'Patek' Serang Tanaman Cabai Petani Blitar, Kementan Bantu Agens Pengendali Hayati Trichoderma
Banyak tanaman cabai Kabupaten Blitar terserang penyakit antraknosa atau patek. Kementerian Pertanian bantu agens pengendali hayati Trichoderma.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Hefty Suud
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Petugas Pengamat OPT tanaman cabai di Kabupaten Blitar melaporkan banyak tanaman cabai terserang penyakit antraknosa.
Khususnya tanaman cabai di Desa Binangun, Kecamatan Binangun.
Antraknosa atau dikenal dengan “patek” sampai saat ini masih menjadi momok bagi petani karena bisa menyebabkan gagal panen.
• Banyak Pengendara Anak, Jembatan Ngujang 2 Tulungagung Jadi Perhatian Khusus Polisi
• UPDATE CORONA di Madiun Rabu 12 Agustus 2020, Ada Dua Warga Kota Madiun Terkonfirmasi Covid-19
Akibatnya, cabai yang sudah siap dipanen membusuk dan menurun produksinya.
Petani cabai di Blitar pun banyak yang mengalami kerugian karena panen cabainya tidak optimal.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto.
• Fenomena Langit Meteor Garden Hiasi Langit Indonesia Malam Ini, Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang
• Drama Wanita Pura-pura Temukan Bayi, Mendadak Hilang dan Lemas saat Ditemukan, Aib Pun Terbongkar
"Penyakit patek merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai dan banyak menyebabkan kerugian bagi petani," Prihasto saat dikonfirmasi TribunJatim.com, Rabu (12/8/2020).
Ia juga mengatakan, kehilangan hasil produksi cabai di Blitar akibat serangan penyakit ini diperkirakan mencapai 20 hingga 90 persen, terutama di musim penghujan.
Menurutnya, penyakit patek pada cabai disebabkan oleh cendawan *Colletotrichum capsici".
Penyakit itu dapat menyerang semua fase buah cabai baik pada saat fase cabai masih muda maupun fase cabai sudah masak.
"Dan terkait yang dialami oleh Kelompok Tani Mangun Karyo di Desa Binangun Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar yang tanaman utamanya yakni cabai banyak terserang patek. Untuk mengendalikannya, kami dengan melalui Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) Provinsi Jawa Timur bersama Laboratorium PHP Tulungagung melakukan gerakan pengendalian penyakit patek (antraknosa) menggunakan agens pengendali hayati Trichoderma yang diselang-selingkan dengan Plant Growth Promoting Rhyzobacteria (PGPR)," jelasnya.
Upaya tersebut sendiri dilakukan setiap dua hari sekali.
“Bantuan bahan pengendalian tersebut diharapkan dapat mengurangi serangan patek sekaligus mengurangi penggunaan pestisida kimia,” pungkasnya.
Penulis: Fikri Firmansyah
Editor: Heftys Suud