung, Hajatan Nikah Anak Sampai Diboikot, Sudah Pasang Tenda Tapi Tak Ada Tamu Datang